Unterschied 12. [Yang paling kentara]

21 7 0
                                    


1604 words!

🌙 Hpy rding...

"Kenapa?" Tuntut Chandra setelah sambungan telfon yang diangkat Shella terputus.

Raut muka pucat Shella sangat kentara. "Aku harus pulang. Ibu, Ibu aku"

"Gue anter"

Shella langsung menggeleng menolak. "Enggak. Aku harus pulang ke Bandung" Paniknya.

"Terus mau gimana? Naik travel? Makin ribet entar. Yuk gue anter aja lagian Jakarta Bandung gak sejauhin itu ko. Lo tenang dulu, mau minum" Chandra yang coba menenangkan Shella. Sepertinya telfon tadi sebuah kabar buruk hingga membuat Shella kelimpungan seperti sekarang.

Shella kembali menolak. "Aku mau ketemu Ibu"

🌙

"Maaf jadi ngerepotin ka Archan"

Chandra kembali kenoleh ke arah Shella. Entah sudah keberapa kalinya cewek itu me-minta maaf karna merepotkannya. Di lihat dari raut wajahnya pun menunjukan sungkan.

"Ngomong maaf sekali lagi lo dapet gelas cantik"

Shella mendengus. "Orang lagi serius juga"

Chandra tertawa kecil. "Santai aja tarik nafas.. buang, oke. Lagian juga gue gak ada kegiatan apa-apa lagi. Kemungkinan kita nyampenya agak maleman, gapapa?" Dilihat dari kondisi yang macet sesaat memasuki tol.

"Gak papa. Makasih"

Selebihnya dihabiskan dengan hening, hanya ditemani lagu dari radio yang mengalun. Menghabiskan 3 jam lebih untuk perjalanan Jakarta-Bandung. Udara yang lebih adem dari pada Jakarta membuat Shella yakin jika mobil Chandra sudah memasuki kawasan Bandung.

Agak sulit memang untuk Shella sering pulang ke kota kelahirannya itu. Apalagi sekarang dia sudah memasuki semester 3 yang pasti akan semakin sibuk. Tapi Shella beberapa kali menyempatkan untuk pulang jika liburan semester telah tiba.

Telfon yang Shella terima dari abangnya tadi memang kurang baik. Yang mengharuskan dia untuk menyempatkan pulang karna penyakit Ibunya kambuh lagi.

Zidan, abangnya yang lebih tua 5 tahun darinya sudah me-sherlock lokasi rumah sakit, langsung saja Shella tunjukan pada Chandra. Jadi mereka akan langsung ke lokasinya saja.

Sesampainya ditujuan Shella buru-buru turun dari mobil sehingga hampir saja melupakan Chandra yang menyusul di belakangnya. Tidak sempat menanyakan di kamar berapa Ibunya di rawat pada Zidan, Shella menanyakan lebih dulu lewat resepsionis.

Langkah keduanya berhenti tepat di salah satu pintu yang tertutup, yang menjadi ruang rawat Ibu Shella.

"Aku masuk dulu..hng.. Kaka?"

"Gue tunggu di sini"

Shella akhirnya mangut. "Tunggu bentar ya Ka"

Setelah mendapat anggukan dari Chandra barulah Shella masuk ke dalam ruangan. Sementara Chandra mendudukan dirinya di kursi tunggu memanjang yang di sediakan. Tubuhnya berjengit kaget kala dua lelaki dewasa keluar dari ruang rawat inap yang shella masuki tadi.

Keduanya tidak bisa menyembunyikan kekagetannya juga melihat kehadiran sosok pemuda tinggi yang tak lain Chandr. Tapi setelahnya Chandra tersenyum tipis dan mengangguk pelan.

Únterschied ✔ [Complited]Where stories live. Discover now