Bab 4 - Ishita

31 4 0
                                    

"Shita, Mama senang kamu bisa pulang hari ini." Ratna menangkup wajah dan mengecup kening Jenar berkali-kali. Mata wanita paruh baya itu berkaca-kaca. Meskipun sudah berumur awal kepala lima, Ratna masih tetap terlihat cantik. Kerutan di wajahnya juga tidak begitu terlihat karena perawatan rutin seharga ratusan juta yang dilakukannya. Sebagai seorang sosialita, Ratna tentu sangat mengedepankan penampilan. Di belakang Ratna, Dendi juga ngotot ingin mengantar mereka pulang.

Jenar meskipun agak canggung, tapi mencoba bersikap wajar layaknya anak. Selama di rumah sakit, Dendi dan Ratna begitu tulus merawatnya, bahkan wanita itu juga dengan telaten membawakan album-album foto masa kecil Ishita dan bercerita banyak, berharap amnesia putrinya bisa sembuh. Namun, di sisi lain, Jenar merasa kasian, karena wanita di hadapannya ini tidak tahu bahwa raga putrinya ini diisi oleh jiwa orang asing.

Jenar tersenyum tulus dan meraih kedua tangan Ratna, "Terima kasih."

Ya... Jenar tulus berterima kasih karena Ratna dan Dendi menjaganya dengan baik. Jenar memang tidak tahu menahu tentang keluarga Ishita dan ingin berpura-pura tetap amnesia. Bukankah tidak masalah? Jenar berencana mengumpulkan banyak informasi selama menjadi Ishita dan jika waktunya tiba, dia bisa pergi ke Blitar untuk mengetahui kondisinya, terlebih kondisi Nenek Tinah.

Selama di rumah sakit, Jenar tidak bisa gegabah. Dia sebenarnya ingin sekali menelepon Aruna, sahabatnya. Namun, penjagaan ketat ruangannya membuat Jenar sulit untuk melakukan apa yang dia mau. Bisa-bisa dia dicurigai. Citra sudah menceritakan sedikit tentang sosok Ishita dan keluarganya.

Ishita adalah seorang desainer terkenal, anak dari Dendi Hartono Sastrawidjaya, dokter serta direktur RS Bakti Waluyo. Sedangkan ibunya, Ratna Susanti Sastrawidjaya adalah seorang pengusaha dan sosialita. Jenar jarang menonton televisi, jadi tidak begitu mengenal artis-artis, termasuk Ishita yang kata Citra 'terkenal'.

Namun, melihat perlakuan istimewa padanya, seperti kamar VVIP, bodyguard yang berjaga di depan ruangan, wartawan yang sempat menghadang Jenar ketika hendak kabur, serta artikel-artikel di internet yang sempat ditunjukkan Citra mengenai karya-karya Ishita, Jenar jadi percaya. Ishita memang perempuan luar biasa, membuat Jenar minder.

Untung saja, semua juga percaya kalau Ishita sedang amnesia, sehingga Jenar tidak akan dicurigai jika bertindak aneh atau tidak mengingat keluarganya. Berpura-pura menjadi Ishita, sepertinya mudah, kecuali 1 hal.

Suara pintu dibuka mengalihkan perhatian mereka, "Ma, Pa."

Melihat sosok yang baru saja masuk, Jenar menelan ludah, 1 hal yang menjadi masalah bagi Jenar adalah kenyataan bahwa Ishita sudah menikah dengan lelaki yang baru saja masuk itu. Bayangan pertemuan mereka di lift menyeruak. Setelah insiden kabur Ishita waktu itu dan bertemu Bumi, lelaki itu mengantar dan merawat luka Jenar.

"Bumi? Kau datang?" Wajah Dendi semringah.

Bumi datang bersama seorang lelaki jangkung yang tidak Jenar kenal, membuatnya bertanya-tanya, 'Siapa lagi dia?'

Jenar mulai tidak merasa nyaman karena Citra tidak ada di dekatnya. Asistennya itu sedang membawa barang-barangnya dan menunggunya di bawah. Hanya Citra yang bisa diandalkan Jenar saat ini.

Bumi menyalami Dendi dan Ratna bergantian. "Maaf, Ma, Pa, saya tidak bisa menengok Shita beberapa hari karena saya harus menghindari wartawan sementara waktu."

Mata Dendi melebar, "Apakah mereka masih ada di bawah?"

"Benar. Meskipun tidak berkerumun seperti beberapa hari lalu, mereka pasti mengintai di dekat sini. Saya juga tidak ingin membuat Anda dan Shita khawatir, karena itu, saya ingin menebus kesalahan saya dengan menjemput Shita hari ini."

"Oh, tidak apa-apa, Bumi. Kamu juga pastinya sibuk dengan kantor. Kamu sudah cukup menjaga Shita ketika dia belum siuman. Kami bisa memaklumi," ujar Dendi.

Bumi, lelaki bertubuh tegap dan tinggi itu tersenyum, "Terima kasih, Pa. Kalau begitu, saya akan membawa Shita pulang."

"Eh?!!!!" teriakan Jenar mengalihkan perhatian semua orang. Mendengar Bumi akan mengantar Jenar pulang, sontak Jenar terkejut. Citra berkata bahwa mereka adalah pasangan sempurna yang telah memiliki segalanya, termasuk rumah mewah di salah satu perumahan elit. Apa artinya Bumi akan membawa Jenar ke rumah itu?

"Pu-pulang? Ka-kamu akan membawaku ke rumah orang tuaku, kan?" Jenar menunjuk Bumi.

Sejenak suasana hening karena orang-orang yang ada di ruangan itu masih terkejut dengan ucapan Jenar. Jenar juga terlihat ketakutan. Mereka kemudian saling melempar pandangan.

Bumi terkekeh, "Kamu mau tinggal di rumah orang tuamu dulu, ya, Sayang?"

"Tentu saja!" Jawab Jenar tegas.

"Shita, suamimu sudah ada di sini dan hendak membawamu pulang. Kenapa kamu kayak anak kecil saja?" Dendi tertawa lebar.

"Benar, Shita. Lebih baik kamu pulang ke rumah mertuamu," ujar Ratna.

"Mertua?"

Benar. Jenar baru ingat. Kemarin Citra bercerita bahwa 2 bulan terakhir, sebelum kecelakaan, Ishita dan Bumi memang tinggal di rumah orang tua Bumi. Entah apa alasannya.

Jenar memaksakan tawa, "Yah... tidak apa-apa. Hanya saja... bisakah aku tinggal di rumah Mama beberapa hari saja sambil menunggu aku pulih?"

Mendengar ucapan Jenar, Dendi, Bumi, dan Ratna saling berpandangan.

"Shita, kamu harus patuh kepada suamimu. Pak Irawan juga mengharapkan kepulanganmu," ujar Dendi.

"Iya, Shita. Kamu harus pulang bersama suamimu," imbuh Ratna.

"Ah, tidak apa-apa, Ma. Saya antar saja ke rumah Mama. Shita butuh support dari Mama dan Papa. Sampai dia pulih dan siap untuk pulang, saya akan membiarkannya tinggal di rumah Mama Papa," ujar Bumi.

"Yah... Baiklah. Mama juga senang bisa menemani Shita. Biarkan aku menjaganya," kata Ratna.

Jenar baru bisa bernapas lega. Ada beberapa waktu lagi baginya untuk mengatur strategi baru, termasuk menemui Rangga. Jika ada Bumi, maka itu mustahil dilakukan. Setelah bercuap-cuap sebentar, Jenar diantar ke basement dengan kursi roda dan ternyata Bumi mempersiapkan jalan belakang guna menghindari wartawan.

Beberapa waktu kemudian, Bumi, Ratna, dan Jenar sudah melintasi jalanan dengan mobil. Melihat ke luar jendela, seakan Jenar berada di belahan bumi lain. Jakarta begitu asing bagi Jenar yang seumur hidup belum pernah bepergian jauh. Jenar merindukan kampung halaman dan neneknya. Dia juga merindukan pekerjaannya. Benaknya bertanya-tanya, bagaimanakah tubuh aslinya? Bagaimana kabar nenek Tinah? Bagaimana kabar Rangga?

Jenar menghela napas panjang lalu melirik gelang pemberian nenek Tinah. Tatapannya sendu, 'Ke manakah kamu akan menuntunku?'

Kenapa Jenar harus mengalami semua ini?

Jenar membutuhkan jawaban. Namun, dia sadar saat ini dia hanya bisa pasrah. Wakti tidak bisa diputar kembali. Satu-satunya jalan adalah tetap menjalani hidup sembari mencari jawaban atas apa yang menimpanya. Itu artinya, Jenar harus menjalani hidup sebagai Ishita.

'Benar. Aku harus mencari jawaban. Aku akan menjadi Ishita.'

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 09, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love Me SomedayWhere stories live. Discover now