39. Temen Rasa Pacar?

Start from the beginning
                                    

"Gak gitu, Kar. Cuma kayak aneh aja sama si Arthur."

"Sama aja bego! Si Arthur itu orang yang paling bisa dipercaya di antara kita semua, gak mungkin kayak gitu," saut Zayn.

Garvan mengedikkan bahunya acuh. "Bisa aja, kan?"

Orang yang sedang mereka bicarakan tengah berjalan di koridor. Matanya menangkap seorang gadis yang berjalan seraya bermain ponsel. Dia segera mempercepat langkahnya untuk menghampiri gadis itu.

Dia berhenti tepat beberapa langkah dari jarak gadis itu. Sedangkan gadis tersebut terus berjalan tanpa melihat ke depan.

"Ayam buluk!"

Araya terlihat sangat terkejut saat mengangkat wajahnya, melihat Arthur yang berdiri tepat di hadapannya.

"Lo ngapain berdiri di sini kek patung jalanan? Ngagetin gue aja," gerutu Araya.

"Gue mau ngomong sama lo."

Araya memandang Arthur dengan mata memicing.

"Ah, gue tau. Lo pasti mau bahas soal yang kemarin, kan?" tebak Araya.

"Lo kenapa bisa kenal sama Levator dan gabung jadi bagian mereka?" tanya Arthur sangat to the point.

"Mana gue tau, mungkin karena jalan ceritanya emang harus kayak gini."

"Gue butuh jawaban lo yang bener, Ay."

Araya berdecak. "Ini juga bener, Thur. Gue juga jawabnya pake bahasa manusia."

Arthur mengembuskan napasnya dengan berat.

"Napas lo gitu banget, hidup lo berat ya?"

"Lebih berat dosa lo," jawab Arthur.

"Dih, mulutnya!" Araya mencebik kesal, "gue gabung sama Levator karena permintaan mereka. Gue kenal sama mereka juga tanpa disengaja," jawab Araya.

"Lo tau apa akibat dari semua ini? Lo bisa dibenci sama Ravloska sekaligus Levator, Ay. Secara Levator itu musuhnya Ravloska."

"Kemarin aja mereka ngatain lo pengkhianat, kan? Gue gak yakin hidup lo ke depannya bakalan tenang."

Araya memijit kepalanya yang terasa pusing mendengarkan celotehan laki-laki itu.

"Gue tau Thur, gue tau. Lo pikir gue diem aja? Engga! Gue gak akan biarin siapapun itu buat hancurin hidup si Aya lagi. Karena sekarang, kehidupan si Aya adalah kehidupan gue," ucap Araya.

Arthur langsung diam. Kedua matanya memandang Araya dengan sangat dalam. Begitu pun dengan Araya.

"Lo berdua pada ngapain?"

Elita tiba-tiba hadir di antara mereka, membuat Arthur seketika mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Lo gak liat gue sama si Arthur lagi berdiri?" tanya Araya.

"Kagak! Mata gue rabun, puas?!"

Araya menyentil kening Elita gemas. Mengabaikan keberadaan Arthur.

"Katanya lo mau rapat osis, kok malah ke sini? Kabur ya, lo?" tebak Araya.

"Kagak, lah. Rapatnya udah kelar, cuma bentaran doang."

Araya hanya mengedikkan bahunya acuh tak acuh.

"Aya."

Mendengar panggilan Arthur, sontak Araya dan Elita menoleh.

"Kenapa lagi Thur?" tanya Araya.

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Where stories live. Discover now