13. LUSA

666 28 20
                                    

GUSTI

"Kita tidur dulu ya mas, kalo butuh sesuatu ambil sendiri aja kaya biasanya," ayah Olive beranjak bangun dan menyusul istrinya ke kamar.

"Kalo mau rebahan atau nginep sekalian pake aja kamar yang di depan itu mas," imbuhnya lagi ketika akan menutup pintu.

"Siap, Om," aku menjawab dengan anggukan. Ternyata orang tua Olive masih sangat ramah padaku padahal sudah berapa tahun aku tak lagi menginjakkan kakiku ke sini. Sedari tadi kami berbincang tentang banyak hal, mulai dari pekerjaanku hingga tentang Olive.

Jam sudah menunjukkan pulul 22.30 malam. Aku mulai gabut karena Olive ataupun Djenar tak kunjung keluar dari kamar. Walaupun diperbolehkan, aku tetap saja sungkan untuk masuk ke kamar Olive. Baru saja akan kuketik pesan untuk pamit, Olive sudah keluar dari kamar sendirian dengan senyumnya yang selalu manis walaupun menyebalkan.

"Papa mama udah tidur?" tanyanya sambil berjalan pelan ke arahku.

Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaannya. Dan seperti yang kuduga dia langsung duduk di pangkuanku sambil tersenyum.

"Gimana si Djen..." kalimatku langsung diputus dengan sebuah deep kiss. Lidahnya yang tanpa permisi langsung menari-nari di dalam mulutku. Setelah puas menikmati bibirku dia langsung masuk ke mode "little" nya.

"Mau lollipop..." sebutnya lirih manja sambil bermain jari.

"Lah kumat... ini di rumah lho, si Djenar juga lagi sedih malah kumat ngelittle," jawabku.

"Papa mama bobok, Vio juga dah bobok. Olip mau lolipopnya Daddy Bide," Olive merajuk lagi.

"No no no! ini nggak tepat waktunya. Aku mau balik dulu, kamu temenin Djenar."

"Aaaaaaaa... mau lolipooopppp!!!!" Olive malah semakin manja.

"Besok aja sebelum aku balik Jakarta, Ok? Sekarang aku balik dulu, kamu temenin Djenar. Dia lagi sedih lho"

Olive akhirnya mengangguk setuju dengan permintaanku tapi dia masih tak juga beranjak dari pangkuanku. Dia masih belum mau keluar dari sisi "little"nya. Jari telunjuknya mulai nakal menyentuh ini dan itu.

"Mau kiss..." sekali lagi dia meminta sesuatu. Aku mengangguk dan membiarkannya sekali lagi menikmati bibirku. Tanpa sengaja kulihat pintu kamar dibuka sebentar lalu kembali ditutup.

"Itu Djenar keluar," kataku sambil mencoba menghentikan Olive.

"Vio dah bobokkkk," ternyata Olive tak peduli dan terus berusaha merangsek untuk melanjutkan deep kissnya. Tapi aku yakin tadi Djenar yang membuka pintu. Setelah Olive selesai dengan ritualnya aku langsung bergegas ke kamar untuk sekalian pamit ke Djenar.

"Tuhkan beneran bobok," olive ngedumel sambil memanyun-manyunkan bibirnya.

"Yaudah tolong pamitin ke dia ya nanti, aku balik dulu."

"Mau bawa mobilku?" Olive menyodorkan kunci mobilnya padaku.

Aku hanya menggeleng dan tersenyum lalu berjalan keluar menuju jalan raya. Setelah sebentar memeluk Olive aku pamit dan mencoba untuk memesan ojek online untuk mengantarkanku pulang.

Ketika sedang meletakkan titik jemput tiba-tiba ada sebuah panggilan masuk ke handphoneku. Ternyata panggilan itu dari Nila. Aku mereject panggilan itu lalu kembali mencoba melanjutkan pesanan ojek. Tapi sekali lagi Nila kembali mencoba meneleponku hingga akhirnya aku mengirim pesan padanya.

'Aku lagi pesen ojol, ntar dulu'

Tak lama sebuah voice note dikirimnya untuk membalas pesanku.

BEGGINGWhere stories live. Discover now