Bumi-Perubahan

1.1K 191 8
                                    

Mulai dari part ini, Adel adalah Reva yang berada dalam tubuh Reva Fadela di Bumi. Sementara Reva adalah Adel dalam tubuh Reva Fadela di Bumia.

.
.
.

Satu bulan sejak 'Adel' berada di Bumi

Adel menatap dirinya di cermin kamarnya yang tingginya lebih dari tinggi dirinya. Dia menatap seluruh tubuhnya yang kini tidak dibalut sehelai benang pun dengan seksama.

Rambut panjang dengan poni, badan yang kurus, wajah yang kusam, payudara kecil, serta tinggi badan yang hanya 165cm. Tinggi badannya bahkan lebih pendek 3cm dari Ashel yang setinggi 168 cm. Walaupun dia tahu umurnya saat ini baru menginjak 16 tahun, tapi tetap saja dia tidak menyukai fakta kalau dia lebih pendek dari Ashel. Masalahnya di Bumia tingginya itu mencapai 189cm, jauh lebih tinggi dari Ashel.

"KYAA! ADEEELL!" seru seseorang dari arah pintu yang langsung mebutup pintunya dengan keras.

Adel terkejut. Dia segera membalikan tubuhnya dan melihat pintu kamar sudah ditutup kembali.

"PAKE BAJU KAMU ADEEEL!" seru Ashel dari balik pintu. Adel berdecak. Dia segera mengambil pakaiannya yang berceceran lalu memakainya satu persatu.

"Udah belum?" tanya Ashel dari balik pintu.

"Belum lah. Kaki aku masih dibalut gips ini, ya susah dong," ujar Adel. Ini sudah sebulan sejak kakinya dipasang gips. Awalnya dokter hendak memasang pen pada tulang kakinya yang patah. Tetapi ternyata tulangnya masih bisa disatukan tanpa pen dan hanya dipasang gips. Namun penyembuhannya memerlukan waktu tiga bulan. Jadi artinya masih ada dua bulan penderitaan lagi yang harus dia hadapi.

Ashel ingin membantu Adel memakai pakaiannya sebenarnya. Tetapi Adel tidak pernah suka kalau Ashel membantunya ganti baju. Malu katanya.

Sebenarnya kalau Adel ada di tubuh aslinya, dia tidak akan malu. Dia akan dengan senang hati membuka pakaiannya dan memperlihatkan tubuhnya yang sudah dia bentuk dengan sempurna. Bahkan Ashel istrinya tersayang pun sangat terkesima bilamana 'si Joni' nya berdiri.

Tapi di tubuh kecil ini, apa yang bisa dia banggakan? Dia malu. Dia ingin membentuk tubuh ini agar jauh lebih baik, baru deh diperlihatkan pada Ashel.

Ekhem. Ya.

Ya...

Ya gimana ya, dia kan sejatinya adalah seorang pria berhasrat ya. Tentu ada hasrat yang dia pendam setiap kali bersama dengan Ashel. Tapi bukan berarti dia pedofil ya. Toh Ashel sudah berusia 16 tahun saat ini.

Dan, satu hal lagi...

TUBUH ASHEL SAMA PERSIS SEPERTI TUBUH ISTRINYA.

KOK BISA?

Sementara tubuhnya nampak sangat tidak terawat. Bahkan berperawakan seperti wanita. Kecuali satu hal. Penis. Ya. Dia punya penis. Like, what??? Dia sudah sering melihat tubuh Ashel istrinya dan wanita tidak punya penis. Kenapa dia punya? Sudahlah.

Lalu, bagaimana bisa Reva Fadela di bumi ini tidak memanfaatkan semua fasilitas gym yang diberikan Papa Gracio di rumahnya yang mewah ini? Bahkan setelah dia sebulan tinggal dalam tubuh ini, dia tahu bahwa Adel versi Bumi sangatlah tak acuh terhadap dirinya sendiri dan hanya mementingkan game dan hal tidak penting lainnya.

Apa ya istilahnya? Gamer?

Pokoknya dia harus mengubah bentuk tubuh ini. Karena dia tidak tahu, mungkin dia akan terjebak selamanya disitu? Dan tentu saja dia tidak mau terjebak dalam tubuh yang tidak sesuai harapannya.

Adel akhirnya berhasil memakai pakainnya.

Celana pendek warna hitam dan kaos hitam.

Dia pun berjalan keluar kamar menggunakan tongkatnya

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Dia pun berjalan keluar kamar menggunakan tongkatnya. Begitu sampai keluar kamar, nampak Ashel tengah bersandar di dinding kamarnya. "Udah gantinya?"

"Udah," jawab Adel. Dia pun berjalan lagi menjauhi Ashel. "Loh mau kemana?" tanya Ashel.

"Gym."

"Hah? ngapain?"

"Latihan," jawab Adel singkat. Dia pun segera pergi ke arah gym di rumahnya.

Ashel langsung berlari mengikuti Adel yang sudah lebih dulu pergi.

"Kamu jangan maksain diri!" seru Ashel sambil berjalan beriringan dengan Adel. Adel tidak menghiraukan Ashel. Dia terus berjalan ke arah lift untuk mengantar dia ke lantai 1 karena kamarnya ada di lantai 2.

Adel pun berjalan cepat ke tempat gym di lantai 1. Sementara Ashel terus mengikutinya.

Begitu sampai di gym, Adel segera mengambil barbel berukuran 2kg di kedua tangannya sambil duduk di atas sebuah kursi di gym tersebut.

'Oke, mulai dari yang ringan', batin Adel.

Adel mengangkat barbel tersebut dan mengayunkannya. Baru 5 kali diayun ke atas, tangannya sudah lelah. Bahkan barbelnya hampir jatuh ke arah kaki Adel, membuah Ashel menjerit ngeri.

Mendengar jeritan Ashel, Gracio segera datang ke Gym. Dia terkejut melihat Adel sedang berlatih barbel, hal yang sangat jarang dia lakukan.

"Loh, kamu ngapain Del?"

"Latihan Pa..."

"Tumben?"

"Biar badan aku bagus kaya Papa," jawab Adel sambil kembali mencoba mengangkat barbelnya lagi namun kali ini barbel itu jatuh dan hampir mengenai kakinya.

Ashel segera berteriak lalu memukul pundak Adel pelan. "Kan? Kan?? Aku udah bilang kamu tuh istirahat aja!" seru Ashel kesal.

Gracio terkekeh. Dia mengambil barbel itu dengan satu jari. "Ayo latihan sama Papa!"

.
.
.

Ashel masuk ke kamar Adel. Dia melihat sekeliling kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur. Dia kesal, Adel dan papanya tidak bisa diberitahu, bukannya istirahat Adel malah latihan di gym.

Kemudian Ashel berjalan ke arah lemari Adel, melihat pasokan baju disana.

Ga banget.

Selera Adel payah.

"Kamu ngapain buka-buka lemari aku?" tanya Adel, membuat Ashel terkejut. Ashel segera berbalik. Dia belum bisa menjawab karena gugup.

"Eu... itu... pakaian kamu norak, selera kamu payah," jawab Ashel dengan jujur.

Adel terkekeh. Sama saja. Ashel disini dan di Bumia sama-sama ceplas ceplos.

"Ya. Aku juga berpikir begitu," jawab Adel. Dia mendekati lemarinya sambil berjalan menggunakan tongkat. "Isi lemari orang ini terlalu norak. Should we change it?" ujar Adel.

Ashel mengerutkan kening bingung karena Adel menghina dirinya sendiri. Namun dia mengangguk juga, setuju dengan saran Adel untuk mengubah isi lemarinya.

"Karena aku lagi sakit, kita belanja online ya," ujar Adel. Ashel mengangguk setuju. Kemudian saat mereka berbalik hendak berjalan ke arah laptop Adel, tiba-tiba kaki Ashel tersangkut tongkat Adel hingga dia terjatuh dan Adel pun ikut jatuh bersamanya.

BRUK

"Aww!" seru Ashel merasakan punggungnya menabrak lantai, namun tidak terlalu sakit karena tangan seseorang menghalangi punggungnya untuk bersentuhan langsung dengan lantai.

"Kamu gapapa?" tanya Adel yang takut Ashel-nya terluka.

DEG

Ashel terkejut melihat posisi mereka saat ini. Tubuhnya terhimpit tubuh Adel dan wajah Adel kini hanya beberapa centi dari wajahnya. Hembusan napas Adel dan aroma tubuhnya pun dapat dia rasakan.

Adel pun merasakan degup jantung yang sama. Tiba-tiba dia sangat merindukan istrinya itu, membuat dia mendekatkan wajahnya secara perlahan ke wajah Ashel. Sudah lama sekali rasanya dia tidak mencumbu pemilik wajah cantik ini. Apakah tidak apa kalau dia hanya melakukannya sedikit saja dengan Ashel versi Bumi ini?

Wajah mereka pun sudah tinggal berjarak satu centi.

Ashel menyentuh dada Adel, namun tidak mendorongnya.

Dia bingung harus melakukan apa di posisi ini. Rasanya begitu awkward.

"WAAAA APA YANG KALIAN LAKUKAN?!"

.
.
.

TBC.

See you after 100 votes.

Love in UniverseOnde histórias criam vida. Descubra agora