Melepas Luka

68 14 20
                                    

Vito melihat ke sekeliling ruangan, rasanya sudah tidak asing lagi baginya. Ruangan yang cukup besar lagi nyaman ini adalah salah satu tempat penting bagi Vito karena menjadi salah satu tempat tempat bersejarah. Dulu, ia tidak suka pergi ke sini. Karena di ruangan inilah Vito habis dibom bardir dengan banyak pertanyaan seolah-olah ia adalah tersangka. Vito pun tak suka di sini, karena tempat ini hampir tahu sebagian besar rahasia Vito selama hidup.

Namun, penilaian Vito berubah, sekarang, tempat ini adalah salah satu tempat favorit Vito. Tempat dimana ia bisa dengan lepas mengeluarkan keluh kesah dan kesedihannya. Tempat dimana Vito bisa dengan tenang mengakui kerapuhannya sendiri. Vito merasa manusia semakin sulit memperlihatkan kerapuhan karena tuntutan lingkungan maupun pandangan orang lain.

Manusia lebih banyak khawatir karena takut dengan pandangan orang lain daripada belajar memeluk kerapuhannya sendiri. Mungkin karena hal itu juga semakin banyak manusia yang mudah depresi dengan kehidupan. Karena mereka terus menyangkal, memakai topeng kebohongan dan lari dari masalah. Mereka yang tidak berani menghadapi lukanya sendiri hanya akan hidup dalam rasa sakit yang kronis, dihantui ketakutan juga kecemasan sepanjang waktu.

Jika kita ingin mendapatkan ketenangan hidup, pertama-tama kita perlu bertanggung jawab akan diri dan kehidupan kita sendiri. Belajar dewasa untuk menghadapi masalah juga luka kita sendiri. Andai saja banyak manusia yang memiliki keberanian seperti itu, saat ini tidak akan banyak orang-orang yang tenggelam dalam depresi.

Dokter Zahid menyuruh Vito untuk menunggu beberapa menit, karena ia sedang sibuk membalas beberapa email dari pasien maupun koleganya.

Pandangan Vito terhenti begitu melihat jam dinding berbentuk segi lima yang terbuat dari kayu jati. Vito lalu membuka buku catatan miliknya. Sudah empat kali Vito mengikuti sesi terapi dengan Dokter Zahid, Vito bisa merasakan banyak perkembangan dan kemajuan dalam dirinya. Walau tidak langsung bisa berubah, tapi sedikit demi sedikit Vito tetap melangkah dengan berani dan penuh percaya diri.

Vito yakin, tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan ini jika kita mau terus berusaha dan berdoa tanpa pantang menyerah. Vito tersenyum melihat catatan-catatan yang ia tulis belakangan. Dokter Zahid memberi banyak PR untuk Vito kerjakan. Dokter Zahid pernah berkata, alih-alih kita pusing dan terus merasa cemas karena diagnosa kita sendiri. Lebih baik mengenal diri sendiri dengan lebih baik.

Dokter Zahid menyampaikan, untuk mengenal diri sendiri Vito perlu mencari bagian yang salah dalam diri Vito dan lalu mengobatinya. Semuanya dimulai dengan menelusuri akar luka dari keluarga, sahabat, komunitas dimana Vito tinggal dan juga dirinya sendiri.

Untuk menuliskan catatan ini Vito perlu berkonsentrasi dan fokus. Vito sudah menulis semuanya ketika pikiran dan hatinya dalam keadaan tenang lagi stabil. Karena untuk menulis ini, dibutuhkan kesadaran untuk bisa mengetahui, menyadari dan memahami.

Dulu Vito begitu takut untuk menghadapi lukanya sendiri. Padahal, ia tahu kalau ketakutan hanya membatasinya untuk bergerak maju. Faktor yang menurut Vito turut mempengaruhi sudut pandangnya tentang ini adalah komenan orang lain. Vito takut ia akan dikatai orang, diledek atau dicemooh karena sakitnya ini. Vito selalu memikirkan hal buruk akan terjadi dalam hidupnya.

Tapi, begitu Vito mulai terbuka pada dirinya sendiri dan orang lain. Ia merasa lebih baik. Ternyata benar, mencoba terbuka bisa membuat hati tenang dan damai. Vito bisa merasakan kelegaan setelahnya. Dokter Zahid pun selalu mengingatkan Vito agar tidak mudah menyalahkan dirinya, atau menyalahkan orang lain maupun keadaan lagi situasi yang sedang dihadapi.

Menyalahkan ke sana ke mari tidak akan memberikan manfaat apapun, tidak juga membantu proses penyembuhan mental dan jiwa Vito. Terkadang Vito merasa tidak dipedulikan dan tidak dimengerti orang-orang di sekitarnya. Semua pasien dengan diagnosa gangguan mental hampir semua merasakan apa yang Vito rasakan.

PSIKE | TELAH TERBITWhere stories live. Discover now