'Kamu bukan putraku jika tidak bisa menguntungkan ku'

Itu adalah kalimat yang selalu pria kecil itu dengar sebelum memulai pelatihan memanah, bertarung, dan mempelajari segala ilmu yang bukan kadarnya disaat usianya yang masih sangat kecil.

Rasa senang dihatinya memudar mengingat bahwa pasti sang Ayah akan meminta lebih, seperti-

"Tembak mati dia juga son, maka aku tidak akan pernah menghukum-mu lagi." Bisik pria tersebut dengan suara tegasnya. Benar saja.

Bagai boneka ataupun budak yang harus menuruti perintah tuannya, ia langsung menjawab-

"Akan ku lakukan sesuai perintah daddy."

Mata sayunya kembali menatap pria dengan keadaan teramat kacau di depannya. Tak ada iba yang tersirat, hanya tangan mungil yang bergetar tatkala menodongkan pistol tepat pada objek-nya.

"Maaf sir, apa kau ingin menemani istrimu yang telah mati? saya bisa bantu kalau kau mau."

Hanya isak tangis yang Ia dengar. Pun tangannya yang kian bergetar.

"Satu"

"Dua"

"Tiga"

"Diam berarti iya."

Tak menunggu lama, bocah kecil itu langsung menembak Agraham yang terlihat pasrah tepat pada jantung nya.

Tak berselang lama pula, Agra mulai memejamkan mata, dengan tetes air mata terakhir yang jatuh, diiringi senyum melihat sang istri disampingnya. Tangannya bergerak untuk menggenggam tangan dingin milik Alya, setelahnya berucap dalam hati..

"Maaf sayang, princess kecil mama papa."

Di hari yang sama, juga waktu yang tak berselang lama.. sepasang suami-istri tersebut telah sama-sama pergi dari dunia fana.. meninggalkan putri mereka, tanpa menepati janji pada sang putri untuk kembali.

"Kau memang putraku, mari kita kembali. Kita rayakan keberhasilan kita, dan sebagai ucapan bangga ku kepada mu, Nak."

"Ya daddy." Ucap si bocah kecil tanpa minat, sungguh ia hanya ingin waktu sendiri sekarang, menangisi dan meratapi kebodohan dirinya yang lagi-lagi dengan mudah dikendalikan oleh sang Ayah.

Dia..

Ingin bermain di lapangan seperti bocah lainnya.

"Kalian bereskan semua kekacauan ini, dan jangan sampai meninggalkan jejak, pastikan semuanya telah mati. Setelahnya, manipulasi kematian keluarga sialan ini."

"Baik tuan!"

Lantas mereka pergi meninggalkan mansion besar itu dengan perasaan bahagia yang hanya dirasakan pria itu saja. Meninggalkan kesedihan dan kehancuran yang teramat, untuk anak perempuan yang sedari tadi melihat kejadian dibalik vas bunga besar, dimana ia menyaksikan mama dan papa tercintanya.. dibunuh dengan sebuah tembakan.

"Kata teacher, manusia dengan banyak darah dalam bahaya. Apa Mama papa dalam bahaya? Mereka pasti manusia jahat-kan? hmp.. mereka membuat mama papa berdarah." Tangisnya kian memilu, pun tubuh kecilnya semakin meringkuk agar tangisnya tak didengar oleh seorangpun.

"Ma-ma.. papa-

BRUK!!

"Kamu harus segera ke bandara."

Itu adalah suara yang membuyarkan lamunan seorang gadis cantik dengan mata berlinang air mata. Menghela nafas, segera Ia menghapus air mata yang tak henti-hentinya mengalir- lantas menutup album foto di pangkuannya. Berdiri dari duduk setelah menetralkan debar jantung yang memburu, ia meraih sling bag di atas nakas.

Pergi keluar kamar dengan menarik koper, tanpa melihat orang yang tadi berkata padanya.. takut jika dia melihat matanya yang sembab.

"Wait, you cry?"

"Tidak, aku berangkat sekarang. Sampai jumpa." Melangkah cepat keluar kamar, menuruni tangga, berlanjut menaiki mobil yang akan mengantarnya ke bandara.

Ia akan mulai kembali lembar hidup barunya, tak sadar.. dirinya tersenyum tipis mengingat ia akan segera menemui sebuah keluarga bahagia yang menyayangi dirinya.. Keluarga kedua.

"I hope I can."

"Sebuah karma, menanti kalian."

--C O N T I N U E D--

Hello! Jadi ini book "ABOUT R" yang sudah aku revisi dan berubah menjadi "A Different R" yaa! So enjoy!

ingat! ada perubahan nama tokoh untuk Ray, Rafan dan Reno!


-Neeavey

A Different 'R'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang