CHAPTER 36

1.9K 150 67
                                    

Markas GRAVENTAS kini tengah ramai dengan para anggota GRAVENTAS.

Raditya dan para anggota inti juga tengah menikmati kebersamaan mereka di markas. Angkasa dan Varo sedang Mabar, Kevan dan Dion bermain PS, sedangkan Raditya, Vando dan Geraldy tengah sibuk dengan gejet masing-masing.

"Ro! Samping Lo Ro! Tembak njir kenapa Lo malah lari ke situ goblok!! Lalalah! Yah kan kalah jadinya! Goblok sih lu!" Angkasa melempar ponselnya dengan kesal karena kalah.

"Lo kenapa dah dari tadi kayaknya kagak fokus mulu lu. Bukan cuman Lo aja tapi kembaran Lo juga noh!" Ujarnya menatap sahabatnya yang sedari tadi tak fokus. Mereka yang mendengar itu ikut menatap bank dan Varo.

Varo diam tak menjawab. Tatapannya beralih menatap sendu kembarannya yang sedari tadi melamun dengan tatapan kosong.

BRAK

Suara bantingan pintu markas terdengar nyaring hingga membuat mereka terkejut. Di sana mereka melihat tiga anggota mereka yang saling membopong dengan kaki pincang dan wajah penuh lebam. Sebenarnya apa yang terjadi?

Raditya dan para inti kecuali Vano yang asik melamun berdiri menghampiri anggotanya itu.

Melihat sang ketua dan inti yang datang menghampiri mereka membuat mereka bertiga menunduk.

"Siapa?" Singkat Raditya dengan Geraman.

Mereka bertiga saling pandang sampai kemudian salah satu dari mereka mengeluarkan amplop merah berlambang burung berkepala dua dengan tiga mahkota di atas kepalanya, serta ukiran prajurit berkuda di tengah burung itu. Itu adalah lambang LAZARUS.

Raditya menerima amplop itu dengan kening mengkerut bingung, begitupun dengan para inti dan anggota lain.

"Tadi pas kita bertiga lagi di jalan buat ke sini, salah satu anggota inti LAZARUS cegat kita bertiga. Kita bertiga di hajar habis-habisan sama dia terus kasi itu ke gue sambil bilang 'jangan pernah usik anggota LAZARUS terutama Queen-Nya.' " jelasnya sambil meringis pelan saat merasakan sakit pada sudut bibirnya.

Raditya membuka amplop itu dengan di saksikan para anggotanya. Di sana terdapat dua surat dan satu kain sutra berwarna merah berlambang sama dengan yang ada di amplop.

"Warna merah?" Gumam Raditya saat mengeluarkan kain sutra merah itu. Angkasa yang melihat kain itu tersentak.

"Warna merah, ini maksudnya kita kita di peringatan?!" Ujarnya membuat semua anggota menatapnya.

"Lo bilang ini dari LAZARUS kan?" Tanya Angkasa pada cowok yang tadi memberikan amplop tadi. Cowok itu hanya mengangguk.

"Fix kita di ancam sama LAZARUS. Yang pernah gue denger, jika ada yang mengusik LAZARUS mereka akan mengirimkan ancaman menggunakan ini. Gak hanya untuk ancaman tapi juga untuk mengajak damai atau peperangan. Warna hitam artinya ajakan duel dan perang, warna merah artinya peringatan dan ancaman, dan yang terakhir adalah warna emas artinya perdamaian." Semua terdiam saat mendengar penjelasan Angkasa. Mereka kembali menatap kain sutra merah itu yang terdapat lambang LAZARUS.

"Kalau LAZARUS sampai ngirimin kita ancaman seperti ini berarti di antara kita ada yang mengusik LAZARUS. Jika hanya ancaman hanya masalah sepele, LAZARUS gak akan mengirimkan kain sutra merah ini." Timpal Dion membuat mereka bungkam.

"Baca suratnya." Pinta Vano.

Raditya segera membuka satu dari dua surat itu dan membacanya.

'KALIAN SUDAH BERANI MELUKAINYA DAN MENGUSIK KAMI, ITU ARTINYA KALIAN SIAP MENANGGUNG AKIBATNYA. COWARD'

Begitu membaca apa isi surat itu kening Raditya semakin mengkerut. Mengusik? Siapa yang mereka maksud? Dan kapan mereka mengusiknya.

DIFFERENT SOULS (HIATUS)Where stories live. Discover now