32. Mencari Si Impostor

Start from the beginning
                                    

Arthur terkekeh melihat teman-temannya menganga.

"Cuma gara-gara kalah balapan, lo pada nyerang Levator? Cih, bocah."

"Ini demi sebuah harga diri," saut Darren.

"Demi sebuah harga diri, atau demi sebuah keuntungan pribadi?" tanya Arthur seraya menyeringai.

Garvan, Bayu, dan si kembar tampak kebingungan. Sedangkan Darren dan Alaskar menatap Arthur dengan kilat marah.

"Keuntungan pribadi?" beo Bayu.

"Gak usah dengerin omongan gue, gue cuma mengada-ada. Yakan?" tanya Arthur kepada Alaskar dan Darren.

Arthur berdiri sembari menyampirkan tas sekolah di pundaknya.

"Gue balik duluan, masih banyak urusan yang lebih penting daripada ghibahin orang."

Tidak ada yang menjawab perkataan Arthur. Laki-laki itu memandang ke arah mereka.

"Sekedar mengingatkan. Levator gak akan diam kalau salah satu anggotanya diusik."

Arthur tersenyum sinis, lalu melangkahkan kakinya keluar dari kediaman si kembar.

***

"Ah! Pelan-pelan anjir!"

"Perih dikit aja lebay," ledek Nathan kepada Jovan.

"Lo–NATHAN SETAN! BABI!"

Nathan tergelak melihat sahabatnya yang kesakitan. Karena Araya sedang mengobati luka Galang, maka Nathan yang mengobati luka Jovan. Dan laki-laki itu malah sengaja menekan bagian luka dengan kapas yang sudah diberi alkohol.

"Si Araya aja yang obati gue! Lo bukannya ngobatin, yang ada luka gue makin parah," sungut Jovan kesal.

"Sama si Reno aja sana, gue daritadi ngobatin orang mulu. Tadi si Nathan, sekarang si Galang. Yakali tambah sama lo juga?" saut Araya tidak mau.

"Si Reno? Boro-boro ngobatin, diajak ngomong aja gak pernah nyaut."

"Gak penting denger omongan manusia kayak lo," saut Reno acuh sambil bermain game.

"Nah, kan? Lo liat kan Ray? Kelakuannya aja begitu."

Araya memutar bola matanya malas. Kenapa dia harus mengenal mereka berempat? Araya dan Levator sedang berada di apartemen Nathan, untuk mengobati luka kedua bocah Jovan dan Galang.

"Makanya kalo mau babak belur itu gak usah janjian. Gue males ngobatin lo pada," ujar Araya.

"Yang namanya musibah kagak ada yang tau Ray," jawab Galang yang sudah selesai Araya obati.

"Ini semua gara-gara si Ravloska kampret! Cari masalah sama mereka juga kagak, maen ngeroyok aja. Untung wajah gue masih keliatan ganteng."

Ekspresi di wajah Nathan berubah saat Jovan mengatakan Ravloska.

"Namanya juga para pecundang. Geng tolol, gak guna," saut Galang.

"Gak sadar diri," gumam Nathan yang masih terdengar oleh telinga mereka.

"Siapa yang gak sadar diri?" tanya Araya heran.

"Si Darren dan brengsek Alaskar."

Araya mematung saat nama Darren disebut. Apa ada sesuatu diantara Darren dan juga Nathan?

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Where stories live. Discover now