Pertemuan Liam dan Mama

368 35 13
                                    


Happy Reading gaes!

[•••]

"Kak Lea! Liam pulang! Kakak Liam mau cerita sesuatu!" Liam masuk dengan terburu-buru dari ruang utama. Anak itu baru saja pulang dari latihan, cukup malam. Namun, raut wajahnya menunjukkan wajah sangat bahagia.

Ia berlari kegirangan menuju kamar Lea.

"Kak Lea, Liam kete--" Ia mengehentikan kalimatnya menatap kamar yang sudah kosong dan berantakan.

"Kak Lea?" Liam mencari-cari keberadaan kakaknya itu. Melihat di kamar mandi, tidak ada siapa-siapa.

"Kak Lea ke mana?" tanya kebingungan.

Liam memutuskan untuk mencari Lea. Bocah 16 tahun itu menyusuri setiap pojok, sudut, kolong, lemari, ruangan, semuanya.

Lea sangat suka bersembunyi jika Liam pulang telat, jadi bocah itu mengira bahwa Lea bersembunyi untuk bercanda dengannya.

"Kakak! Jangan sembunyi! Liam capek loh ya. Kakak di mana? Ayok keluar huuh," dengusnya. Semua sudah ia cari, tetapi sosok itu tak kunjung ia temukan.

"Kakak jangan sembunyi terlalu jauh ... Liam gak bisa nemuin kakak," ucapnya sembari berdecak pinggang.

Sesaat Liam terdiam, rumahnya nampak berbeda hawanya. Meskipun Lea suka bersembunyi aurah Lea akan terasa. Namun, ini benar-benar kosong.

Bocah itu kemudian mendudukkan pantatnya di sofa.

"Kok perasan Liam gak enak ya." Ia memegang dada, rasa kosong timbul. Perasaan yang kosong tapi membuatnya gelisah.

Liam kebingungan sendiri di rumah itu. Ayahnya entah kemana? Apa lagi kakaknya. Rasanya sangat kacau.

"Liam baru pulang?" Suara itu membuat Liam bangkit dan menatap ke arah sumber suara. Terlihat laki-laki paru baya itu berjalan ke arahnya.

"Papa dari mana?" tanya Liam.

"Enggak dari mana-mana."

"Pah, Liam cariin Kak Lea. Kak Lea di mana?" Liam bertanya kepada Haider. Hanya orang ini yang bisa ia tanyai.

"Jangan tanya-tanya soal dia lagi," sahut Haider dengan wajah kesal.

"Loh? Kenapa? Terserah Liam dong mau tanya apa gak? Toh dia kakak, Liam. Masak gak boleh nanya? Aneh papa tuh," sahut bocah itu kesal.

Bagaimana tidak kesal, ia kelelahan karena latihan futsal dan mencari kakaknya. Malah dapet respon yang menjengkelkan.

"Kak Lea mana?" tanya Liam lagi.

"Kamu bisa patuh sama papa?!" Haider meninggikan nada suaranya. Liam tersentak kaget, dalam benaknya bertanya-tanya 'ada apa dengan papa?'

"Pa? Apa susahnya sih jawab aja? Pake marah-marah," sahutnya sembari memanyunkan bibirnya.

"Papa ... Kak Lea mana?" sekali lagi Liam menanyakan soal kakaknya.

"Kakak kamu udah papa usir."

Seketika Liam terdiam, menatap tak percaya pada ucapan ayahnya.

"Mak-maksud papa? PAPA GILA YA?!" pekik Liam.

"Kenapa papa usir Kak Lea?! Kak Lea dalam bahaya, pa!"

"Cukup Liam! Papa ngusir dia itu karena semua tingkah laku dia," sahut Haider.

"Pa? Soal kejadian lima bulan lalu? Masih papa permasalahkan?!" Bocah itu melotot dengan nafas tersengal-sengal.

"Kamu masih kecil Liam, kamu tidak perlu tau."

"Kecil?! Papa yang masih kecil! Ngusir anak sendiri dengan tau kebenerannya? Papa, mama titipin kita ke papa untuk papa jaga. Tapi papa malah kayak gini ke Kak Lea?! Papa gila!"

MANIFULATIFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang