Prolog

1.2K 161 11
                                    

Tik! Tik! Tik!

Bunyi denting jarum jam seolah memenuhi kamar bernuansa biru itu di mana terdapat dua orang berbeda gender yang saat ini berdiri berhadapan. Tinggi keduanya yang berbanding terbalik membuatnya terlihat bagai raksasa dan kurcaci. 

"To– tolong, maafkan aku," cicit gadis yang saat ini hanya memakai handuk untuk menutupi tubuhnya. Rambutnya yang berwarna merah muda masih basah dengan jejak air yang menetes melewati ujung rambut sebahunya. Netra hijaunya yang meneduhkan menunjukkan ketakutan luar biasa menatap pria yang saat ini mengukungnya. Pria jangkung bak raksasa di matanya. Kedua tangan pria itu menekan dinding dan berada di sisi kanan dan kiri tubuhnya. Andai saja bisa berlari, ia sudah berlari sekuat yang ia bisa. Sayangnya tatapan tajam pria yang sedari tadi tak segera beranjak membuat kakinya gemetar hingga tak sanggup bergerak. Dinding tembok di belakangnya pun seakan memihak pada pria itu, memaksanya tetap di sana.

"Siapa namamu." Bariton pria dengan model rambut chicken butt itu terdengar begitu dingin sedingin sorot mata dan raut wajahnya menatap gadis berambut gulali tersebut. Ia menunduk dalam dengan arah pandang menatap lurus pada bibir mungil gadis itu yang terlihat bergetar. Kemudian pandangannya jatuh turun pada dua gundukan yang tak tertutup sempurna oleh handuk bergambar hello Kitty milik gadis itu. Dua gundukan yang masih tampak kencang seperti belum pernah terjamah.

"Ha– Haruno Sakura." 

Pria itu terdiam sejenak kemudian menarik tangannya yang sebelumnya menekan dinding. Ia bersedekap dan kembali menatap gadis bernama Sakura tersebut. 

"A– aku hanya menumpang mandi dan akan segera pergi," cucit Sakura memberi penjelasan. 

"Menumpang?" gumam pria itu dengan setengah memiringkan kepala. "Aku akan membiarkanmu pergi," ucapnya di mana satu tangannya kembali menekan dinding. Ia menunduk dan berbisik di telinga Sakura. "Tapi dengan satu syarat."

"Sya– syarat?" gumam Sakura. Entah kenapa perasaannya tidak enak.

Uchiha Sasuke, nama pria itu, kembali berbisik di telinga Sakura dan seketika membuat mata Sakura melebar sempurna. Tubuhnya pun seketika kaku mendengar syarat yang Sasuke bisikkan. 

Sasuke menarik tubuhnya dan kembali berdiri tegak. Entah ia yang terlalu tinggi atau tubuh gadis bernama Sakura itu yang terlalu pendek. Bahkan lehernya sampai pegal karena terlalu menunduk dalam. Ia berbalik dan melangkah menuju ranjang di tengah ruangan. Duduk di tepi ranjang, kedua kakinya pun ia buka lebar. "Jadi, tunggu apa lagi," ucapnya seraya melirik ke bawah pada pangkal pahanya yang terbuka. 

Kedua tangan Sakura yang menyatu terkepal kuat di depan dada. Menggigit bibir bawahnya kuat-kuat, ia tengah mencoba berpikir bagaimana caranya untuk bebas. 

Sasuke mengambil ponsel dari saku celana dan menunjukkannya pada Sakura. "Jika tidak, aku akan melapor polisi dan mengatakan ada pencuri di sini," ancamnya. 

Degup jantung Sakura berpacu cepat mendengar kata 'polisi'. Rasanya ia ingin menangis, idenya menumpang mandi di rumah tetangganya justru membuatnya terjebak dalam situasi yang rumit.

"A– apa? A– aku tidak mencuri. Aku hanya menumpang mandi. Apa keadaanku sekarang tidak membuktikannya?" sanggah Sakura dengan suara lantang namun terdengar jelas gemetar. Meski ketakutan, ia hanya ingin menyangkal tuduhan Sasuke. Ia benar-benar hanya menumpang mandi seperti tadi pagi, bukan untuk mencuri. 

Sasuke hanya diam tanpa menunjukkan ekspresi berarti kemudian menunjukkan layar dan menekan nomor darurat kepolisian. Dan hal itu sukses membuat mata Sakura melebar. 

"Tu– tunggu!" teriak Sakura saat Sasuke hendak menekan tombol call pada layar. 

Sasuke menyeringai kemudian meletakkan ponselnya. "Lalu apa yang kau tunggu?" ucapnya.

My Cutie LoliWhere stories live. Discover now