02

31.5K 1.8K 3
                                    

Raut panik tampak mendominasi wajah Halla. Tatapan khawatir, pun tak terelakan dari netra coklatnya. Sudah dua jam lebih Neria kembali dari sungai, tapi sahabatnya masih belum juga kelihatan hingga kini.

Halla tahu jika Elisa sudah berada di tengah-tengah hutan, sahabatnya itu pasti lupa akan waktu, tapi ini sudah terlalu lama, langit senja pun sudah mulai berubah menjadi gelap.

Sejujurnya, Halla ingin menerobos masuk ke dalam hutan untuk menyusul sahabatnya itu, tapi akal sehat Halla masih menyadarkan Halla betapa berbahayanya masuk ke dalam hutan seorang diri dengan kondisi yang sudah hampir gelap. Belum lagi kemungkinan jika nanti Halla justru ikut tersasar, bisa-bisa itu hanya akan semakin merepotkan para guru.

Jadi, daripada mengambil resiko sebesar itu, Halla akhirnya memilih untuk menunggu Elisa di depan jalan masuk menuju hutan. Badannya tak sedikitpun bisa diam. Dia terus mondar-mandir di depan sana. Karena, mau selogis apapun Halla berpikir, hatinya tetap tak bisa tenang. Kekhawatirannya pada Elisa semakin lama semakin menjadi.

Namun, untungnya Halla mendapati penampakkan Alka tak jauh dari tempatnya berdiri saat ini. Tanpa pikir panjang lagi, gadis itu langsung menghampiri Alka. "Alka!" panggil Halla ditengah-tengah langkahnya yang kian mendekati Alka.

Alka yang merasa terpanggil langsung menoleh. Dia menatap Halla dengan dahi berkerut. Rasanya aneh sekali melihat gadis itu menampakkan wajah panik, apalagi dengan Elisa yang tak bersamanya. "Kenapa, Hal?"

"Elisa hilang, Al!" Halla berujar panik yang membuat Alka langsung ikutan panik. Pasalnya, terakhir dia melihat Elisa itu tadi sore saat gadis itu menawarkan diri untuk mengambil air di sungai bersama Neria. "Seriusan? Tapi tadi Neria udah pulang, kok," balas Alka yang mencoba berusaha untuk tidak panik.

Mata Halla sontak langsung melotot. "Lo beg* atau tol*l?!" maki Halla yang kini sudah memasang tampang kesal. "Lo gak liat tadi Neria pulang sendirian, hah?!"

Alka menelan ludahnya kasar. Dia mulai mengusap tengkuknya. "Tapi kan, tadi mereka ngambil airnya barengan, Hal," ujar pemuda itu yang kian memancing kemarahan Halla.

"Serah lo deh, Al!" Merasa percuma terus menjelaskan pada Alka. Halla yang sudah tak bisa menahan sabar akhirnya memilih untuk mencari Elisa sendirian. Dia berlari kecil ke arah jalan menuju sungai yang tadi Elisa lewati.

Sial! Seharusnya Halla tahu, jika Elisa pasti akan bertindak impulsif saat berada di alam tetbuka, dan tak seharusnya Halla melepaskan Elisa begitu saja. Halla benar-benar menyesal. Dia merasa amat bersalah. Jika sampai sesuatu yang buruk terjadi pada Elisa, Halla tak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

"Hal, mau kemana?" teriak Alka yang ikut menyusul kepergian Halla. "Halla, tung-"

"Elisa!" pekik Halla begitu melihat sahabatnya yang muncul dengan tubuh basah kuyup. Dia langsung berlari menghampiri Elisa, lantas memeluknya erat seolah tak ingin gadis itu kabur darinya.

"Eh? Hal, nanti baju kamu basah, loh." Elisa yang masih sedikit bingung dengan kondisi saat ini, mulai mencoba melepaskan pelukan Halla. "Loh, Alka?" Gadis itu semakin bingung begitu melihat Alka yang ternyata berdiri di belakang Halla.

Cukup lama memeluk tubuh basah kuyup Elisa, Halla akhirnya melepas pelukannya. "Lo kemana aja, sih, anj*r? Bikin orang panik aja, tau gak!" omel Halla dengan wajah kesalnya. Dia menatap tajam Elisa yang masih saja menampakkan wajah tak bersalah.

Namun, bukannya takut, Elisa justru memasang senyum polosnya, membuat Halla jadi sangat ingin memukul kepala gadis itu.

"Jelasin, kenapa lo baru pulang sekarang?!" tuntut Halla masih dengan tampang yang menunjukkan kekesalan.

MILIKKU (Lengkap)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang