Ini Bumi, Bukan Bumia

1.3K 232 14
                                    

Di part ini kalian harus pintar membedakan mana Adel mana Reva. Oke?

.
.
.

Reva's POV

Andai saja. Andai saja aku lebih kuat, maka aku bisa melindungi istriku. Namun aku terlalu lemah, hingga istriku tak bisa kulindungi dan mati di hadapanku.

Ashelia Adzana. Kau dimana?

Apakah kau benar-benar pergi?

Tak tahukah kau kalau aku merindukanmu?

Ashel-ku...

Apakah mungkin sekarang aku sedang pergi menemuimu?

Bila iya, aku tak apa. Aku akan meninggalkan semua kemewahan itu, hanya untuk bertemu denganmu.

Sekali saja, aku ingin bertemu denganmu lagi dan melakukan banyak hal yang kita lewatkan karena aku terlalu sibuk dengan urusanku.

Sekali saja...

... dan aku akan membahagiakanmu jauh dari sebelumnya...

Reva's POV end

.
.
.
Bumi, 2022

"Adel??? Lo udah bangun??" Flora segera bergerak dan menyentuh tangan Adel yang mulai bergerak. Adel belum membuka matanya saat ini. Balutan di kepalanya nampak cukup banyak. Beberapa jahitan pun dibubuhkan di kepalanya karena robekan akibat kecelakaan yang dia alami.

Geng KAMI yang berada di ruangan yang sama pun segera bergerak menatap Adel. Begitupula kedua orangtua Adel dan kedua orangtua Ashel. Mereka harap-harap cemas menantikan bangunnya Adel. Percekcokan yang terjadi sejak beberapa jam yang lalu pun terhenti karena semua perhatian terpusat pada Adel.

Ashel menangkupkan kedua tangannya. Dalam hatinya dia terus berdoa agar Adel tidak kenapa-kenapa. Hatinya terasa lebih ringan dari sesak yang dia derita sejak beberapa jam yang lalu karena Adel mulai sadarkan diri.

Adel membuka matanya perlahan. Seberkas cahaya lampu ruangan rawat inap itu memasuki matanya, membuatnya mengernyit berkali-kali untuk beradaptasi terhadap cahaya.

'Aku dimana?' batin Reva.

'Kenapa semua orang memanggilku dengan nama kecilku? Hanya keluargaku yang sudah tiada yang memanggilku seperti itu' batinnya lagi.

'Ah, apakah aku sudah pergi ke dunia lain?'

"Adel!!" seru Flora lagi.

'Loh, sepertinya aku kenal? Ini suara Flora? Apakah dia terbunuh juga? Bukankah dia sekretarisku yang bertugas di mansion? Kenapa dia ikut mati? Ah, jangan-jangan Venal sudah menghabisi semua kelompok D'shel? Sialan!'

"Adel... kembaran Papa... bangun sayang..." ucap Gracio, Papa dari Adel. Dia mendekati Adel lalu mengusap pipinya dan mencium keningnya.

Adel pun membuka matanya perlahan.

'I-ini suara Papa? Papa kan sudah tiada? A-aku benar-benar sudah mati ya? Ini dunia setelah kematian ya?'

"P-Papa?" ucap Adel dengan nada yang lemah setelah dia mulai membuka matanya. Gracio pun segera memeluk Adel dengan hati-hati. Dia menitikan air matanya karena merasa amat lega anak kesayangannya itu sudah bangun dari pingsannya.

"Adel... anak Mama... syukurlah kamu sudah bangun," ucap Shani, Mama dari Adel. Dia ikut memeluk Adel bersama Gracio.

Reva merasa terharu karena akhirnya dia bisa berkumpul bersama Papa dan Mama nya yang telah tiada. Dia amat merindukan mereka karena keduanya sudah pergi sepuluh tahun yang lalu, membuat dia tinggal sebatang kara di Bumia hingga dia bertemu dengan Ashel yang menjadi pendamping setianya. Dia pun mencoba meraih tubuh kedua orangtuanya lalu memeluknya erat.

Ah, iya. Kalau ini sudah di alam lain, berarti Ashel yang mati di depan matanya pasti sudah disini kan bersama dengan dia dan keluarganya?

"Pa... Ma..." ucap Reva. "Apakah Ashel juga disini?" tanya Reva pada mereka berdua, membuat semua orang di ruangan itu terkejut dengan ucapan Adel.

Terutama Ashel.

Untuk apa Adel menanyakan keberadaannya? Apakah Adel hendak menyalahkannya atau meminta ganti rugi darinya?

Ashel pun mendadak gugup. Jantungnya berdebar dan kedua jemari tangannya saling meremas satu sama lain.

Gracio dan Shani mengangguk. "Iya, dia disini," ucap Gracio. Kemudian mereka melepaskan pelukannya pada Adel sehingga Adel bisa melihat Ashel yang mulai berjalan mendekat ke arahnya karena tatapan semua orang ke arahnya membuat dia mendekati Adel tanpa diminta.

Reva tersenyum lebar. Melihat Ashel di hadapannya, membuat semua sakit di tubuhnya mendadak hilang.

Sambil masih menatap Ashel dengan lekat, Reva berkata, "Tolong tinggalkan kami berdua disini," ucapnya.

Semua orang di ruangan itu bingung dan menatap satu sama lain, terutama anggota KAMI dan Flora.

Mengapa Adel menyuruh mereka keluar dari ruangan ini?

Apakah Adel akan melakukan sesuatu pada Ashel? Balas dendam? atau apa?

Tidak mungkin hanya bicara. Masalahnya sebelum kejadian ini mereka tidak dekat sama sekali.

Tetapi pada akhirnya mereka semua meninggalkan ruangan tersebut meski bingung dengan keadaan yang terjadi. Tinggalah disana Ashel dengan Reva yang berada di tubuh Adel.

Reva berusaha bangun dari tidurnya. Ashel pun berusaha membantunya dengan memencet tombol di tempat tidur hingga kepala tempat tidur tersebut naik dan membuat Reva dapat bersandar seperti di sandaran kursi.

Setelah itu, Reva memberi kode agar Ashel duduk di sebelahnya di atas tempat tidur itu. Ashel pun menuruti keinginannya.

Beberapa saat kemudian, Reva memeluk Ashel cukup erat, membuat Ashel terkejut dibuatnya.

"A-Adel?" ucap Ashel terkejut. Tetapi Reva diam saja. Dia masih menikmati memeluk istrinya yang dia kira akan pergi meninggalkannya selamanya.

"Syukurlah kau masih hidup. Maafkan aku... maaf karena aku terlalu lemah..." gumam Reva tepat di telinga Ashel.

Ashel tercengang. Dia bingung dengan ucapan orang ini. "Tidak kok. Justru aku yang harus minta maaf..." ujar Ashel.

"Kenapa?" tanya Reva dengan bingung.

"Aku mau minta maaf... karena kecerobohanku... aku malah menabrakmu hingga masuk rumah sakit seperti ini. Maafkan aku Del... maaf..." jawab Ashel.

Reva mengerutkan keningnya.

Maksud Ashel apa?

.
.
.

TBC.

See you after 100 votes!

Surgaaa.

Love in UniverseWhere stories live. Discover now