⚠️ [26] HI PAPA

22.8K 3K 744
                                    

-HI PAPA-

DI meja belajar, Meyra melamun dengan pikiran yang melayang-layang, padahal tugasnya belum selesai dikerjakan. Tapi Meyra tak bisa fokus, ia malah memikirkan hal lain, terutama Bara. Pertemuan pertama mereka memang tak terlalu berkesan, di bawah hujan Mahesa mengenalkan Bara pada Meyra sebagai papanya, padahal mereka baru saja bertemu. Dan takdir, mempertemukan dirinya kembali dengan Bara, hingga mereka menjadi seperti ini.

Meyra mencari kesalahan apa yang ia perbuat sehingga Bara mendiamkannya sampai sekarang. Bahkan chatnya sampai kini masih belum dibaca, padahal, cowok itu sedang online. Meyra menjatuhkan kepalanya di meja, sambil melirik ponselnya yang masih menyala, jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi Meyra masih menunggu balasan dari Bara.

Harapan Meyra semakin pupus, diam-diam ia menghapus air matanya sendiri. Di sini, Meyra merasa serba salah. Yang ia butuhkan sekarang hanyalah sebuah penjelasan, Meyra tak meminta apapun selain itu. Meyra hanya ingin hatinya terasa lega hingga tak ada yang ia pikirkan lagi.

Meyra segera menyelesaikan tugas sekolahnya agar ia bisa tidur nyenyak. Setelah semua tugas selesai, Meyra memeriksa tugas sekolah Mahesa. Dan tanpa sengaja, Meyra melihat satu kertas yang sudah tak berupa bentuknya di dalam tas Mahesa. Meyra membuka kertas tersebut, matanya memanas melihat gambar Mahesa. Di kertas itu terdapat gambar dirinya, Mahesa juga Bara yang sedang bermain basket. Mengingatnya membuat dada Meyra semakin sesak.

Meyra menyimpan kertas tersebut di meja belajar, setelah itu ikut berbaring di samping Mahesa yang sudah tidur nyenyak. Mahesa satu-satunya keluarga yang Meyra punya, Meyra tak ingin kehilangannya, sampai akhir hidupnya, ia akan tetap bersama Mahesa.

"Mama ...."

"Ya sayang? Kenapa bangun hm?"

"Peluk. Jangan tinggalin Esa," lirih Mahesa, dengan mata yang kembali tertutup.

Meyra menjadikan tangannya sebagai bantal, dan membawa Mahesa ke dalam pelukannya, Meyra kembali menepuk kepala Mahesa agar anaknya tidur. Meyra kini memikirkan apa jadinya jika saat pertama kali pindah ke kota ini, Mahesa tak bertemu dengan Bara? Apakah kisahnya akan berbeda?

•🏀•

Di lapangan SMA Harapan Bara tengah latihan basket. Jam masih menunjukkan pukul 6 pagi, dan Bara menghabiskan waktunya untuk bermain basket. Tak lama lagi, ia akan mengikuti lomba terakhirnya di kelas 12, makanya Bara sangat serius untuk berlatih. Kesempatan terakhir yang ia punya tak akan ia sia-siakan. Lomba terakhir ini sangat berarti untuk Bara dan teman-temannya. Sebelum ia akan berfokus pada ujian dan nilai, Bara ingin habiskan waktu untuk hobinya dulu. Jika mereka menang, ia akan mendapatkan sertifikat yang akan berguna saat nanti menjadi pemain basket nasional.

Impian Bara menjadi pemain basket internasional, sehingga seluruh negeri mengenalnya. Bara ingin melawan musuh lainnya di luar sana. Beda tempat beda kekuatan, hal itu yang membuat Bara tertantang. Bara tak pernah bercanda jika sudah menyangkut basket. Meski kelelahan sekalipun, Bara tak akan berhenti bermain.

Meyra baru saja datang di sekolah, ia melihat Bara yang tengah bermain basket sendiri. Cowok itu tampak serius memasukkan bola berwarna jingga itu ke dalam ring. Meyra mencoba menghampiri Bara untuk meminta penjelasan kemarin malam.

"Bara," panggil Meyra.

Bara menoleh sebentar, lalu menembakkan bola basketnya terlebih dahulu sebelum ia menghampiri Meyra. Bara mengamati wajah Meyra yang tampak pucat, apalagi kantung mata Meyra yang menghitam, apa gadis itu tak tidur semalam?

HI PAPA Where stories live. Discover now