34. Darren dan Kiran?

Start from the beginning
                                    

"Pa, kenapa Aya harus pilih? Mereka kan manusia sama kayak Aya, bukan baju."

Baik orang tua Araya maupun Bu Nirma tampak terkejut dengan jawaban Araya kecil yang memang cukup masuk akal.

"Bukan gitu Aya. Maksudnya, siapa yang kira-kira cocok jadi abang Aya, Aya boleh pilih."

Walaupun Araya tidak terlalu mengerti dengan penjelasan Mamanya. Namun ia tau maksudnya apa.

Kedua matanya melihat ke sekeliling. Matanya menangkap pemandangan dua anak kecil berbeda jenis kelamin yang sedang duduk berdua sembari memakan es krim.

Araya kecil sedikit terenyuh saat melihat perhatian yang diberikan oleh bocah laki-laki itu kepada bocah perempuan yang duduk di sampingnya.

"Aya mau dia yang jadi abang Aya," ucap Araya sambil menunjuk ke arah dua bocah itu.

***

Seorang gadis terlihat mencurigakan. Kedua matanya melihat ke sekeliling. Saat merasa keadaan sudah benar-benar aman, ia segera berjalan ke arah taman sekolah. Seorang laki-laki berperawakan tinggi berdiri di bawah pohon jambu air yang cukup rindang.

"Kak Darren."

Darren yang merasa namanya dipanggil, ia menoleh ke belakang. Ia tersenyum tipis melihat gadis di hadapannya.

"Kak Darren kenapa manggil aku?"

"Duduk," perintah Darren. Kiran hanya menurut saja, duduk di bangku yang sudah tersedia.

"Gue kangen sama lo."

Kiran terkejut dengan penuturan Darren, dia menoleh ke arah laki-laki di sampingnya.

"Kenapa lo natap gue kayak gitu? Salah kalo gue kangen sama adik kandung gue sendiri?"

"Enggak ... tapi rasanya kayak canggung aja," jawab Kiran.

"Canggung?"

Kiran mengangguk. "Ya, canggung. Mungkin gara-gara aku sama Kak Darren udah terpisah selama sebelas tahun."

"Kalo waktu itu Aya gak milih gue, pasti gue sama lo gak bakalan ke pisah dan jadi canggung kayak gini."

"Jangan gitu, Kak. Gimana pun juga, Araya tetap adik Kakak."

Darren mengambil napas dalam, dan menghembuskannya sedikit kasar.

"Dia udah tau."

Kiran menyipitkan matanya menatap Darren. "Dia? Tau? Siapa?"

"Aya. Dia udah tau kalau lo adik kandung gue."

Mata gadis itu melebar. "Kok bisa?!"

Darren mengedikkan bahu. "Gue juga gak tau. Kayaknya selama ini dia cari tau siapa adik kandung gue."

"Harusnya dari awal Kak Darren jujur sama Araya, kalo aku adik kandung Kakak."

"Enggak, Ran. Lo tau sendiri kan, lo pacaran sama si Alaskar aja dia benci banget sama lo. Gimana kalo dia tau kalo lo adalah adik kandung gue?"

"Tapi sekarang Araya udah tau, Kak."

Darren terdiam. Alasan dia menyembunyikan fakta tentang Kiran adalah adik kandungnya, dia tidak mau Araya semakin membenci gadis itu. Dia tidak mau membuat Kiran menderita karena perlakuan Araya dulu.

Semua anggota Ravloska tau bahwa Kiran merupakan adik kandung Darren. Maka dari itu, mereka selalu berusaha melindungi gadis itu. Tidak hanya Ravloska, semua anggota Levator pun mengetahui fakta tersebut, termasuk Nathan.

Itu lah salah satu kenapa Nathan membenci Darren, karena laki-laki itu merupakan kakak kandung dari seorang gadis yang sudah merebut semuanya yang ia punya.

"Araya itu orang baik," gumam Kiran yang masih terdengar oleh Darren. Seketika laki-laki itu langsung menoleh.

"Maksud lo?"

"Araya udah nyelamatin aku pas di toilet. Kalo gak ada Araya, mungkin Kak Dera lanjut buli aku saat itu juga."

Darren memandang Kiran ragu. "Beneran Aya gak ikut campur saat kejadian itu?"

Kiran menggelengkan kepalanya. "Enggak. Dia cuma lontarin kata-kata yang membuat aku jadi sadar."

Dahi Darren mengernyit. Kiran hanya terkekeh melihat Darren yang tampak kebingungan.

"Dan pada waktu itu, Araya sempat bilang sama aku kalau dia tau siapa aku sebenarnya. Dan ya, apa yang dikatakan Kak Darren benar. Araya kayaknya tau kalau aku adik kandung Kakak."

Darren hanya terdiam. Jadi, Araya tau siapa Kiran sebenarnya? Yang membuat dia bingung adalah ... darimana Araya mengetahui kalau Kiran adiknya?

Dia melirik gadis di sampingnya. Senyuman tipis terukir di bibirnya. Ia mengelus rambut Kiran dengan penuh kasih sayang.

"Gue bersyukur Tuhan masih mempertemukan gue sama lo."

Kiran membalas senyuman Darren. Ia langsung memeluk tubuh Darren dengan erat.

"Kiran juga bersyukur punya Kak Darren."

"Ya. Lo cuma punya gue, dan gue cuma punya lo sekarang," balas Darren.

Kedua orang tua mereka sudah tiada saat Darren masih berusia empat tahun dan Kiran berusia tiga tahun karena sebuah kecelakaan. Setelahnya mereka dirawat oleh nenek mereka. Namun setahun kemudian neneknya juga meninggal. Karena tidak mempunyai siapa-siapa lagi, Darren dan Kiran terpaksa tinggal di panti asuhan Kasih Bunda.

Sampai dimana setahun mereka tinggal di panti asuhan, tiba-tiba Darren di adopsi oleh salah satu keluarga, yang tak lain adalah keluarga Araya. Dia terpaksa harus meninggalkan Kiran saat itu, karena Araya keras kepala memilih dirinya untuk dijadikan abang.

Sampai beberapa bulan kemudian. Kiran juga ada yang mengadopsi, yaitu keluarga Nathan.

Sejak saat itu, Darren membenci Araya karena telah memisahkan dirinya dengan Kiran adik kandungnya. Karena hanya Kiran satu-satunya keluarga yang dia punya.

"Kak Darren," panggil Kiran sembari melepaskan pelukannya. Darren hanya berdeham sebagai jawaban.

"Jangan jahat sama Araya, ya. Bagaimana pun juga dia adalah adik Kak Darren."

Dia terdiam, kemudian tersenyum seraya mengangguk. Kiran tersenyum dengan lebar saat melihat reaksi Darren.

Sampai bel masuk berbunyi menyadarkan mereka berdua.

"Udah bel, Kiran ke kelas dulu, Kak."

"Bareng sama gue," ajak Darren yang langsung disetujui oleh Kiran.

Mereka berdua meninggalkan taman sekolah. Namun, tanpa mereka sadari seseorang duduk di atas pohon jambu tersebut. Keberadaannya tidak disadari karena dia duduk di dahan yang lumayan sedikit tinggi.

Ia menggigit jambu air yang ada di tangannya. Terdengar helaan napas berasal dari mulutnya.

"Jadi gini rasanya di ghibahin tepat di depan mata."

___________________
batas suci

Hai!

Udah tau kan, alasan Darren kenapa benci sama Araya? Coba pahami dari sudut pandangan mereka satu persatu, ya. Pasti kalian bakalan paham kenapa mereka seperti itu.

Virtual hug 🤗💖

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Where stories live. Discover now