Pencarian

359 31 1
                                    

Jangan lupa vote! + Komen

Happy Reading gaes?

[•••]

Sudah hampir 1 Minggu, kabar soal hilangnya Lea sudah menyebar dimana-mana. Polisi juga sudah ikut serta mencari keberadaan Lea.

"Masih belum ketemu juga ya Li?"

Bocah 16 tahun itu menghela nafas berat, kemudian menggeleng pelan. "Gue minta maaf ya sama lo atas semua yang udah kakak gue perbuatan ke elo ya Seon," ucap Liam pada laki-laki berwajah manis itu.

Ia tersenyum tipis, "gak papa. Gue udah maafin kakak lo kok. Semoga aja dia cepet ketemu ya."

Liam menganggukkan, dan kembali terdiam. Kedua bocah itu tengah berada di rumah Jihan, rumah baru bagi Liam.

"Maaf kalo ini nyinggung perasaan lo. Tapi ... gue mau tanya, apa bener kakak gue ngelakuin itu ke elo?" Netra Liam kini menatap lekat Seon. Sejujurnya Liam masih tidak percaya dengan apa yang Seon katakan, bahwa kakaknya telah melecehkan orang yang ia anggap sebagai 'teman'.

Seon terdiam, dan menunduk. "Gue mohon jangan bahas itu. Gue malu ...," tutur Seon. Tiba-tiba saja Seon mulai menangis, membuat Liam iba.

"Se-Seon ... maafin gue, gue gak bermaksud buruk." Liam merasa bersalah dengan pertanyaan yang agaknya meyinggung perasaan Seon.

"Gak papa kok. Tetep aja di mata orang gue yang salah, karena gue cowok. Seharusnya gue bisa ngelawan cewek," sahut Seon sembari mengusap air matanya.

"Malam itu gue juga gak inget kejadiannya. Gue cuman inget kakak lo ngasih teh, abis itu gue mulai pusing dan ngerasa aneh. Badan gue berasa gerah, dan gak bisa dikendalikan. Gue inget Lea bawak gue ke kamarnya, abis itu gue lupa." Seon menceritakan kejadian yang ia lihat dalam kilasan ingatannya.

Miris sekali bukan? Tidak ada yang mendengarkan cerita Lea, mereka terlalu sibuk dengan Seon. Bocah polos yang begitu cerdik, memainkan sebuah permainan gila yang membuat semua orang terbodohi.

Liam menepuk-nepuk pundak Seon, memangkan temannya. Liam paham, pasti kondisi Seon masih terguncang karena kejadian itu.

Disisi lain, Jihan tengah mendatangi Kediaman Haider. Perempuan itu benar-benar murka dengan apa yang Haider perbuatan terhadap anak gadisnya.

"Saya membiarkan hak asuh Lea dan Liam jatuh ke tangan kamu agar kamu bisa jaga anak-anak saya! Tapi apa?! Kamu kelewatan Haider!"

"Bisa-bisanya kamu mengusir anak kamu! Gila kamu?!" pekik Jihan.

"Saya mengusirnya karena semua perbuatannya yang sangat menjijikkan! Apa kamu tau apa yang sudah anak kamu itu lakukan?!" Haider tak ingin kalah, ia juga meninggikan nada suaranya pada Jihan.

"Kejadian saat itu? Liam sudah cerita, tapi apa kamu yakin itu seratus persen perbuatan Lea? Lea anak baik-baik Haider!" belanya.

Haider tersenyum smrik. Laki-laki itu berjalan menuju laci nakas yang berada di dekat kursi. Ia mengambil sebuah amplop putih, dan mengeluarkan beberapa lembar poto.

"Liat ini!" Haider meletakkan lembaran foto tersebut di atas meja.

Betapa terkejutnya Jihan melihat foto-foto itu, seorang perempuan dengan laki-laki. Mirisnya itu adalah Lea, anak perempuannya.

"Le-Lea?" Air mata Jihan tumpah.

"Liat apa yang anak kamu lakukan! Kamu dan dia sama!"

"Sama-sama jalang!"

Plak!!

"Bajingan kamu Haider! Kamu memang gak becus jaga anak! Kamu liat foto ini?! Anak kamu dalam keadaan gak sadar! Bahkan difoto ini juga ada bekas memar!"

MANIFULATIFWhere stories live. Discover now