26. Kasih Bunda

Mulai dari awal
                                    

"Apa iya?" tanya Araya tidak ingat.

Araya mencoba mengingat apa yang dirinya katakan semalam. Wajahnya seketika berseri.

"Oh, gue inget. Ayo berangkat sekarang!" seru Araya.

Nathan hanya menggelengkan kepalanya, ia menyerahkan sebuah helm ke gadis itu.

"Gue males pake helm enakan kek gini, rambut badai gue kan keren kalo kena angin."

"Keselamatan nomor satu," timpal Nathan sembari memasangkan helm di kepala Araya. Membuat gadis itu menggerutu kesal.

Setelah siap, Nathan langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

"Ini mau kemana?" tanya Nathan sedikit berteriak.

"Ha? Taman mini?"

"DASAR BUDEK, MAU KEMANA?"

"Oh, lo nanya mau kemana? Yang jelas dong kalo nanya. Cari minimarket terdekat, Nath."

Nathan menghela napas jengah. "Sakarepmu Ray, cewek emang gak pernah salah."

Nathan kembali memfokuskan pandangannya ke depan. Mereka berhenti saat menemukan sebuah minimarket. Dan Araya membeli banyak cemilan dan yang lainnya.

"Lo mau habisin semuanya?" tanya Nathan saat melihat trolinya nyaris penuh.

"Menurut lo?" tanya Araya balik sembari tangannya terus memasukkan barang ke troli.

Nathan bertugas mendorong troli, sedangkan Araya yang mengambil barang. Sudah seperti pasangan bukan?

"Kayaknya segini juga cukup."

"Ini lebih dari cukup kalo cuma buat lo doang, Ray."

Araya tidak menghiraukan ucapan Nathan. Dia berjalan menuju kasir dan langsung membayar semuanya. Empat kantong keresek berukuran sedang berada di tangan mereka. Dua dibawa oleh Araya, dua lagi oleh Nathan.

"Nih dua lagi lo bawa." Nathan menyerahkannya kepada Araya.

"Lo gak liat tangan gue cuma dua?"

"Lo gak liat gue bawa motor?"

Araya akhirnya mengalah. Empat keresek tersebut berada di tangannya. Ia sedikit kesulitan untuk mengatur posisi barang bawaannya.

"Bisa gak?" tanya Nathan melirik ke belakang.

"Bisa, kok."

"Sekarang mau kemana lagi?"

"Panti asuhan Kasih Bunda."

"Ngapain ke panti asuhan?" tanya Nathan.

"Adopsi anak, buruan!"

Nathan langsung menjalankan motornya. Setengah jam kemudian, mereka sampai di tempat tujuan. Araya segera turun dari motor Nathan. Wajahnya berseri saat melihat beberapa anak kecil yang sedang bermain.

"Ini alasan lo belanja sebanyak ini?"

Araya mengangguk sembari tersenyum. Seorang wanita paruh baya datang menghampiri mereka berdua.

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang