Saat hendak membaca surat satunya namun batal saat melihat untuk siapa surat itu. Raditya memberikan kedua surat itu pada Vando wakilnya.

Vando menerima surat itu dan membacanya. Awalnya ekspresi wajahnya sama seperti sang ketua, namun seketika ia mendatarkan ekspresi miliknya setelah membaca surat yang di tujukan untuknya. Tak lama kemudian suara notifikasi pesan masuk pada ponselnya membuat ia melihat isi pesan itu.

Vando menatap datar dan dingin pada semua anggota GRAVENTAS yang kebetulan hadir dengan lengkap. Seketika mereka merinding saat melihat tatapan tajam dan menusuk dari sang wakil ketua.

"Siapa di antara kalian yang udah berani keroyok anggota LAZARUS?" Tanya Vando dengan nada rendah membuat mereka menunduk.

Melihat mereka yang hanya diam dan menunduk membuat Vando geram. Tangannya meremas kuat surat yang ia genggam hingga tak terbentuk.

"Sekali lagi gue tanya siapa di antara kalian yang sudah melakukan tindakan pengecut seperti itu pada LAZARUS?."

GLEK

Dengan susah payah mereka menelan ludah. Sungguh aura yang di keluarkan oleh Vando saat ini benar-benar mencekam.

"Mendadak bisu semua Lo? Kalian ngaku sekarang atau gue sendiri yang buat kalian ngaku!"

"Van, udahlah mungkin aja ada yang mengadu domba kita sama LAZARUS. Gak mungkin di antara kita ada melakukan hal sepengecut itu--"

"Ada!" Seru Vando menyelah Angkasa.

"Ada satu bukan, mungkin banyak di antara kita yang cuma bisa sembunyi di balik nama geng kita." Ujar Vando membuat mereka menunduk.

"Sekali lagi gue tanya sama kalian, kalau sampai gak ada yang ngaku tau sendiri akibatnya. Siapa 10 orang di antara kalian yang udah berani keroyok anggota LAZARUS!"

"Gue hitung sampai 5, kalau gak ada yang maju siap-siap dapat hadiah berharga dari gue. SATU!" Seru Vando mengangkat satu jarinya ke atas. "DUA! TIGA! EMPAT! LIM--" hitungan Vando terhenti saat melihat 8 orang anggotanya yang melangkah maju dengan kepala menunduk.

"2 orang lainnya cepat maju ke sini atau gue seret Lo berdua. TIGA! DUA! SATU!!" Vando maju ke tengah-tengah anggotanya dan menyeret 2 orang lagi dengan menarik rambut keduanya, kemudian menghempaskan tubuh mereka hingga tersungkur.

"Gue kasi kalian kesempatan untuk bilang sama gue siapa yang udah nyuruh kalian. Gue tau kalian cuma di suruh, jadi siapa--"

"Vano!" Seru salah satu di antara mereka membuat para inti menatapnya termasuk Vano yang tersadar dari lamunannya.

"Vano...yang udah nyuruh kami." Ujarnya, sedangkan temannya yang lain tengah menunduk takut.

💚💚💚

Pukul 7.15 pagi, Aurel sudah siap dengan seragam sekolahnya berdiri di depan cermin full body. Senyum indah terbit di bibir pink alaminya yang di lapisi pelembab bibir.

Sebenarnya saat ini kondisi tubuhnya sedang tidak baik, bekas tamparan masih terlihat membekas di pipinya meskipun sedikit tersamarkan oleh riasan. Sudut bibirnya yang sobek terlihat jelas. Tapi ini sangat menguntungkan untuknya karena ia akan membuat drama pagi yang menyenangkan di mansion LAXANDER ini.

"Okay, let's play haha." Gumamnya dengan tertawa sarkas.

Aurel keluar dari kamar dan berjalan masuk kedalam lift menuju ruang makan di lantai bawah.

DIFFERENT SOULS (HIATUS)Where stories live. Discover now