Kelaianan?

1K 160 22
                                    


"Mau bersembunyi, lagi?" kata Itachi di mana raut wajahnya terlihat dingin.

Sasuke hanya diam dan memasang wajah datar kemudian berbalik dan melangkah. "Apa yang kakak lakukan di sini?"

Itachi memasuki ruangan Sasuke. Pria dengan rambut dikuncir rendah tersebut kemudian duduk di sofa sisi ruangan. "Nanti malam temui putri dari keluarga Haruno. Jika tidak, ayah tak akan menganggapmu lagi sebagai anak," ucapnya.

Sasuke menghentikan langkah di depan meja kerjanya dengan kedua tangan masuk saku celana. Ia pun berbalik menatap Itachi yang dalam mode serius. "Berhentilah seakan aku tak bisa mendapatkan wanita. Jika orang lain mendengarnya, bukankah akan mempermalukan nama keluarga?"

"Bahkan saat ini kau telah mempermalukan nama keluarga kita. Apa aku harus mengingatkan berapa usiamu sekarang? Bahkan teman-temanmu sudah memiliki anak. Lalu bagaimana denganmu? Aku justru curiga, standar wanita yang kau inginkan hanya sebuah alasan." Itachi terdiam sejenak kemudian kembali membuka suara. "Alasan menutupi kelainan yang kau idap," lanjutnya dengan memincingkan mata.

Alis Sasuke tampak berkerut. "Apa maksudmu?!" tanyanya yang juga memincingkan mata tajam.

Itachi berdiri dari duduknya dan melangkah kemudian berhenti tepat di hadapan Sasuke. Pandangannya lurus menatap jelaga Sasuke yang serupa dengan iris matanya. "Gay? Pedo? Atau lemah?" Seraya melirik ke bawah pada T-rex Sasuke yang terlindungi celana. "Katakan, mana dari ucapanku yang benar maka aku tak akan lagi memaksamu segera menikah. Aku juga akan mengatakan pada ayah untuk menendangmu dari rumah bahkan mencoret namamu sebagai Uchiha."

Tangan Sasuke terkepal kuat di sisi tubuhnya. Kenapa harinya kali ini terasa memuakkan? Sebelumnya Naruto yang membuatnya kesal dan sekarang kakaknya.

Itachi berbalik dan melangkah menuju pintu meninggalkan Sasuke yang tak menjawab. Dan tanpa Sasuke ketahui seringai tipisnya terukir di bibir. Ia sengaja memasang wajah palsu yang jarang ia tunjukkan semata agar Sasuke menuruti keinginannya. Ah, bukan, tapi keinginan ayahnya. Mungkin akan lebih efektif jika ayahnya turun tangan secara langsung, namun karena kesibukan ayahnya saat ini, ayahnya menyerahkan tugas itu padanya.

Jbles!

Sasuke menatap pintu ruangannya yang tertutup rapat. Itachi telah pergi dari sana, namun aura keberadaannya masih tertinggal dan membuatnya muak. Dan sangat muak saat teringat ucapan Itachi sebelumnya. Ia masih normal, sangat jelas. Jika tidak, tentu ia tak akan menerapkan standar tinggi wanita yang pantas bersanding dengannya. Tiba-tiba Sasuke teringat sesuatu. Kenapa sepertinya ia pernah mendengar nama Haruno? Ia pun mencoba mengingat-ingat namun tak dapat menemukan file memori mengenai nama tersebut.

Kring ... Kring ....

Suara telepon kantor di atas meja berdering membuat Sasuke berbalik dan mengangkat panggilan. "Hn."

"Ha—halo, Tuan. Maaf, saya sudah berusaha menahan tuan Itachi sesuai perintah anda tapi beliau bersikeras—"

Belum sempat anak buahnya menyelesaikan ucapannya, Sasuke segera menutup panggilan. "Tak berguna," batin Sasuke. Ia berjalan memutari meja dan berdiri di depan dinding kaca besar ruangannya yang memperlihatkan luasnya ibu kota. Sepertinya ia harus datang pada pertemuan nanti malam. Bukan karena menerima perintah kakaknya, tapi semata untuk membungkam mulutnya. Jika wanita itu tidak sesuai kriterianya, ia punya rencana untuk menolak dengan cara elegan.

Tok tok tok

Perhatian Sasuke teralihkan mendengar suara ketukan pintu dan ia yakin ini bukan sang kakak. Tak mungkin kakaknya mengetuk pintu. Dan benar saja, saat pintu terbuka, terlihatlah siapa tamu yang datang dan dia adalah, Karin. "Apa yang kau lakukan di sini," ucap Sasuke kala melihat Karin berjalan ke arahnya, Karin adalah salah satu wanita yang tak berhenti mengejar Sasuke meski ia menolaknya secara terang-terangan.

"Hanya ingin menunjukkan sesuatu," jawab Karin yang kini telah berdiri di hadapan Sasuke. "Tidakkah kau dapat menebaknya?" ucapnya dengan melirik ke bawah ke arah dadanya.

Alis Sasuke terlihat berkerut. Di matanya Karin tetap sama sepeti biasa. Namun pikirannya itu terbantahkan saat tanpa sengaja pandangannya mengarah pada dua gundukan Karin yang tampak berbeda. "Kau mengambil dada palsumu?" tebaknya dengan alis menyatu.

Karin tertawa kecil. "Rupanya kau sangat jeli. Jadi tak ada lagi alasan untukmu menolakku bukan? Aku sudah membuang semua benda plastik di tubuhku."

Sasuke menatap Karin datar, amat sangat datar seperti tak berniat menatapnya. "Apa kau bodoh? Saat kau memutuskan menanam plastik, benang dan semacamnya di tubuhmu, sama artinya kau tak pantas bersanding denganku. Jadi sebaiknya kau pergi. Aku sudah terlalu lelah mengatakan padamu bahwa aku, tak akan pernah menyukaimu," ucapnya dengan penekanan kata di akhir kalimat.

"Ta—tapi, Sasuke, aku sudah melakukan semuanya. Tak bisakah kita mencobanya?" paksa Karin. Wanita berambut merah itu memegang pergelangan tangan Sasuke dengan raut memohon. Sebelumnya ia tak tahu bahwa Sasuke berbeda, bukan penyuka wanita berdada besar dan wajah bak boneka. Ia telah menghabiskan banyak uang untuk merombak tubuhnya semata untuk menarik perhatian kaum adam, termasuk Sasuke saat ia mengenalnya sekitar dua tahun yang lalu. Tapi siapa kira, Sasuke justru membencinya, membenci tindakannya yang telah merombak tubuhnya.

"Pergilah," perintah Sasuke dengan baritonnya yang terdengar berat bahkan raut wajahnya tampak suram. Naruto dan Itachi sudah menghancurkan moodnya hari ini, dan menghadapi Karin semakin membuatnya gerah dan marah.

"Bukankah di dunia ini yang terpentig adalah cinta? Dan cinta tak memandang fisik, Sasuke. Cinta juga tak memandang masa lalu. Kau bisa belajar mencintaiku dan menerimaku apa adanya bukan? Lagipula tak akan mudah menemukan wanita seperti keingnanmu. Jadi harusnya kau melihatku bahkan belajar mencintaiku karena aku telah berusaha menjadi seperti yang kau inginkan. Belum tentu ada wanita lain yang berusaha sekeras aku," ujar Karin dengan mata berkaca-kaca. Ia sangat mencintai Sasuke bahkan bisa dibilang terobsesi padanya. Ia bahkan memutuskan mengambil implannya hingga melakukan operasi keperawanan hanya untuk Sasuke.

"Sayangnya aku tidak mencintaimu, bahkan sedikitpun aku sama sekali tak menyukaimu." Dihempasnya tangan Karin dan melangkah menuju pintu Dibukanya pintu itu dan mempersilahkan Karin pergi. "Jadi pergilah sebelum aku menyuruh security menyeretmu." Tepat di saat itu ponsel Sasuke bordering. Mengambil ponselnya dari saku celana, dahinya terlihat berkerut melihat nama yang tertera pada layar. Karena yang menghubunginya saat ii adalah Hinata istri Naruto. "Hn," jawabnya setelah menggeser layar.

"Cepat ke rumahku sekarang, Sasuke! Jika sampai terjadi sesuatu pada Hinata dan pernikahanku, maka aku akan membunuhmu!"

Alis Sasuke mengernyit tajam menatap layar ponselnya saat Naruto mematikan sambungan telepon sepihak. Naruto terdengar marah dan serius, tapi kenapa? Padahal harusnya ia yang marah. Detik berikutnya ponselnya kembali berbunyi menampilkan pesan dari Naruto.

Naruto: Jika kau tak segera sampai dan menjelaskannya pada Hinata, aku akan membunuhmu bahkan membakarmu hidup-hidup.


*****

Kalau kalian suka cerita ini, boleh dishare biar banyak view, banyak vote dan banyak komen biar semangat buat up. Hehehe. Serius, vote dan komen kalian yang bikin ana semangat. ( Tapi dilarang plagiat apalagi cuma copas!!! )

And, yang tanya Sasuke, The Lord of Akuma kapan up, semoga secepatnya (emot cium) 

Ana up-nya dari lepi, ga tahu nyelipin emot gimana caranya. (emot monyet tutup muka)

Dahlah. See you next chap. (emot cium lagi, banyak-banyak)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Cutie LoliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang