Alis Aria terangkat "Anemia?"
"Ituloh, yang hilang ingatan."
"AMNESIA BEGO!"
"DIH IYA YA! GA USAH NGEGAS!"
Tak lama kemudian hening. Aria kembali melamun, memikirkan mimpi buruknya barusan. Sementara Aeden duduk sembari mengamati setiap inchi wajah Aria. Bahkan selepas bangun tidur pun dia tetap tterliha cantik.
Tidak heran banyak laki laki yang mengejar ngejar Aria.
Termasuk dirinya sendiri.
"Lo mimpi apa?" tanya Aeden lagi.
"Mimpi aneh. Gue berdiri di tengah bangunan dan rumah rumah yang kebakar, trus disamperin Zahard. Dan kita ngomongin soal pergi pergi gitu." jelas Aria.
"Ho'oh, trus?"
"Pergi itu maksudnya mati."
"Oh." Hening. "Eh... ANJRIT?! MAKSUD?!"
Aria mendengkus lalu memalingkan wajah. "Makannya gue bingung. Lu mah, gagal konek mulu."
Aeden langsung nyengir dan mengelus elus rambut pirang Aria yang sedikit berantahkan. "Maaf maaf. Refleks, gue kaget."
"Hmm... Iya."
Sedetik kemudian, Aeden menghamburkan pelukan ke tubuh Aria. Ia menyembunyikan kepalanya di ceruk leher si gadis, sesekali menyesap aroma badannya. Hidung mancung milik Aeden menempel tepat ke tengkuk Aria, membuatnya merasa geli.
Aria yang dipeluk tiba tiba tentu terkejut, tapi dia langsung menerima pelukan itu.
Sekarang, bagaimana cara menenangkan detak jantungnya yang menggila?
"Deg deg an banget ya, dipeluk cogan?" tanya Aeden sambil terkekeh ketika merasakan detak jantung Aria yang memburu.
"Cogan dari parit lah iya." balas Aria santai, walau dalamnya terbantai.
Terbantai ketampanan Aeden plus kekehan dia yang berdemeg.
"Mon cherie?"
Aria langsung membatu ditempat. Darah berbondong bondong mewarnai wajahnya hingga menjadi merah seperti kepiting rebus. Detak jantungnya yang tadi normal, sekarang menggila kembali.
"Y-ya?"
"Kutinggalin bekas kecil, boleh?"
Tangan Aria lemas seketika. "... Jangan di leher. Gue ga mau kelihatan siapa siapa."
Aeden tersenyum. Ia mendapat jawaban yang dia mau.
(Karena genrenya ga ada 18+, gue skip. GA KUAT EUY, MLEYOD BAYANGINNYA.)
• • •
Besok pagi...
Aroma wangi khas makanan tercium dari dapur, dan itu mengundang atensi penghuni lain. Nampak Elanie tengah memasak di dapur, dibantu Aven. Sementara Aeden dan Nyxeon menyiapkan alat makan.
Aria yang datang terlambat, entah karena apa.
"Tumben nyai telat?" tanya Aven sambil meletakkan sepiring penuh daging ayam crispy dan wajah berisi saus steak.
"Ga tau dah." balas Nyxeon lalu mengambil sepotong ayan, dan diletakkan di piringnya.
Tak lama kemudian, Aria menampakkan diri. Dia nampak masih setengah mengantuk. Terlihat dari mata yang berusaha terbuka, juga pakaian yang berantahkan.
Dia hanya memakai kemeja putih oversize dengan sebelah bahu melorot dan celana pendek hitam yang tertutup kemejanya. Akibatnya, keempat orang lainnay bisa melihat bercak merah yang ada di bahu Aria.
Mereka tak sepolos itu untuk tau apa tanda merah setengah ungu tersebut.
"... Aria... Lo habis di cupang siapa?" tanya Elanie dengan wajah syok. Sama hal nya dua orang lainnya.
Lain hal dengan Aeden yang nampak santai, malah dia menatap Aria senang.
"Huh? Cupang?" tanya Aria tak paham. 3 detik kemudian, dia terbelalak dan segera menaikkan pakaiannya.
"AEDEN TAU GITU DIEM AJA! TAI EMANG!" Umpat Aria kesal lalu menatap Aeren sengit.
Aven awalnya syok dan semakin syok melihat model spesial di atas saku kemeja tersebut. Bordiran berwarnw merah, berbentuk lambang Keluarga Ha.
Dan disini hanya ada satu orang dari keluarga tersebut.
"ITU CUPANG DARI AEDEN, KAN?" ucap Aven spontan.
"Dih, asal nuduh." balas Aeden nggak terima, padahal dia pelakunya.
Aria menghela nafas, dan memutuskan duduk di samping Aven saja lalu segera memakan hidangan di meja.
Alhasil, meja itu menjadi arena perdebatan Aven dan Aeden. Bahkan mereka sudah siap bertarung kalau saja Nyxeon tidak menyengat mereka berdua dengan listrik.
"Ck, sialan. Ini masih pagi. Kalau mau bertengkar, diluar saja!" bentaknya.
Elanie menghela nafas lalu menatap Aria. "Mau gue siapin makanan di nampan? Lo makan di kamar aja."
"It's okay, makasih. Gue makan di sini aja." Aria langsung mencomot nugget dari piring Aeden ke mulutnya dan memakannya sampai tak tersisa.
"Lah, eh! Sayang, kok dimakan?!" tanya Aeden tersadar lalu menatap Aria melas.
"Laper." jawabnya enteng.
Aeden menghela nafas lalu hendak mengambil nugget lagi, tapi piring yang harusnya berisikan makanan yang ia mau malah kosong melompong.
Ternyata Elanie sudah mengambil sisa nugget nya. "Maap, aku maruk."
"Astaghfirullah, doggy ya kalian." umpat Aeden lalu memakan menu yang sudah ada dipiringnya.
"Abis makan ngapain? Lantai ini ngebosenin, sumpah." tanya Aven bingung. Tiba tiba Aria tersenyum. "I got some idea."
"Wait... Jangan yang aneh aneh..."
"Nggak, palingan rumbling lantai." jawab Aria santai.
"Dari kemaren ngomong mulu. Ayo gas klo mau rumbling!" celetuk Aven.
A few momens later...
Bledum!!!
Blar!!
Bang!
Kaiser yang sedang santai di singgasana memakan makan siangnya seketika terlonjak kala merasakan gelombanh shinsu yang sangat besar. Hampir saja makananya jatuh kalau dia tidak gesit bertindak.
Segera, ia menoleh ke jendela. "Apa yang Elanie dan empat orang gila lainnya lakukan?"
Tak lama, Shilial Lilial tiba. "Kenapa Elaine?"
"Tidak... Bukan apa apa."
• • •
A/N : Entah kenapa kelihatan semakin boring:)
YOU ARE READING
Missing Control • TOG Fanfiction
FanfictionKecelakaan maut beruntun merenggut nyawa seorang mahasiswi. Dia sedang dalam perjalanan menuju kampus di semester ke 3 nya, namun naas, nyawanya telah direnggut terlebih dahulu. Dan ketika membuka matanya, ia melihat sosok pria tinggi berambut pira...
Missing Control • S2 • 17
Start from the beginning
