BAB 2 (TAHUN 1930)

107 11 1
                                    

"TAPI APA MIS...MIS MIS MIS, jawab mis"

..................................................................

Di hutan yang lebat dan sunyi, kini terdengar suara 3 orang wanita yang memecahkan keheningan di hutan tersebut. Mereka terjebak di tempat entah dimana itu yang mereka sendiri tidak tahu. Mereka Ingin menangis rasanya harus menerima kenyataan bahwa mereka saat ini sedang tersesat. Tempat ini begitu asing bagi mereka. Tapi apalah daya ini adalah resiko yang harus mereka tanggung sebagai orang yang menjalankan misi yang cukup sulit. Mereka juga tidak tau seperti apa bumi yang mereka pijak sekarang.

"Akh gimana nih, sambungannya putus, gue gak mau kejebak disini" Ucap Karina sambil mengacak-acak rambut lantaran frustasi.

"Jujur awalnya gue excited banget mau ke zaman dulu, tapi gak gini juga, ternyata kalau mau jadi penemu itu susah bangett yah, huh" menghembuskan nafas kasar, kini Shelia berjongkok. Jujur saat ini ia sangat takut.

"Gini aja deh, gimana kalau kita cari jalan keluar dari hutan ini, gak mungkin kan kita diam disini terus, gue penasaran kita sekarang lagi dimana, secara mis Jihan belum kasi tau kita ini dimana" ucap Auliya tenang. Ia tidak ingin lagi membuat kedua temannya ketakutan.

"Lo bener Ya, mending kita cepat-cepat keluar dari hutan ini, gue gak mau harus sampai tidur disini" ucap Karina yang berjalan ke arah Shelia sambil menjulurkan tangannya, tanpa basa-basi Shelia pun membalas uluran tangan Karina dan bangun dari posisi jongkoknya.

Tanpa basa-basi Kini Auliya mengeluarkan kompas nya dari tas yang ia bawa untuk keluar dari Hutan belantara ini. Ia meletakkan kompas tersebut ditanah. Mereka pun menunggu jarum kompas tersebut menunjukkan arah mata angin. Tak lama kemudian jarum jarum kompas tersebut tidak bergerak dan menunjukkan arah utara dan selatan. Walaupun tidak tau sekarang mereka berada di wilayah mana. Mereka bertiga tetap berjalan sesuai dengan arah jarum kompas.

Lama mereka berjalan di hutan tersebut. Tak terasa matahari mulai terbenam. Tiba-tiba mereka mendengar suara isak tangis seorang wanita. Bulu kuduk ketiga wanita itu berdiri. Meraka merapatkan tubuh mereka satu sama lain.

"Kok kayak ada yang ketawa ya" cicit Shelia.

"Nangis bego" jujur Karina sekarang sangat kesal dengan temannya yang satu ini. Bisa-bisa berjanda saat dia juga sedang ketakutan.

"T-tapi....emang kuntilanak bisa nangis yah, perasaan dia ketawa mulu" Astaga Shelia apakah otak kamu masih tertinggal di abad 21. Pernyataan Shelia tadi membuat kedua temannya makin kesal dibuatnya.

"Shel, mana ada hantu di zaman sekarang, palingan itu manusia yang lagi nangis bego, padahal Lo itu ngambil jurusan fisika, masih aja percaya yang kek gitu" lama Auliya diam kini ia angkat bicara.

"Zaman sekarang dari mana g*blok, kita aja kagak tau ini dimana" ucap Karina setengah ngegas, jangan sampai Auliya juga ikut-ikutan sama begonya dengan Shelia, bisa-bisa dia mati berdiri disini.

"Hehehehe, sorry, sorry" cengir Auliya.

"Kuy lah kita cari asal suaranya" ucap Karina sambil menarik kedua tangan temannya itu itu mengikutinya mencari suara Neng Kunti tersebut.

Mereka terus berjalan mencari arah suara itu. Ralat maksudnya Karina karena Auliya dan Shelia hanya mengekori dari belakang dengan tangan mereka yang masih diseret oleh Karina. Setelah beberapa langkah berjalan suara isakan tersebut makin terdengar jelas di telinga mereka. Dan Akhirnya JENG JENG JENG. Di bawah pohon yang cukup tinggi ada seorang gadis berkebaya lusuh tengah duduk dengan kaki kiri yang berlumuran darah. Sontak membuat ketiga orang tersebut mendekat. Tapi gadis tersebut malah berlutut ralat lebih tepatnya seperti bersujud karena kakinya yang terluka.

3 WANITA DARI MASA DEPAN Where stories live. Discover now