"Baru kali ini gue ketemu sama cewe ajaib kayak lo."

Di sisi lain, Araya berjalan memasuki rumahnya dengan tawa yang tidak bisa ia tahan lagi. Araya terus membayangkan ekspresi Nathan saat menelpon nomor yang dia berikan tadi.

"Emang cari mati gue," gumam Araya masih dengan sisa tawanya.

Apa kalian berpikir kalau Araya akan memberikan nomornya begitu saja? Oh, tentu tidak. Araya memang mengetikkan sebuah nomor di ponsel milik Nathan tadi, tapi itu bukan nomor telepon miliknya, melainkan nomor tukang sedot wc.

"Kira-kira dia beneran telpon gak, ya?" tanyanya entah kepada siapa.

"Aya."

Araya menoleh ke sumber suara, kedua matanya berbinar saat melihat kedua orang tuanya berdiri di dekat tangga dengan kedua tangan dilipat di depan dada. Keduanya menatap Araya tajam.

"Kok kalian pulang?"

"Heh! Pertanyaan macam apa itu? Kamu gak seneng Papa sama Mama pulang?" serang Mama Araya.

"Jujur sih, enggak," jawab Araya tanpa beban dan langsung mendapatkan tatapan melotot dari Mamanya.

Araya menyengir. "Bercanda, Ma."

"Habis dari mana kamu? Kenapa jam segini baru pulang?" tanya Papa Araya mengintrogasi.

"Habis ngabisin duit Papa tapi gak habis-habis."

Irawan spontan melotot mendengar jawaban putrinya. Begitupun dengan Arumi, Mama Araya.

"Dasar anak kurang ajar! Siapa yang ngajarin kamu kayak gitu, ha?" tanya Arumi emosi.

"Ma, Pa, percuma kerja setiap hari kalau duitnya gak dipake. Lagian harta Papa kan banyak, gak akan habis tujuh turunan. Jadi Aya bantu buat habisin."

Irawan dan Arumi tidak habis pikir dengan jalan pikiran putrinya.

"Terserah kamu, Ay. Habisin aja semuanya," ucap Papa Araya merasa depresot.

"Siap, komandan!" balas Araya dengan semangat 45.

Tanpa diketahui oleh siapapun, Darren berdiri di ujung tangga melihat interaksi keluarganya dengan senyum miris.

***

Keesokan harinya, sepanjang jam pelajaran Araya tertidur. Semalam ia tidak bisa tidur, dan hanya tidur dua jam saja.

"Jadi itulah yang dinamakan macam-macam teori asam basa beserta pengertian dan rumus-rumusnya. Apa ada yang ingin ditanyakan?" tanya Pak Alam selaku guru Kimia.

Elita menyenggol bahu Araya pelan, saat mata Pak Alam mengarah ke mereka.

"Ray, bangun," bisik Elita.

Namun Araya masih asik di alam mimpinya. Sedangkan Pak Alam mulai berjalan ke arah meja mereka.

"Ray .... " desis Elita mulai kesal dengan Araya yang kebo.

Pak Alam berdiri di samping Araya yang tertidur, Elita hanya menyengir. Semua mata murid di kelas mengarah ke mereka.

"Araya," panggil Pak Alam.

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora