25 PILIHAN RETANIA

681 101 30
                                    

𝓐 𝓓𝓲𝓯𝓯𝓮𝓻𝓮𝓷𝓽 '𝓡'

"Make me your lover, your-lover Jeyen."

"Ayo kak, ayo kita saling memiliki. Aku akan selalu ada buat kamu, enggak akan biarin kamu sendiri dan sedih-sedih lagi.

Perlahan namun pasti, Retania menjauhkan batu dari jangkauan Jeyen agar tidak Ia gunakan sebagai senjata untuk menghancurkan dirinya sendiri. Lantas, Retania membawa dirinya untuk memeluk lelaki itu yang terdiam kaku tanpa berkedip.

"Sayangku.. don't be sad anymore kay? Kalau nanti kamu sedih.. panggil Retania saja ya? Aku pasti langsung teleport ke tempat kamu."

"I'm yours, kak Jeyen."

Suara angin yang berhembus kencang bagaikan semu, hanya hangat dari pelukan sang gadis yang dapat Jeyen rasakan saat ini.

Gadis yang beberapa menit lalu menyatakan dia miliknya, kini memeluk erat tubuh kaku dan rapuh miliknya. Usapan lembut di rambut memberikan reaksi nyaman, sehingga dengan pasti Jeyen memejamkan mata dengan tangan yang mulai membalas pelukan sang gadis.

'Apakah Retania, benar-benar telah menjadi gadisnya? Ungkapan tadi bukan semata untuk menenangkannya kan?' Suara dari batin Jeyen bertanya, sebelum semua pikirannya kosong, karena Jeyen hilang kesadaran-- Ia jatuh pingsan di pelukan gadisnya.

𝓐 𝓓𝓲𝓯𝓯𝓮𝓻𝓮𝓷𝓽 '𝓡'

Langit telah menggelap. Bulan mulai memunculkan tampangnya yang terlihat tak utuh. Bintang-pun ikut menghiasi indahnya langit malam yang menjadi atensi utuh gadis bersurai pirang itu.

Berdiri tenang di jendela kamar yang bukan miliknya, mematri bagaimana indahnya semesta.

Jeyen, sang pemilik kamar kini mulai membuka mata. Setelah benar-benar bangun dari ketidaksadarannya beberapa jam silam, Ia segera memindai segala penjuru kamar.

Ia mengerjap beberapa kali, memastikan bahwa yang Ia lihat benar adanya. Sosok cantik dengan rambut pirang panjang, yang kini kian bersinar karena terpaan sinar bulan.

Figur belakangnya sangat cantik, apalagi dengan gaun tidur berwarna putih menambah kesan dewi malam pada dirinya.

Retania, sosoknya kini berbalik dan berjalan mendekat kearah Jeyen. Langkahnya yang anggun dan tenang, memberikan jeda untuk Jeyen berpikir bahwa semua nyata adanya, bukan sekedar bunga tidur.

"Sudah bangun?" Tanyanya yang kini telah duduk di ranjang yang sama.

"Pertanyaan retoris Re." Dengan lirih Jeyen menjawab, masih tidak berani untuk menatap sepasang manik indah milik gadis pujaannya.

Retania tertawa kecil sebagai respon, yang tanpa Ia sadar... tawa kecilnya saja dapat memberikan efek berarti pada lawan bicaranya kali ini. Jeyen berdebar, merasa asing dengan dirinya sendiri. Lagi.

"Gimana keadaan kamu?" Tanyanya sembari memberikan segelas air putih yang segera diterima oleh sang lelaki.

"Masih buruk."

"I'm here."

Ungkapan Retania itu tidak mendapat respon selain keterdiaman Jeyen. Bagaimanapun Jeyen kehilangan orang terkasihnya belum genap 24 jam, Retania sangat memaklumi.

"Sayangku.. sekarang cuci muka dulu ya, setelah itu kamu makan." Dengan lembut Retania menyibak selimut Jeyen, tangannya menggiring tubuh lelaki itu untuk bangun perlahan. Lantas mengantarnya ke kamar mandi dan berkata-

"Mau makan di bawah?"

"Di kamar."

"Oke, wait me."

A Different 'R'Where stories live. Discover now