"Jika iya kau tidak tuli! Maka dengarkan saya, pergi dari rumah kami! Sebelum saya benar-benar membuat Anda tuli!"

"Iya setelah menghabisi kalian." Ucapnya sembari bersiap dengan pistol.

"Alya pergi dari sini, ku mohon." Pinta Agraham dengan suara yang melemah. Tangan dinginnya terasa hangat ketika menggenggam tangan sang istri.

"Tidak Agra, kita hadapi mereka sama-sama." Tepat setelah itu Alya mengumpulkan tekatnya. Dengan tangan bergetar, Ia lantas menembakkan peluru yang sebelumnya dibawa oleh Agraham kepada pria tersebut.

Namun tidak sesuai harapannya.. lantaran peluru itu hanya mengenai lengan. Sungguh sial.

"DADDY!"

"Sshh.."

"Beraninya kau melukai Daddy ku, Nyonya!"

Suara anak laki-laki itu, membuat Alya menjatuhkan pandangan di belakang sana. Pada anak laki-laki yang berlari.. dan kini berdiri di hadapan pria itu. Usianya mungkin tidak jauh dari putrinya, namun lagaknya seperti menjadi garda terdepan untuk Ayah-nya yang keji.

"Kalau Anda berani melukai daddy saya, berarti Anda juga harus terluka!"

DOR!

"TI-TIDAK-

ALYA!"

Anak kecil itu menembak Alya di bagian perut. Tidak ada ketakutan pada dirinya. Sedari tadi ia hanya menampilkan raut tanpa ekspresi disaat menyaksikan aksi pukul dan tembak-menembak, bagaikan ia sudah sering melihat adegan seperti itu.

"Alya, sa-sayang kau harus kuat bertahan, don't leave me! Please, don't close your eyes. Ya Tuhan, ku mohon bertahan."

Suara bergetar penuh kekhawatiran terdengar dari Agraham yang melihat keadaan istrinya telah bersimbah darah di sampingnya.

Air mata-pun lolos keluar dari mata, disaat ia melihat sang istri tercinta tersenyum padanya dengan begitu manis dibalik rasa sakit yang Ia tahan.

Agraham merasa kalut saat merasakan tangan sang istri perlahan melemas dengan mata yang tertutup perlahan. Usahanya sia-sia, Agraham tidak bisa menghentikan darah sang istri yang terus menerus keluar.

"Qimberleay. Sayangku, putri kita Ag-Agra.."

Agraham seakan kehilangan jiwanya. Nafasnya tercekat, pun dengan tubuhnya yang memanas saat melihat sang istri menghembuskan nafas terakhir.

Agraham kehilangan istri tercintanya.. Alya.

"Jangan, jangan Ya Tuhan. Alya-ku.. to-tolong jangan."

"Alya.." Nada itu terucap lirih, dengan tangan yang perlahan mengepal.

"KAU MEMBUNUH ISTRIKU! Bocah-sialan!"

"Tanganmu yang kecil itu, menghancurkan istri ku!"

"Because she hurt my daddy." Kakinya maju satu langkah.

"DON'T CARE, YOU KILL HER! YOU KILL HER!"

Tepukan tangan diiringi tawa menggema di udara. Menggambarkan sebuah kesenangan namun keji.

"My great son, ini baru putraku."

Ekspresinya masih tak berubah, namun tak ayal ia cukup senang karena mendengar Ayah-nya berkata bahwa ini baru putranya, disaat selama ia sudah pandai berbicara dan berjalan.. Ia tidak pernah mendengar sang Ayah berucap demikian.

A Different 'R'Where stories live. Discover now