17. Queen Ravloska

Mulai dari awal
                                    

"Lo!"

Araya mengangkat dagunya tinggi-tinggi. Alaskar ingin sekali menghabisi gadis di hadapannya ini, namun rasa sakit yang ia terima masih terasa.

"Awas lo, Araya!" tekan Alaskar sembari berlalu keluar kelas dengan berjalan tertatih-tatih diikuti anggota Ravloska lainnya.

Araya tertawa terbahak-bahak melihat Alaskar yang seperti itu.

"Haha anjir, ngakak. Salah siapa berani sama gue?" ucapnya puas.

Araya kembali mengalihkan pandangannya kepada Yolla dan Kiran yang masih ada di sana tidak menyusul sang pahlawan kesiangannya.

"Katanya belain si Kiran ... kenapa gak gantiin posisi dia pas gue tampar pipinya?"

"Sialan lo Araya!" desisnya.

Araya setengah tersenyum, ia melirik Kiran yang selalu menunduk tidak berani menatap matanya.

"Awalnya gue iri sama lo Kiran, karena punya sahabat yang katanya mau belain lo. Tapi gak jadi deh, soalnya sahabat gue rela bolos demi gue."

"Dasar anak kampret! Gue bela-belain izin atas nama keluarga, lo dengan mudahnya bilang gue bolos demi lo," gerutu Elita.

"Oh, ya satu lagi!" ucap Araya, Kiran memberanikan diri menatapnya.

"Kayaknya masa depan lo terancam, Ran. Coba aja cowo brengsek lo gak dorong gue, gak akan gue tendang adiknya."

Araya memandang Kiran dan Yolla secara bergantian.

"Araya Loovany dilawan," ucap Araya dengan bangga dan langsung berlalu pergi meninggalkan mereka.

***

"Argh! Sakit banget kampret!"

"Belum juga sembuh malah kena tampar, awas aja lo Yollanjing."

Saat Araya pergi dari kelas, dia pergi menuju UKS dan izin ke guru dengan alasan sakit. Elita sempat akan menemaninya di sini, namun Araya langsung mengusirnya.

Araya mengompres pipinya menggunakan air dingin yang diberi oleh petugas PMR tadi. Sesekali dirinya meringis saat merasakan perih di pipinya.

"Gue buat salah apa sih dulu, bisa-bisanya transmigrasi ke tubuh orang yang punya banyak musuh."

Pintu UKS terbuka, Araya menoleh ke arah pintu. Keningnya mengernyit saat mengetahui siapa orang yang baru saja masuk.

"Ngapain lo ke sini?"

Bukannya menjawab pertanyaan Araya, orang itu malah mendudukkan tubuhnya di samping Araya. Dia mengulurkan sebuah obat.

"Biar sakitnya mendingan."

Araya menerimanya dengan ragu, ia membolak-balik kemasan obat tersebut.

"Ini bukan racun, kan?"

"Kalo pun iya gue racunin lo, gak akan gue lakuin di sekolah."

"Sialan lo, Thur!"

Araya meminum obat tersebut tanpa air, dan mengunyahnya seperti permen.

"Gak pahit?" tanya Arthur.

"Yang namanya obat ya pahit, bego. Yang manis itu omongan cowo brengsek kaya si Alaskar."

Arthur menghela napas pelan. "Gue udah bilang sama lo, Ay. Jangan buat masalah lagi, ujung-ujungnya lo juga yang kena."

Araya memutar bola matanya dengan malas. "Thur, dari awal bukan gue yang memulai, tapi kalian."

"Apa yang lo mau sekarang?"

"Punya banyak duit," jawab Araya.

"Bukan itu. Apa yang lo mau mengenai semuanya yang terjadi?"

Araya terlihat berpikir beberapa saat. Dan Arthur menunggunya dengan sabar.

"Yang gue mau sekarang cuma satu."

"Apa?"

"Biarin gue hidup dengan tenang," pinta Araya menatap kedua mata milik Arthur.

"Gue udah gak ganggu kehidupan kalian lagi, gue udah gak cari masalah sama 'queen' kalian lagi, tapi mereka berdualah yang selalu cari gara-gara sama gue."

Araya sengaja menekankan bagian kata queen.

"Gue juga udah gak ada perasaan apapun sama si alas tikar, yang ingin gue lakuin sekarang cuma habisin duit bokap, itu aja."

Arthur terdiam, lalu mengangguk.

"Permintaan lo diterima. Akan gue sampein ke anak Ravloska yang lain."

Araya menepuk kepala Arthur beberapa kali secara pelan.

"Anak baik."

"Lo pikir gue anjing?"

"Lo sendiri yang berpikiran kalo lo anjing, bukan gue."

Arthur lebih memilih mengalah saja. Dibandingkan dengan anggota Ravloska yang lain, Arthur lah yang paling dekat dan mengerti Araya. Saat anak-anak Ravloska yang lain menjauhinya, Arthur diam-diam mendukungnya dari belakang. Bahkan dengan Darren yang merupakan abangnya sendiri, Araya tidak sedekat seperti dirinya dengan Arthur.

"Ay."

"Apaan?" tanya Araya yang sedang mengompres pipinya kembali.

"Apapun yang terjadi sekarang, cuma lo yang jadi queen Ravloska, gak ada yang lain."

-see you tomorrow-

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang