02 FIRST SIGHT

Magsimula sa umpisa
                                        

"Lo terlalu susah gue ingat sebagai salah satu pembeli di sini. Gue pelanggan tetap, dan baru kali ini lihat orang terlalu mencolok kayak lo."

Ah Reygen ini bicara apa sih.

"Aku memang pertama banget ke cafe ini kok."

"Oh, mungkin pertama banget juga gue lihat orang terlalu tegang kayak lo."

"Gue bukan predator. Retania."

Namun yang Retania lihat, Reygen memang seperti predator.

"Enggak ada yang bilang gitu juga?" Setelahnya Retania mulai merilekskan punggung. Merasa lebih nyaman daripada harus duduk tegap seperti sebelumnya.

"Jadi? Kita ini mau apa?"

"Mau nyulik lo mungkin?"

Senyumannya membuat Retania meremang. Takut sekali. Seperti bukan bercanda.

"Sekarang boleh deh, aku bilang kalau kamu kayak predator."

"Sudah ya? Aku minta maaf karena nabrak kamu tadi. Aku rasa juga gak perlu tanggung jawab karena kamu gak ada luka sama sekali. Luka dalam-pun sepertinya juga gak mungkin. Karena yang terpental dikit justru aku tadi. You're totally fine. Bye Reygen, glad to

"Berisik sekali."

Retania paling tidak suka jika bicaranya di potong.

"Biarin aku selesai ucapin good bye sama kamu. Setelah itu gak ada lagi yang berisik-sekali." Nadanya sedikit naik, dengan penekanan di akhir kalimatnya. Cukup menggambarkan Retania yang dibuat kesal oleh Reygen.

"Bye Reygen. Bad to meet

"Bad?" Alis kirinya menukik heran, dengan sudut bibir kiri yang naik perlahan.

"Baru kali ini ada orang yang bisa ketemu gue dan bilang pertemuan itu bad.. huh."

"Wahh.. spesial dong. Eksklusif kamu dapat review dari orang yang ketemu kamu. Tapi sayangnya review kali ini cukup buruk."

"Reygen.. ah! sebelumnya aku rasa kita seumuran, jadi maaf kalau bicaranya seperti ini." Dengan nada yang tegas namun masih terkesan lembut Retania berucap.

"Jadi Reygen.. lain kali kalau ada orang bicara jangan di potong seenaknya. Tidak sopan. Walupun anak kecil sekalipun yang bicara, tapi memotong pembicaraan orang itu sama saja tidak menghargai. Sekalipun kamu engga berniat seperti itu, orang lain bisa saja tersinggung tanpa kamu sadar."

"Terimakasih."

Gadis itu lantas pergi. Rambutnya bergoyang kesana kemari karena angin dan hentakan kecil kakinya yang menandakan kekesalan. Lucu sekali. Reygen masih ingat raut sang gadis ketika bicara banyak menasehati.

Bicara apa perempuan itu tadi? Bab kesopanan ya? Reygen sungguh tak fokus karena terdistraksi dengan kelucuan sang gadis.

"Yahh.. review bintang satu?"

Dirinya masih betah melihat, memperhatikan Retania.. bahkan ketika gadis itu menghampiri seorang lelaki yang bersidekap dan menyandar di sebuah mobil. Terlihat menunggu.

Matanya kian menyipit seiring muncul perasaan tak suka dalam dirinya. Bagaimana saat mereka saling memberi senyum, dengan sang lelaki yang mengusap rambut milik Retania. Apalagi ketika Reygen berhasil mengenali rupa lelaki itu.

Heron.

Awalnya ia tak tau, namun ketika lelaki itu berbalik hendak masuk ke mobil.. Reygen dapat melihat jelas rupa seorang Heron Albert Alfari. Teman sekelasnya.

Mereka tidak akrab, tidak juga terlibat permusuhan. Mereka hanya sekedar teman sekelas, dan seorang siswa yang sering mendapat teguran dari ketua OSIS lantaran Ia yang sering tidak memakai atribut lengkap. Heron adalah ketua OSIS SMA Cakra Raya.

Dan, apa hubungan Retania dengan Heron? itu yang menjadi pertanyaan Reygen saat ini.

Ia akan mencari tau itu semua setelah ini, tanpa harus mengikuti mereka. Cukup ia akan menyuruh salah satu pekerja-nya untuk mencari informasi lengkap tentang Retania juga sekitarnya.

Tersenyum tipis tanpa sadar, tangan Reygen naik memegang dada. Merasakan jantung yang berdebar dengan telinga yang memanas, seiring bayangan wajah cantik Retania dan suara yang begitu Ia suka kembali terputar di pikirannya. Menari-nari, dan Reygen menikmatinya.

Rasanya ia masih ingin melihat Retania sedikit lebih lama. Tidak tau jenis perasaan apa yang kini hinggap pada dirinya, Reygen harap Retania mengingatnya, pun dapat kembali bertemu dirinya.

Jika tidak? Reygen akan membuat jalan sendiri sebagai jalan ia dan Retania bertemu.

"Retania.. Re.."

Terus mengucapkan nama sang gadis, hingga akhirnya entah sengaja atau bibirnya yang memang ingin melontarkan sebuah ucap—

"Harus jadi milik-ku."

yang artinya, ia menginginkan Retania, ia menginginkan gadis itu menjadi miliknya.

~~~~CONTINUED ~~~~


—Neeavey

A Different 'R'Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon