27. Bekerja Sama?

Start from the beginning
                                    

Setelah selesai berpamitan, mereka berdua segera pergi dari sana.

"Sekarang mau kemana?"

"Apa? Lo nanya apaan?" tanya Araya seraya mendekatkan wajahnya ke depan.

Nathan menghentikan motornya di pinggir jalan, membuat Araya kebingungan.

"Kok berhenti?" tanyanya tanpa turun dari motor.

"Sekarang mau kemana? Langsung balik?"

"Gue laper pengen makan."

"Oke. Kita cari tempat makan."

Araya tidak sempat sarapan karena tadi sangat terburu-buru sekali. Mereka berhenti di sebuah restoran terdekat untuk mengisi perut masing-masing.

"Kayaknya keluarga lo sama Bu Nirma saling kenal," ujar Nathan membuka percapan.

"Orang tua gue donatur panti asuhan itu."

"Pantesan saling kenal."

Keduanya terdiam, Araya yang fokus dengan makanannya. Dan Nathan yang fokus dengan pikiran di kepalanya.

"Panti asuhan tadi tempat orang tua gue adopsi si Kiran."

Araya yang akan menyuapkan makanan ke dalam mulutnya seketika terhenti. Dia menoleh ke Nathan.

"Seriusan?"

Nathan mengangguk. "Ya," jawabnya dengan singkat.

"Kalo lo tau panti asuhan itu, kenapa gak bilang gue?"

Nathan mengedikkan bahu acuh tak acuh. "Gue gak tau lo mau ke panti asuhan yang itu. Panti asuhan banyak, gak cuma satu."

"Iya juga sih. Terus kenapa lo tadi kenalan sama Bu Nirma kalo emang udah saling kenal?"

"Lo yang ngenalin duluan," jawab Nathan membuat Araya terbungkam.

"Lo sering datang ke panti asuhan itu?"

Pertanyaan Araya dibalas dengan gelengan kepala oleh Nathan.

"Buat apa gue dateng ke tempat yang membuat gue jadi hancur?"

Araya memandang Nathan yang sedang memakan makanannya dengan pandangan kosong.

"Gue tau lo orang baik, Nath."

***

"Lo yakin turun di sini?"

Araya mengangguk, Nathan menatapnya ragu.

"Gue ada janji sama temen, dia udah nungguin di dalem," ujar Araya.

"Mau gue anter?"

"Gak usah, lo balik aja. Makasih udah temenin gue ke panti asuhan," tolak Araya.

"Iya sama-sama, kek sama siapa aja."

Araya mengobrak-abrik tas selempang kecil yang dibawanya. Ia menyodorkan uang berwarna merah ke Nathan.

"Apaan nih?"

"Mata lo buta? Ini duit," jawab Araya sedikit ngegas.

"Gue bukan tukang ojek."

"Yang nganggap lo tukang ojek emangnya siapa? Anggap aja sebagai imbalan karena udah nemenin gue hari ini."

Nathan menatap Araya dengan wajah yang menyebalkan.

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Where stories live. Discover now