Bab 1.1. Arya

33 3 0
                                    

"Bisa kerja, nggak, kamu? Mending resign aja, kalau pekerjaan kamu nggak becus seperti ini!"

Arya Sena Narendra membanting proposal yang baru selesai dibacanya ke ujung meja. Persis di seberangnya, seorang laki-laki muda sebaya dengannya menunduk, menatap sepatunya sendiri.

"Maaf, Pak. Akan segera saya perbaiki." ucapnya.

"Sayang, kamu lama banget, lagi sibuk?"
Tiba-tiba pintu dibuka, muncul seorang perempuan cantik bergaun merah pas badan, panjangnya selutut. Sejenak memandangi kedua pria yang nampak bersitegang itu di ambang pintu. Sebelum kemudian ia melangkah mendekati Arya, bersamaan dengan kepergian laki-laki yang menenteng proposal di tangannya.

"Are you okay?" ucap perempuan itu, bergelayut di lengan kekasihnya.

"Aku nggak apa-apa. Cuma masalah kecil." Arya mengendorkan dasinya.

"Kamu butuh istirahat, dan makan." ucap perempuan itu sembari membelai wajah kekasihnya.

Arya tersenyum, sembari menatap wajah ayu wanita itu. "Ayo kita makan siang!"


👻👻👻

"Kamu jangan galak-galak kalau di kantor, dong, Yang! Aku jadi takut.... Waktu kita menikah nanti, kamu bakal marahi aku juga." ucap Bianca manja.

Arya hanya tertawa menanggapi rengekan kekasihnya, sembari menikmati sushi--menu makan siang mereka kali ini.

"Aku serius, Sayang.... Aku nggak suka lihat kamu marah-marah kayak tadi." Bianca kembali merengek. "Memang apa sih, salah karyawan kamu?" lanjut wanita cantik itu.

Arya menghembuskan napas kasar. Sejenak meneguk teh-nya.

"Bukan masalah besar." jawabnya.

Bianca mengernyit kening, keheranan. "Lantas kenapa kamu marah-marah?"

"Orang itu nggak becus kerja, Bi." jawab Arya, kembali menikmati sushi.

"Ditegur baik-baik kan bisa, Sayang." Bianca menasehati.

"Ya, kamu benar. Mungkin aku terlalu emosi tadi." jawab Arya.

Bianca mengusap lengan kekasihnya sembari tersenyum. Senyuman yang menular ke bibir Arya, menenangkan hatinya. Bianca memang malaikat berwujud manusia.

👻👻👻

Setelah makan siang mereka kembali ke kantor. Bianca menolak untuk Arya antar ke kantor majalah, tempat wanita itu akan menjalani photoshoot-nya.

"Aku jalan dulu, ya, Sayang.... Kamu jangan marah-marah lagi kerjanya!" ucap Bianca sembari merapikan dasinya.

"Kamu beneran nggak mau kuantar?" tanya Arya.

"Aku bisa naik taksi, Sayang." jawab Bianca lalu mengecup sebelah pipinya.

Bianca begitu mandiri akhir-akhir ini. Padahal sejak awal berkarir di dunia modelling, ia kerap merengek padanya untuk diantar kesana-sini. Tertawa senang ketika untuk pertama kali tahu bahwa Arya merasa cemburu pada model laki-laki yang berpose dengannya. Dan malah seperti sengaja membuat Arya menungguinya selama pemotretan berlangsung.

"Telepon aku kalau sudah sampai disana, Bi!" ucapnya mengalah.

Bianca hanya tersenyum lalu melangkah keluar dari ruang kerjanya. Yang hanya berselang lima menit kemudian, pintunya diketuk dari luar.

"Masuk!" Arya telah sibuk di depan monitor.

"Saya membawa berkas yang Bapak minta." ujar Gina, sekretarisnya.

Handsome GhostTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang