EPILOG

76 7 6
                                    

Note: Epilog merupakan lanjutan dari Prolog

***

Semua orang di studio menyeka air matanya setelah Lana menyelesaikan keseluruhan ceritanya. Juan yang sedari tadi memberikan semangat untuk Lana tersenyum bangga sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

"Jadi, berapa lama sampai Kak Lana bisa bangkit dan memberanikan buat menulis kisah antara Barra dan Lana seperti yang dikenal orang sekarang?" tanya si Host. Lana menghela nafas kemudian tersenyum tipis.

"Kurang lebih satu tahun sampai akhirnya Lana berusaha bangkit. Lana mau mewujudkan keinginan Barra yang terakhir. Barra ingin Lana hidup dengan baik," ucap Lana.

"Novel ini Lana dedikasikan untuk Almarhum Barra Agni Ajisaka. Sosok yang amat Lana cintai. Sosok yang setia mengisi relung hati Alana."

"Sosok putra yang baik bagi Papa Leon dan Mama Kinan. Keponakan tersayang Om Revan, Tante Lea, Om Zafran, Om Fahmi, Tante Shilla, Om Adnan, Tante Rena, dan Tante Dena."

"Kakak penyayang sekaligus teman yang baik bagi Bulan, Nevan, Nessa, Andra, Arga, dan Gia." Lana melanjutkan ucapannya sambil menatap Juan. "Serta sahabat karib sekaligus saudara bagi Juandra. Sahabat yang selalu membawa angin positif bagi Juan."

"Barra sesuai dengan namanya. Memiliki tekad kuat dan semangat yang membara dengan berani. Senyumnya manis dan hangat. Barra-nya Lana selalu indah seperti seni."

***

"You did it very well! Gue bangga sama Lo!" sambut Juan ketika Lana turun dari panggung.

"Thanks udah temenin gue selama ini, Juan!" ucap Lana tulus sambil memeluk tubuh Juan.

"Sama-sama. Nggak salah kalau Barra sayang banget sama Lo," ucap Juan.

"Barra nggak salah pilih sahabat kayak Lo, Juan!"

"Gue yang bersyukur bisa kenal orang kayak Barra. Bener apa yang Lo bilang. Barra itu aura positifnya kuat banget."

Lana mengedarkan pandangannya. Gadis itu tersenyum. Percaya tak percaya, Lana bisa berdiri disini. Menceritakan kisah indahnya.

Lana tiba-tiba mengernyit heran karena menangkap sosok Barra dengan pakaian putih bersih tersenyum kepada Lana. Lana mengerjap tak percaya dan mendapati sosok itu sudah hilang.

"Lan! Ngelihatin apa, sih?" tanya Juan membuyarkan lamunan Lana. Lana menggeleng cepat.

"Nggak, kok. Ayo kita cari makan! Gue laper!" ajak Lana membuat Juan mengangguk mengiyakan.

Lana masih setia membawa novel dengan cover sketsa wajah Barra. Judul 'Fabula Nostra' tertera dengan jelas. Novel yang menjadi tanda cinta Lana pada Barra-nya. Novel yang menunjukkan bahwa Lana ikhlas akan kepergian Barra. Novel yang menyimpan memori indah tentang kisah Barra dan Lana.

***

And finally, Fabula Nostra benar-benar usai.

Tidak ada yang pernah mau ada di posisi Lana. Kehilangan seseorang yang amat dicintai merupakan sesuatu yang menyakitkan.

Tidak semua kisah berakhir indah seperti yang sebelumnya. Tapi mengikhlaskan semua yang terjadi merupakan pencapaian yang sangat hebat.

Barra dan Lana mengajarkan kepada kita arti mencintai yang sebenarnya. Mencintai tak harus memiliki. Cukup dikenang dalam lubuk hati saja sudah membuktikan bahwa kau amat sangat mencintainya.

Lagi-lagi, Tuhan punya kisah menarik untuk masing-masing hamba-Nya.

Terimakasih sudah mau menemani Fabula Nostra sampai akhir. Terimakasih sudah menemani Barra dan Lana berjuang bersama.
Terimakasih sudah menjadi saksi akan lelapnya tidur seorang Barra Agni Ajisaka.

Author sudah menyiapkan satu bagian cerita sebagai penutup dari Fabula Nostra setelah Epilog ini.

Sampai jumpa di kisah selanjutnya, orang hebat!

***

Oh iya, follow IG author @azzahra_syaharani @lemonulis biar tau update soal work gue di Wattpad 🤍

FABULA NOSTRA (✔) Where stories live. Discover now