Serpihan

44 15 20
                                    





"Gue mau putus Yeri!"

Yeri yang tengah menyesap rokonya mendecakan bibirnya tanda tidak setuju, cowok di depannya ini sungguh idaman Yeri. Dari bentuk halisnya, mata bulatnya, bibir yang sedikit tebal dan dimple yang tersemat disalah satu pipinya. Kenapa ia harus putus disaat ia tidak ingin mengakhiri?

"Kenapa? Bukannya lo sendiri yang minta gue buat jadi pacar lo? Ini udah yang ke lima belas kali lo ngajak putus, semenjak kita jadian enam bulan lalu. Kalo alasannya cuma karena cewek miskin itu, nggak. Gue nggak mau kita putus Chanyeol!" Psh....Yeri sengaja mengeluarkan asap roko tepat pada muka Chanyeol. Hingga cowok itu terbatuk.

Chanyeol sungguh muak dengan Yeri. Ia sungguh sangat menyesal dengan keputusannya yang tiba-tiba meminta Yeri untuk menjadi pacarnya dulu. Ternyata ia masuk kedalam jurang yang makin curam. Ia salah jika menilai Yeri wanita baik-baik.

"Dari dulu gue emang masih cinta sama Seohyun, Yeri. Lo harus inget!"

Yeri nampak seolah nggak peduli, ia malah mengambil satu batang rokok lagi. Pematik menyala, mulutnya langsung menghisap rokok yang baru tersulut. Matanya menelisik kearah Chanyeol yang seolah tengah memohon padanya, lewat kedua matanya. Angin yang berhembus kencang membuat sebagian rambut keduanya berterbangan. Pemandangan indah di depan mata keduanya pun seolah hanya hiasan semata.

"Gue tau itu Chanyeol, dan gue nggak pernah permasalahin hati lo buat siapa. Karena kenyataannya gue tetap pemenangnya. Tanpa gue harus ngejar, lo pun datang sendiri." Yeri terkekeh sekali lagi. Jiwanya seolah sudah tidak perduli hati cowok di depannya untuk siapa, yang paling penting Yeri sudah bisa mendapatkan raganya.

Sebenarnya Yeri sudah sangat terobsesi pada Chanyeol dari pertama masuk sekolah. Mark selaku kakanya Yeri yang tau jika adiknya sangat sangat suka pada Chanyeol pun ikut andil dalam permainan Yeri. Namun siapa sangka obsesinya pada Chanyeol sungguh sangat menyeramkan. Berkali-kali Mark sudah memberitahu pada adiknya sendiri, jika yang ia lakukan itu salah.

Chanyeol memang memintanya untuk bisa menjadikan Yeri pacar. Tapi tidak dengan Yeri yang selalu melukai dirinya sendiri ketika tau Chanyeol berbicara pada Seohyun di sekolah, atau Chanyeol yang memintanya untuk mengakhiri hubungan keduanya. Sudah terhitung enam kali Yeri bolak-balik rumah sakit ketika berpacaran dengan Chanyeol.

Cowok itu pun semakin bingung bagaimana caranya untuk bisa lepas dari Yeri. Karena semakin hari Yeri semakin menjadi.

"Selain alasan lo masih cinta Seohyun, kenapa lo mau putus sama gue?"

Chanyeol mengepalkan kedua tangannya. Ia harus menjawab pertanyaan Yeri dengan lugas, agar cewek itu mengerti. Jika ia memang sudah tidak ingin bersamanya. "Gue tersiksa pacaran sama lo!"

"Oke, terus?" Yeri menaikan satu halisnya keatas.

"Gue juga nggak pernah cinta sama lo Yeri. Gue cuma ngerasa terkekang karena permintaan lo terlalu banyak, bahkan gue rela di jauhin adek gue cuma karena berpacaran sama lo. Gue minta maaf, karena dulu ngajak lo buat pacaran, tapi gue udah capek. Apalagi kalo kelakuan lo tetap kaya gini, jujur gue takut Yeri."

"Well sebenernya gue bukan monster yang perlu lo takuti. Tapi oke, gue terima permintaan lo. Let's break up Yeol!" Yeri tersenyum sumringah, tak lupa ia juga menjatuhkan rokoknya yang masih menyala dan menindas nya hingga mati. Tangan itu merangkul leher Chanyeol, menarik tengkuk cowok itu dengan paksa lalu detik berikutnya bibir keduanya pun menyatu. Seolah memang ciuman itu ucapan perpisahan.

Chanyeol sebenarnya sangat bingung ketika Yeri menyetujui permintaannya beberapa hari yang lalu. Bahkan untuk memastikan jika keduanya sudah tidak ada hubungan lagi, Chanyeol bertanya lewat chat. Dan ya, jawaban Yeri tetap sama. Kalau mereka benar-benar sudah tidak ada dalam satu hubungan lagi, alias putus. Cowok yang kegirangan itu akhirnya bisa memberitahukan Zela, jika ia benar-benar sudah putus. Karena sudah terlalu lama ia didiamkan Zela. Rasanya sungguh aneh, waktu adiknya yang cerewet itu berubah menjadi orang yang paling dingin.

DistanceWhere stories live. Discover now