BAB I

245 13 14
                                    

"KAMU ITU SEPERTI SENI. BERSIFAT INDAH DAN MENGGERAKKAN PERASAAN. "

***

Barra berjalan di koridor kampus sambil terus mengerjakan gambarannya di sebuah sketchbook. Remaja itu tak menghiraukan sekitarnya yang hiruk pikuk.

Brakk!

Barra tak sengaja menabrak seseorang. Gadis yang di tabraknya tampak kebingungan ketika buku-buku yang dibawanya jatuh berantakan.

"Sorry! Gue nggak sengaja." ucap Barra sambil membantu gadis itu membereskan kekacauan yang terjadi.

"Kalau jalan liat-liat!" tegur si gadis.

"Maaf!" ujar Barra lagi. "Gue bantu bawa, deh!"

"Nggak perlu!" Gadis itu menjawab dengan ketus sambil buru-buru membereskan bukunya. Tanpa sengaja, si gadis memasukkan pensil milik Barra ke kotak pensil miliknya. Barra yang mengetahui hal itu hanya diam dan tersenyum tipis.

"Gue duluan!" pamit si gadis tanpa menunggu lama.

"Kayaknya kita udah di takdirin ketemu terus, nih!" teriak Barra. "Gue pastiin, kita bakal ketemu lagi! Secepatnya!" gadis tadi terdiam sejenak kemudian memilih bodo amat dengan ucapan Barra.

***

Barra memasuki ruang kelasnya dan langsung menghampiri sahabatnya selama menjalani dunia perkuliahan hampir enam bulan alias satu semester.

"Beneran anak seni rupa murni ini, mah! Pagi-pagi udah bawa sketchbook aja!" goda Juan, sahabat Barra.

"Mencintai jurusan adalah langkah awal untuk mencintai dia!" celetuk Barra.

"Weh! Quotes Lo oke juga!" puji Juan sambil mengacungkan ibu jarinya. "Ya Lo masuk jurusan ini karena kemauan Lo sendiri. Lah gue?"

"Kenapa emangnya? Dipaksa ortu?"

"Kaga, bro! Waktu milih jurusan buat SNMPTN entah tangan gue yang digerakin setan atau emang gue pas ngantuk, kepencet jurusan seni rupa murni, anjir!" cerita Juan membuat Barra ketawa ngakak. "Dan malah keterima, dong! Mau gue tolak ntar sekolah gue malah kena blacklist. Akhirnya Yaudah jalanin aja! Ternyata seru, juga!"

"Benci jadi cinta nih ceritanya?" ujar Barra yang dibalas tawa oleh Juan. "Eh bro, tadi gue nggak sengaja ketemu sama Lana."

"Lana? Anak sasindo yang Lo taksir itu?" tanya Juan serius, Barra langsung mengangguk senang sebagai jawaban. "Terus, gimana reaksi dia?"

"Ya seperti biasa, judes gitu. Tapi itu bikin gue makin gemes buat taklukin doi. Tapi tenang aja, gue dah pastiin bakal ketemu dia lagi secara langsung." cerita Barra.

"Hah? Lo mau ngapain?" tanya Juan mengernyit penasaran.

"Tadi pas tabrakan sama Lana, tuh cewek nggak sengaja masukin pensil gue ke kotak pensilnya."

"Terus?"

"Ya gue biarin aja, lah. Biar ntar gue ada alasan buat ketemu sama dia." sahut Barra santai membuat Juan mengangguk paham.

"Modus, anjir!"

"Ya nggak papa, lah!" balas Barra sambil menaik turunkan alisnya.

FABULA NOSTRA (✔) Where stories live. Discover now