Viten lalu duduk di seberangku setelah menyuruh ketiga pelayan berhenti membungkuk.

"Kudengar kau mencari pendamping pesta?"

Aku menyipitkan mata. Dia pasti mendengarnya dari Sir Derick barusan, lalu buru-buru datang ke sini.

Aku bisa membayangkan raut bingung Sir Derick ketika Viten buru-buru mengunjungiku.

"Dan jika itu benar? Anda akan mencarikan saya pendamping pesta?"

"Heh." Viten menyeringai. "Kenapa kau harus mencari lagi ketika orang yang kau butuhkan ada di hadapanmu."

Hah?

Apa maksud pria ini, sih?

"Apa maksud—"

"Aku akan ke pesta sebagai pendampingmu."

Aku menatap pria itu kosong.

"Kau masuk ke mode bisumu?" Viten lalu minum teh dari cangkir yang baru saja disajikan Jelena.

"Apa maksud Anda, Yang Mulia?"

"Jelas seperti yang kau dengar. Pergi ke pesta Marquis denganku." Viten lalu menyeringai.

Apa?! Apa dia gila? Raja mana yang mengunjungi pesta bangsawan seolah itu hal yang remeh?!

Dia adalah raja, raja, lho! Bukankah raja sangat-sangat sibuk hingga dia bisa saja mati karena pekerjaan yang menumpuk? Ditambah, dia adalah raja yang baru dinobatkan tidak kurang dari dua minggu yang lalu. Bagaimana dengan pekerjaanmu? Apa kamu akan mengabaikan segalanya, hah?

"Aku tidak menerima penolakan," kata Viten yang keras kepala. "Jika kau menolak, aku akan mencari jalan lain hingga kau mau tidak mau akan menyetujuiku. Sama seperti caramu menjadi keluarga kerajaan."

Untuk pertama kalinya, aku benar-benar ingin meninju senyuman di wajahnya hingga bengkak.

***

Kereta kuda mewah dengan lambang Kerajaan Asher memarkirkan diri di Mansion Marquis tepat pukul tujuh malam.

Hal ini tentu menarik perhatian sebagian bangsawan yang menghadiri pesta.

Bisik-bisik mengudara ketika kusir membuka pintu kereta dan makin menjadi ketika mereka mengetahui siapa yang terlebih dahulu keluar dari kereta.

Pria berambut hitam dengan mata merah darah yang seluruh bangsawan ketahui sebagai raja mereka.

Tangan Viten terulur kepada siapa pun itu di dalam kereta.

Selamat yang tebakannya benar, itu adalah aku.

Aku menerima escort Viten dan ketika aku benar-benar turun dari kereta, bisik-bisik bangsawan makin menjadi-jadi. Ditambah, pakaian kami adalah pakaian pasangan berwarna putih dan biru langit yang menyejukkan.

Jujur saja pakaian ini indah. Meski terlihat mewah, tetap memperlihatkan ketegasan dan estetika di dalamnya. Tidak menjadi gaun yang norak sesuai dengan bayanganku.

Dan meski benci mengakuinya, Viten tampak bersinar dan tampan.

"Abaikan bisikan orang lain," kata Viten yang diangguki olehku.

Kami berdua lalu memasuki mansion tempat pesta digelar. Di pintu masuk, berdiri Marchioness dengan gaun mewahnya. Di sampingnya, entah untuk sengaja membuatku kesal atau apa, berdiri Axel dengan seringaiannya.

"Ah, Yang Mulia Raja!" gumam Marchioness yang memiliki rambut merah muda sama sepertiku, gumamannya bisa didengar oleh kami berdua. "Bersinarlah matahari Asher. Merupakan sebuah kehormatan yang besar bagi saya karena Anda sudah menghadiri pesta rendahan saya," kata Marchioness yang memperkenalkan diri sebagai Elysa Krone.

Axel ikut membungkuk di samping Marchioness dengan sopan.

"Jangan terlalu merendah, Marchioness," kata Viten dengan senyuman politik.

Dia benar-benar berbeda ketika menghadapi bangsawan lain dan ketika dia menghadapiku. Dia akan menjadi menyebalkan buatku, tapi bijaksana bagi yang lain. Terkadang aku sangat ingin mengungkapkan segala perilaku buruknya padaku ke media. Andai dunia ini memiliki smartphone yang terdapat fitur kamera sehingga aku bisa menyebarluaskan keburukan Viten.

"Aku hanya datang sebagai pendamping Tuan Putri," kata Viten.

Marchioness lalu menutup mulutnya dengan tangan sambil menatapku. "Maafkan saya karena tidak menyapa Anda. Perkenalkan, saya adalah Marchioness Elysa Krone, senang bertemu dengan Anda, Tuan Putri Serethy."

"Terima kasih, Nyonya Elysa," kataku dengan senyum tipis.

"Kalau begitu, silakan nikmati pestanya, Yang Mulia Raja dan Tuan Putri."

Setelah itu, kami memasuki aula pesta yang didekorasi dengan sangat megah.

Akan tetapi, setelah aku yang di-escort oleh Viten menjejaki lantai aula, bisik-bisik memenuhi udara.

Tentu saja itu masuk akal.

Pria yang ada di sampingku bukanlah sembarang pria, melainkan Yang Mulia Raja sendiri.

"Bukankah itu Yang Mulia? Apa yang dilakukan beliau di pesta?"

"Tidak, daripada itu, lihat wanita yang ada di samping Yang Mulia."

"Rambut merah muda dan mata violet itu! Bukankah dia adalah Tuan Putri yang baru?"

"Benar! Tidak salah lagi kalau itu Tuan Putri."

"Apa yang dilakukan Yang Mulia dan Tuan Putri dengan datang sebagai pasangan?"

"Maksudku, Yang Mulia memiliki tunangan, bukan?"

Aku mempertahankan ekspresi lembut yang akan membuat orang lain berpikiran bahwa aku mudah didekati sehingga akan mudah untuk mencari pengaruh.

Sementara itu, Viten membuka suaranya karena para bangsawan menundukkan kepala mereka ketika kami lewat.

"Tidak usah terlalu kaku di dalam pesta ini, nikmatilah diri kalian sendiri," kata Viten dengan suara keras hingga seluruh bangsawan akan mendengarkan kalimatnya.

Hal ini membuat bisik-bisik makin menjadi.

"Yang Mulia melakukan ini untuk Tuan Putri, kan? Hingga mengabaikan Nona Clare yang merupakan tunangan Yang Mulia."

"Yang Mulia tidak pernah benar-benar menghadiri pesta, kan?"

"Iya, beliau hanya menyukai pedang, bukan?"

Aku melirik wajah Viten yang tetap dan tidak mengubah ekspresinya. Dia tetap menggunakan topeng senyum menyebalkan itu. Senyuman palsu. Entah mengapa aku menjadi kesal.

"Anda sangat terkenal, Yang Mulia," kataku.

Viten melirikku dengan alis bertaut. "Apa maksudmu? Orang yang sedang kau bicarakan adalah raja. Tidak ada yang tidak mengenalku."

Aku hanya tertawa kecil. "Benar. Tidak ada yang tidak mengenal Anda."

Viten mengalihkan pandang, tapi telinganya merah. Itu membuatku mengernyit tapi tidak mengatakan apa-apa.

Namun, apa raja ini kepanasan? Ruangan ini luas tapi penuh orang, tentu hal ini membuatmu sesak, kan?

Yah, bukan urusanku. Asalkan pria ini tidak menyiksaku, aku akan hidup dengan tenang tanpa mengganggu apa pun.

***

Catatan penulisnya libur dulu.

29 Juli 2022

END | I Will Avoid the Death Flag [Terbit]Where stories live. Discover now