11. Ravloska Is The Kings

Start from the beginning
                                    

Tim lawan mulai panas dengan Ravloska yang terus-terusan mencetak poin. Salah satu dari tim lawan melempar bola ke arah temannya, namun malah diterima oleh Zeyn.

"Kayaknya lo mau kita satu tim," ledek Zeyn seraya menyeringai. Orang tersebut hanya menggeram kesal karena tidak tepat sasaran.

Zeyn melemparkannya ke Alaskar. Alaskar sedikit kesulitan untuk mencapai titik dimana ia memasukkan bolanya ke dalam ring basket.

Ia memberikan kode kepada Arthur agar menerima bola darinya. Arthur yang mengerti hanya mengangguk kecil.

Alaskar langsung melempar bolanya, namun sepertinya bola itu meleset karna saat ia melempar ada satu lawan yang menyenggol tubuhnya. Bukannya ke arah Arthur, tapi malah ke arah penonton.

Semua mata membulat saat melihat bola tersebut melayang ke arah seorang gadis yang sedang asik dengan dunianya sendiri.

"Araya awas!"

Brak!

Teriakan Elita terlambat menyadarkan Araya. Bola tersebut sukses mengenai Araya, sehingga membuat gadis tersebut terjatuh.

"Ray, lo gak papa?" tanya Elita panik.

Araya hanya diam saja dengan kepala menunduk. Membuat Elita semakin panik. Kini semua mata mengarah ke Araya, ingin tau bagaimana keadaan gadis itu.

"Ray .... "

Araya bangun dari posisinya dengan wajah yang masih menunduk. Almamaternya penuh dengan es krim. Kedua tangannya terkepal sempurna.

"ALASKAR SETAN!"

Araya berteriak sambil menatap nyalang ke arah Alaskar. Semua murid terkejut melihat wajah Araya yang tidak bisa dibilang baik-baik saja. Sudut bibirnya lebam, bahkan sedikit berdarah.

"Astaga, Ray. Wajah lo!" pekik Elita melihat kondisinya.

Araya mengambil sisa es krim yang tumpah dan berjalan ke tengah lapang dengan tatapan yang tidak terlepas dari mata milik Alaskar.

Araya melempar sisa es krim tersebut ke wajah Alaskar, membuat laki-laki itu memejamkan kedua matanya. Wajahnya sekarang sudah kotor karena terkena es krim Araya.

"BERANI-BERANINYA LO JATUHIN ES KRIM GUE?!"

"Lo tau? Harga diri es krim ini lebih berharga daripada harga diri lo!"

Mulut semua orang menganga melihat kejadian tersebut. Araya lebih membela es krimnya daripada dirinya sendiri? Yang benar saja?

"Wajah lo luka."

"Peduli apa lo sama gue, hah?!" sentak Araya. "Oh, gue tau. Lo sengaja kan, ngelakuin hal ini ke gue? Gak puas pas waktu itu lo lempar kepala gue pake bola basket hingga pingsan?!"

Bukannya menjawab perkataan Araya, fokus laki-laki itu hanya ke bibir Araya yang lebam.

Bugh!

Araya menendang tulang kering Alaskar, membuat laki-laki tersebut mengaduh.

"Gak usah so' peduli sama gue, alas tikar," tekan Araya.

Araya tersenyum sinis melihat wajah Alaskar yang kotor dan juga tulang keringnya yang kesakitan.

"Lo harus ganti rugi sepuluh kali lipat buat es krim gue yang terbuang sia-sia!"

Setelah mengucapkannya, Araya berlalu pergi meninggalkan area lapangan. Elita langsung mengejar sahabatnya yang baru saja sukses membuat semua orang tercengang.

"Gila, wajah si Aya lebam," celetuk Garvan.

"Pasti rasanya sakit, bola basket loh," sambung Zeyn.

Alaskar mendengar perkataan Garvan dan juga Zeyn. Dia juga langsung pergi meninggalkan lapangan.

***

"Ah ... Pelan-pelan, El!"

"Gue udah lebih dari pelan, Ray," ucap Elita jengah.

Mereka berdua sedang berada di UKS untuk mengobati wajah Araya yang lebam.

"Sialan si Alaskar, wajah cantik gue jadi kaya gini sekarang," ucap Araya sembari melihat kondisi wajahnya di cermin kecil yang ia bawa.

"Lagian kenapa lo gak ngehindar pas bolanya melayang ke arah lo?" tanya Elita tengah membereskan kotak P3K.

"Namanya juga lagi menikmati makan es krim, jadinya gak sadar."

Elita menghela napas berat. "Saran gue mending lo ke dokter, takut lebamnya parah."

Baru juga Araya akan membalas perkataan Elita, pintu UKS terbuka lebar. Araya mengembuskan napas berat sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Gue ke kelas duluan."

Elita yang mengerti situasi langsung segera pergi dari sana.

"Kita ke rumah sakit sekarang."

Araya tidak bergeming.

"Aya."

Araya tetap diam. Dia sangat tidak ingin melihat wajah orang itu sekarang.

"Aya, luka lo harus diobati."

Araya berdecak kesal. "Cukup. Gue gak butuh rasa khawatir lo yang cuma pura-pura."

"Aya, gue peduli sama lo."

"Peduli? Sejak kapan? Tadi aja lo cuma diem liatin doang."

"Aya, luka lo bisa jadi serius."

Araya bangkit dari posisinya, saling berhadapan dengan orang itu.

"Gue gak butuh belas kasihan dari lo."

"Ay–"

"Mana peran lo sebagai abang buat gue selama ini?"

Darren seketika terdiam. Saat kejadian tadi dia ada di sana, bahkan dia menyaksikan semuanya dari awal. Padahal Araya berharap Darren akan menolongnya ketika bola melayang ke arah mereka, karena Darren berdiri tidak jauh darinya. Namun laki-laki yang merupakan abangnya itu malah melindungi sang protagonis utama, bukan dirinya.

Araya melihat Alaskar yang juga memasuki ruangan UKS. Tanpa mengatakan sepatah katapun, Araya keluar dari UKS begitu saja.

Akan tetapi, sesuatu membuat Araya penasaran.

Wajah Alaskar babak belur?

-batas suci-

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Where stories live. Discover now