20. Apakah Ini Benar, Atau Salah?

Start from the beginning
                                    

Araya menyandarkan tubuhnya, kedua matanya terpejam merasakan sensasi dinginnya udara malam hari.

"Hidup itu melelahkan."

"Araya."

Kening Araya mengernyit. Dia seperti mendengar seseorang memanggil namanya.

"Kek ada yang manggil gue, perasaan gue aja kali," ucapnya masih dengan mata terpejam.

"Araya."

Araya mencoba membuka matanya. Ia terkejut saat melihat wajah Nathan tepat di depan matanya.

"Astagfirullah!"

Saking terkejutnya, Araya tidak sengaja mendorong tubuh Nathan, sehingga laki-laki itu terjatuh ke tanah.

"Anjir! Lo ngapain dorong gue?" tanya Nathan sambil kesakitan karena terjatuh.

"Sorry ... sorry, gue gak sengaja."

Araya langsung membantu laki-laki itu untuk bangun.

"Lo gak papa?" tanya Araya merasa bersalah.

"Pantat gue sakit bego!"

"Ya, salah lo sendiri ngagetin gue. Coba aja wajah lo gak di depan mata gue, gak bakalan gue dorong."

"Lagian gue udah manggil nama lo, lo malah asik tidur," ujar Nathan tidak mau kalah.

"Terserah, lo. Gue males debat."

Mood Araya memang sedang tidak baik-baik saja malam ini.

"Lagi ada masalah lo?"

Araya melirik Nathan dengan ekspresi datar.

'Tampangnya baik, padahal aslinya bermuka dua.'

"Gue emang ganteng, gak perlu sampe segitunya natap gue."

"Kampret!" umpat Araya membuat Nathan terkekeh pelan.

"Kalo lo butuh temen cerita, gue siap buat dengerin," ujar Nathan.

"Lo kenapa bisa ada di sini?" Bukannya menerima tawaran Nathan, Araya malah melayangkan satu pertanyaan.

"Ngikutin gue, ya?" tebak Araya dengan tingkat percaya diri yang tinggi.

"Kepedean lo! Gue abis kumpul sama temen gue, gak sengaja liat lo di sini. Makanya gue samperin."

Araya memandang Nathan dengan ragu. Tidak puas dengan jawaban laki-laki itu.

"Kenapa lo natap gue kayak gitu?"

"Karena lo ganteng. Kalo lo jelek, gue males natap lo."

Araya tidak sadar bahwa ucapannya membuat Nathan seketika terdiam.

"Lah, malah diem. Baper, lo?" tanya Araya dengan senyum seperti mengejek.

"Gue? Baper sama lo? Yakali gue baper sama cewe tepos kek lo."

"Idih, si najis. Minta di sleding lo? Tepos-tepos begini wajah gue cantik."

"Percuma cantik kalo bukan milik gue."

Araya melongo mendengar perkataan Nathan. Kedua matanya menatap laki-laki itu tanpa berkedip.

"Nath," panggil Araya masih melongo.

"Kenapa? Baper?"

Araya menggeleng. "Seumur hidup, baru kali ini gue denger suara buaya."

"Sialan lo!"

Araya tertawa melihat Nathan yang tampak kesal. Dia tidak akan mudah untuk baper apalagi hanya dengan kata-kata.

"Gue Araya Chalista, gak bakalan baper modal kata-kata doang," ucap Araya dengan bangga.

"Nama lo Araya Chalista?"

Araya langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Bisa-bisanya ia keceplosan menyebutkan nama aslinya. Tetapi sepertinya Nathan tidak mengetahui nama asli seorang Araya Loovany, jadi dia akan menggunakan nama aslinya terlanjur keceplosan.

"Iya, nama gue Araya Chalista."

Nathan hanya menganggukkan kepalanya tanpa berkomentar apapun.

"Araya," panggil Nathan.

"Apaan?"

"Lo kenal Ravloska?"

Tubuh Araya seketika mematung. Apa yang harus dia katakan? Atau jangan-jangan Nathan sudah mengetahui siapa dirinya?

"Ravloska? Ah, ya. Gue tau, mereka seangkatan sama gue," jawab Araya disertai cengiran.

"Mereka musuh Levator."

Araya menelan salivanya dengan susah payah.

"Terus?"

'Dasar bodoh lo Araya! Malah nanya, terus.'

Nathan menatap Araya dengan lekat, lalu tersenyum tipis.

"Gue bersyukur lo bukan Araya yang dari bagian mereka."

'Mampus!'

Araya menggigit bibir bagian dalamnya. Atmosfer di sekitarnya terasa sesak. Araya hanya tersenyum yang terlihat sangat terpaksa.

"Kalo misalnya lo Araya yang itu, mungkin gue akan bunuh lo saat ini juga."

Kedua mata Araya membulat. "B-bunuh gue?"

Nathan terkekeh pelan. "Bercanda. Gue gak akan ngelakuin hal itu ke lo, karena lo bukan Araya Loovany."

Araya merasa hidupnya berhenti detik itu juga. Bahkan bulu kuduknya seketika berdiri. Dia tidak tau sekarang tengah melakukan suatu kesalahan atau pilihan yang benar.

'SIAPAPUN TOLONG SELAMATKAN GUE DARI PSIKOPET BERWAJAH GANTENG INI!!'

- see you tomorrow -


TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Where stories live. Discover now