Prolog

276 22 5
                                    

"Karena hati manusia itu kayak hujan, bisa jatuh kapan dan di mana aja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Karena hati manusia itu kayak hujan, bisa jatuh kapan dan di mana aja. Kalau memang hati kita memilih seseorang itu untuk dijadikan tempat terjatuh, kita bisa apa? Kalau udah terlanjur, kita nggak bisa menyuruh hati kita memilih tempat jatuh yang lain."
─Cenna

*

SMA Aldebaran menjadi salah satu sekolah ternama di Kota Bandung. Kala itu, SMA Aldebaran memiliki lima orang yang harus dikenal oleh seantero sekolah: Pertama Pak Saprudin, bapak kepala sekolah yang sangat bersahabat dengan siapa pun tanpa memandang jabatannya; Kedua Pak Mamat, salah satu satpam yang baik hati, penyabar, dan luar biasa ramah; Lalu tiga lainnya... kalian salah jika berpikir tiga orang terakhir yang harus dikenal adalah seorang guru atau karyawan sekolah yang bersikap baik seperti Pak Saprudin dan Pak Mamat. Sebab, tiga orang itu adalah Jisan, Avicenna─yang akrab dipanggil Cenna, dan juga Jaiz.

Mereka adalah murid-murid yang dikenal seantero sekolah semenjak melaksanakan debat untuk memperebutkan posisi sebagai Ketua OSIS. Fakta lainnya yang membuat warga sekolah merasa takjub, tiga sekawan itu sudah saling mengenal sejak masih berseragam merah putih. Alih-alih merasa bersaing, pada saat pelaksanaan debat kala itu mereka justru merasa seperti sedang adu pendapat sebagaimana yang mereka lakukan ketika berkumpul.

Kemasyhuran mereka berlangsung sejak ketiganya masih duduk di tahun kedua SMA. Sementara kini, mereka bertiga telah menanggalkan seragam putih abu-abu dan berubah status menjadi mahasiswa. Bahkan mereka termasuk ke dalam beberapa orang yang terlebih dahulu menyandang status mahasiswa baru karena berhasil lolos di Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri.

Tiga sekawan itu melalui banyak sekali waktu luang setelah hari pengumuman, sementara teman-temannya yang lain sibuk mempersiapkan ujian pada seleksi selanjutnya. Oleh karena itu, ada satu hari di mana mereka bertiga sedang berkumpul dan sebuah ide tiba-tiba saja terlintas di benak Jisan, hingga laki-laki itu menyeletuk, "Gimana kalau kita bikin podcast?"

"Podcast apaan?"

"Di jaman sekarang, lo nggak tahu apa itu podcast? Serius?!"

"Maksud gue, kalau bikin podcast itu nanti tentang apa? Yang benar aja gue nggak tahu! Gue juga suka dengar, kali."

"Ya... cerita apa aja tentang hidup. Tentang kita yang udah berteman dari jaman SD, misalnya. Terus juga tentang gimana pertama kali kita ketemu─"

"Big no. Topik kayak gitu terlalu klise buat dibicarakan ke khalayak umum, menurut gue."

Jisan langsung memberengut mendengar Cenna memotong ucapannya dengan kalimat yang menohok. Dia lantas merebah, memandangi langit-langit dan berusaha mencari inspirasi lanjutan mengenai idenya.

"Lo berdua pasti tahu kan, kalau manusia di dunia ini diciptakan dengan kepribadian yang berbeda-beda?" Jaiz, yang sejak tadi hanya memperhatikan kedua kawannya mengobrol, akhirnya angkat bicara. "Di antara mereka ada yang punya kepribadian terbuka, ada juga yang tertutup. Kepribadian yang pertama jelas akan membuka dirinya ke siapa pun, bahkan nggak heran kalau ada yang dengan mudahnya membuka diri ke seseorang yang baru dikenal. Tapi, beda cerita dengan orang yang kepribadiannya tertutup; mereka nggak semudah itu mempercayai seseorang, bahkan orang terdekatnya selama bertahun-tahun belum tentu tahu semua cerita tentang dia."

Radio Berkisah (Revisi)Where stories live. Discover now