"Beberapa kali gue denger lo selalu nyebut rindu rumah padahal lo selalu balik ke rumah!"

"Saat gue samperin lo pas di taman, sebelum lo dateng gue udah duduk di kursi sebelah lo. Gue denger semua apa yang lo ucapin, gue denger lo yang marah-marah sendiri, gue denger semuanya Araya."

"Masih mau ngelak?!"

Nathan menghela napas kasar, sedangkan Araya hanya terdiam.

"Dari awal gue tau lo bukan Araya yang asli. Dan gue semakin yakin saat lo bilang kalo nama lo Araya Chalista, bukan Loovany."

"Lo juga pernah salah nyebut nama pas angkat telpon dari gue. Bahkan wajah lo selalu tegang saat gue sama yang lain bahas Ravloska."

"Masih mau bohong sama gue kalo lo bukan Araya yang asli?!" marah Nathan.

Araya mengambil napas dalam-dalam, dan menghembuskannya.

"Iya! Gue emang bukan Araya yang asli, puas?!" ujar Araya yang sudah tersulut emosi. Nathan seketika langsung terdiam.

"Lo tanya kenapa gue bohong sama lo? Karena kalian semua yang akan membuat gue mati! Tapi sialnya gue malah selalu berurusan sama kalian!"

"Coba lo pikir kalo ada di posisi gue. Gara-gara gue ngilangin novel milik sahabat gue, gue nyolong mangga dan jatuh dari pohon."

"Pas gue buka mata udah beda dunia. Gue masuk ke dunia novel yang gue baca."

"Gue bangun di tubuh orang yang mendapat cap dari orang-orang sebagai antagonis, dan diakhir gue mati di tangan para protagonis, termasuk lo Nath!"

"Gue menyusun segala rencana agar bisa hidup dengan tenang. Tapi sialnya malah bertolak belakang! Lo pikir jadi gue mudah, Nath?"

"Gue ada di tubuh si Araya Loovany tanpa sedikitpun dia memberikan sepenggal memori kehidupannya."

"Gue bohong sama lo karena gue sayang nyawa! Gue gak mau mati dua kali. Karena kalo gue mati di sini, belum tentu gue bakalan balik ke dunia asli gue lagi."

"Tempat dimana seharusnya gue berada, Nath."

Araya menatap Nathan tanpa berkedip dengan napas yang memburu. Tangan laki-laki itu menarik tubuh Araya ke dalam pelukannya, Araya membiarkannya.

"Gue paham gimana perasaan lo. Maka dari itu gue masukin lo jadi bagian Levator, biar gue bisa melindungi lo," ucap Nathan sembari meletakkan dagunya di puncak kepala Araya.

"Gue cuma mau lo jujur, Ray. Gue gak tau seburuk apa karakter gue di novel yang lo baca, nyampe lo takut sama gue."

"Gue gak takut sama lo, gue cuma takut mati," saut Araya yang masih berada dalam pelukan Nathan.

"Jangan merusak suasana Ray," ujar Nathan pelan.

"Nath," panggil Araya.

Nathan berdeham sebagai respon.

"Lo mulai suka sama gue, ya?"

Tidak ada respon apapun dari cowok itu. Araya mengernyit bingung, dia segera melepaskan pelukan mereka dan memandang Nathan heran.

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Where stories live. Discover now