027. Qobul yang Mengikat

Start from the beginning
                                    

"Dek, di salimin atuh suaminya" abyaz tersenyum salah tingkah saat sang ibu mertua menyebutnya sebagai suami hangkala. Ah tidak disangka, hal ini benar benar terjadi. Dengan pipi yang merah merona hangkala mengambil tangan kanan suaminya

Kala mencium punggung tangan abyaz, dan apa yg terjadi? Abyaz justru meletakkan tangannya di atas kepala gadis itu, tepatnya pada ubun-ubun, seraya berkata "Bismillahirohmanirohim"

"Allahumma inni as'aluka min khairiha wa khairi ma jabaltaha'alaihi. Wa a'udzubikamin syarriha wa syarrima jabaltaha'alaihi" hangkala bisa mendengarnya, suara abyaz walau cukup dibilang begitu lirih

Dan semakin salah tingkah hangkala dibuatnya saat bibir ranumnya menyentuh dahi hangkala. Tolong siapapun bawa hangkala melayang bersama. Menurut kala dia sepertinya bukan santri, apalagi kiai. Dia pria biasa yang begitu menjaga ilmu agamanya. Dia pria biasa yang taat terhadap-Nya

"Aduhhai, yang udah sah he'em bebas ya.. Banyak nyamuk loh disini" cibir penghulu yg sedikit bergurau

Penghulu itu menyerahkan buku nikah kepada keduanya, "Ini ya.. Yang merah punya kamu, dan yg satunya ini punya istri kamu. Di tanda tangani dulu" cibiran yang cukup memalukan, keduanya menandatangani buku yang penghulu itu berikan

"Waduh saya jadi pengen menikah lagi" Loloslah tawa yg sedari tadi sempat mereka tahan

Kemudian abyaz dan kala menandatangani buku nikah yg diberikan dan penyerahan mahar satu set alat sholat beserta uang tunainya sebesar lima juta rupiah.

Penghulu itu menatap jam yang terus berjalan.
Rupanya sebentar lagi waktunya habis. Penghulu itu pun memutuskan untuk berpamit karena ada acara lain yg harus dihadiri

"Yasudah, ini saya ada panggilan lain. Silahkan foto-foto dulu"

Dilihat penghulu yg tadi menikahkan sudah melenggang pergi, tampak abyaz menatap lekat hangkala dengan senyuman yg selalu mengambang. Sontak hal itu membuat yg ditatap merasa tersipu dan menutup wajahnya

"Hangkala, dan ku ikat dirimu, dengan qobulku"

***

Abyaz membantu memasukkan barang-barang milik hangkala pada mobilnya. Dekapan itu tak bisa hangkala lepaskan, ia terlalu takut untuk jauh dari ibu dan kakak tercintanya, begitupun sebaliknya

"Baik-baik ya dek, jadi istri yang solih kamu" kala hanya mengangguk dalam dekapan ibundanya. Sesaat keheningan mengudara, sebelum kala siap dan melepas dekapan kepada zelora

"Mama, kala pergi dulu ya.. Mama jaga diri, abang juga. Makasih udah bertahan demi kala bang" kentara tersenyum dan mengangguk mantab

"Apa sih yang enggak buat adeknya abang?"

"Kamu, awas aja klo buat adek saya lecet ya" abyaz terkekeh lalu mengangguk

"Gaakan saya buat lecet kok, aman. Yaudah Ma, kak.. Saya izin membawa hangkala pergi" zelora mengangguk begitupun dengan hangkala yang berjalan mendekat kearah abyaz

"Hati-hati, selamat sampai tujuan ya nak"

"Siap ma" abyaz membuka kan pintu mobilnya untuk hangkala, dan setelah nya ia berputar untuk masuk ke kursi kendali. Kemudian dengan sapaan terakhir mobil itu berjalan melenggang dari pekarangan rumah kala

Keheningan kembali mengudara, keduanya sama sama terlalu malu untuk membuka suara. Yg ada kala hanya menatap jalanan luar sore hari itu

AZZKALA: EphemeralWhere stories live. Discover now