30. Lambe Turah

Mulai dari awal
                                    

"Apaan, sih? Gue lagi sibuk ngejar si Elita kampret."

"Gue mau ngomong sama lo."

"Nanti aja di rumah, sekarang gue gak bisa," tolak Araya melewati Darren begitu saja, namun pergelangan tangannya dicekal pelan oleh laki-laki itu.

Araya melirik tangan Darren yang mencekal tangannya. Darren langsung melepaskannya.

"Sepenting apa topik yang akan lo bahas, nyampe mesti ngomong sekarang?" tanya Araya membalikkan tubuhnya menjadi saling berhadapan.

"Ini soal Kiran."

Araya memutar bola matanya dengan malas. Dia sudah menduga semuanya akan seperti ini.

"Lo pasti mau nuduh gue yang buli dia, kan? Bukan gue pelakunya," ujar Araya.

"Bukan soal itu. Gue tau bukan lo yang buli dia di toilet, Kiran udah ngomong sama gue kalo pelakunya adalah Dera."

Araya mengangguk. "Baguslah kalo dia ngomong jujur."

"Btw ... sepenting apa lo di hidup dia, nyampe si Kiran laporan ke lo soal kejadian tadi?"

Darren terdiam dengan pertanyaan yang Araya lontarkan. Gadis itu hanya tersenyum dengan terpaksa.

"Gak perlu lo jawab, gue udah tau jawabannya."

"Gue gak ada hubungan apapun sama dia," ujar Darren.

"Lo yakin?"

"Gue sama dia cuma sebatas kakak kelas dan adik kelas, gak lebih."

Araya memiringkan kepalanya sembari tersenyum sinis. "Adik kelas ... atau adik kandung?"

"Maksud lo apa?" tanya Darren tidak mengerti.

"Gue yakin lo paham apa maksud gue, Aldarren Levarendo."

Araya berlalu pergi begitu saja meninggalkan Darren yang terdiam di tempat.

***

Bel pulang sekolah berbunyi dengan nyaring. Setiap guru yang mengajar segera mengakhiri kegiatannya. Para siswa-siswi pun saling buru-buru berhamburan karena ingin segera pulang ke rumah masing-masing.

Araya membereskan alat tulisnya, namun kedua matanya menatap tajam ke arah Elita yang duduk di bangku paling depan. Saat Araya kembali ke kelas, gadis itu sudah pindah tempat duduk.

Elita langsung mengacir pergi dari kelas dengan terburu-buru.

"Heh Elita, jangan kabur!"

Baru saja Araya akan mengejar sahabatnya, seseorang ada yang menarik tangannya cukup kuat sampai membuat tubuhnya terpentok meja.

Araya menatap nyalang Yolla. "Berani-beraninya lo ngusik gue lagi."

Di kelas hanya tersisa Yolla dan juga dirinya. Semua murid sudah pergi.

"Lo punya masalah apa sih sama gue? Hobi banget ngajak baku hantam," tanya Araya sudah muak.

"Gue yakin, lo pasti kerja sama dengan si Dera buat buli Kiran, yakan?"

Kening Araya mengernyit. "Kalo iya kenapa? Kalo engga kenapa? Ada kaitannya sama lo?"

"Jelas! Kiran itu sahabat gue."

"Sahabat, ya? Kok lo mau sih sahabatan sama cewek lembek kek dia?"

"Tapi dia gak jahat kayak lo," saut Yolla.

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang