Unterschied 4. [Traktiran]

27 5 0
                                    

1048 words!

Play song ; without you - chanyeol exo
[ the box ost ]

🌙 Hpy rding...

"Iya Shella tau Bu, astagfirullah"

"Iya, kamu tau kalau Ibu yang bilang. Coba kalau Ibu gak bilang, kemana aja kamu. Dari kemarin loh Dek kamu gak angkat telfon Ibu, masyallah. Ibu khawatir banget asal Adek tau"

"Bu-"

"Ayah juga khawatir sama kamu. Abang pun, Ibu apalagi, sampe gak bisa tidur Ibu mikirin keadaan mu di Jakarta sana. Pulang aja mendingan, Ibu cariin kampus di Bandung"

"Itu gak mudah Ibu. Apalagi Lala udah mau SMT tiga, loh ini"

"Ya gapapa, atuh. Soal biaya gak usah pikirin, pake aja tabungan Ibu. Dari pada sampe ngabain orang tua sebegininya, dosa, Dek"

"Astagfirulah, Ibu. Aku gak ngabain telfon Ibu. Jadwal Lala padet banget kemarin tuh. Nih, Ibu dengerin. Paginya Lala berangkat kesingan buat ketemuan sama orang yang ngurus projeknya Lala, siangnya Lala ada kelas sampai sore, apalagi dosen korupsi waktu, terus Lala ada seminar. Pulang-pulang Lala maleman, dan Lala langsung tidur"

"Apa kamu gak cek hape? Buat apa punya hape tapi gak hubungin Ibu sama sekali, orang yang paling wajib kamu hubungin ini khawatir Dek. Astagfirullah, Ibu pengen nangis aja Adek gak luangin waktu buat angkat telfon Ibu"

Nyatanya Shella yang udah nangis sekarang. Mempunyai Ibu yang sebegini protektif nya itu beban tersendiri buat Ashella Sherlanda. Tentang sederet alasan itu Shella gak bohong, apalagi untuk bermaksud membodohi Ibunya. Shella berbicara sesuai fakta, bahwa kemarin dia sesibuk itu. Dan Ibunya masih belum mengerti juga.

Ibunya masih dengan kebenarannya, bahwa memang wajibnya seorang anak memberi kabar terlebih dahulu untuk membuat Ibunya tidak se-khawatir sekarang juga kemarin. Maka pagi sekarang sebangunnya Shella dari tidur, akibat suara ponsel yang tidak mau berhenti, membuat Shella mau tak mau bangun. Mendapat banyak notif dari Ibunya. Entah telfon, pesan, wa, sampai video call.

Shella langsung saja menelfon balik, takutnya terjadi yang tidak-tidak. Tapi sekarang ada sedikit rasa menyesel saat Ibunya sebegitu bawelnya, perkara kemarin Shella sama sekali tidak menghubunginya.

Belum gosok gigi, cuci muka, apalagi mandi. Menyenderkan punggung ke kepala kasur kost, dengan muka khas orang bangun tidur dengan ponsel di telinga, dan dia nangis.

Mungkin bagi sebagian orang, bawelnya orang tua itu udah biasa banget, itu semata-mata karna mereka sayang, khawatir dan yang lainnya. Iya, Shella mengerti. Tapi dia juga butuh space untuk bisa bernafas sebentar dari kejaran protektif Ibunya.

Karna dari 3 keluarga. Ibu, Ayah, Abang, Ibu yang memegang kendali penuh tentang Shella si anak bungsu sekaligus perempuan satu-satunya di keluarga. Ayah, dia hanya mengikuti apa yang terbaik buat si bungsu, dan Abang dia tidak terlalu mengatur. Dan poin penting di sini adalah seorang Ibu dengan ke-protektif-annya.

"Maafin Lala. Lala janji gak bakalan ngulanginnya lagi. Ibu udah sarapan?"

Aera mencoba menahan suara serak akibat tangis tampa suaranya.

"Kamu nangis?"

Tapi kepekaan Ibunya sangat tajam.

"Abang udah berangkat kantor? Ayah udah Ibu bikinin teh?"

"Ibu pegang janji kamu. Sampai kejadian lagi, Ibu seret kamu pulang. Atau gak, gak usah kuliah aja sekalian. Ibu masih gak ngerti kenapa cewek harus sekolah tinggi-tinggi apalagi sampai jauh dari orangtua kalau pada akhinya juga--"

Únterschied ✔ [Complited]Where stories live. Discover now