“Maaf…” ucap mereka kompak.

“Ehh…”

Mereka saling tertawa cengengesan hingga akhirnya Vito mulai tersadar.

“Eh kamu siapa? Kok duduk di sini? Tadi aku duduk sendirian di mana asal usul lo?”

“Gila! Lancang banget nanya asal usul, oke asal usul gue di. Emang lo mau tau banget gitu?”

“Gak jelas,” ucap Vito dengan cuek.

Perempuan tersebut hanya terdiam sambil meresapi perkataan Vito, yang tidak asing baginya.

“Lah lo malah bengong gue nanya lo, helloww…”

“Apa sih, berisik jadi orang.”

“Kenapa lo tiba-tiba datang, dan duduk di kursi gue.”

“Hellow… emang ini pesawat punya lo? Pake ngomong kursi gue pula,”

“Ya ini memang bukan pesawat jurusan punya orang tua gue si, gue lupa.”

“Oh berarti cowok ini punya pesawat pribadikah? Gila keren kaya masalalu gue,” ucap perempuan tersebut dalam hatinya.

“Lo kenapa si telmi gak sih? Gue dari tadi nyeroscos ngomong dan jawabanlu dangkal,”

“Apa sih pake ngatain telmi segala, lo pintar dalam bidang teori. Tapi lo bad dalam attitude.”

“Makanya jawab kenapa bisa duduk di sini?” sama-sama batu tidak ingin mengalah.

“Emang penting yah, buat lo? Oh My God, apa perlu gue duduk di atas kapal dan lo nanya lagi kenapa gue duduk di atas kapal gitu?”

“HAHA… gak penting kalo lo duduk di atas kapal, mau duduk di atas roket juga gue gak peduli. Karena apa? Ya karena gue ga duduk di atas kapal atau di atas roket, paham?”

Perempuan tersebut langsung terdiam tidak berkata sekata apapun hanya dalam hatinya dia berkata, “Gila baru juga kenal udah kena ulti.”

Perempuan tersebut berbalik badan dan berjalan kea rah kursinya tadi yang ada di ujung, meninggalkan Vito sendirian, begitu pun Vito tidak memperdulikan perempuan tersebut.

“Mas tadi perempuan yang duduk di sini ke mana yah?”

“Aduh mbak pramugari aku tidak tahu dan tidak mau tahu, kalo gak salah dia mau duduk di atas kapal deh,” ucap Vito enteng.

“Eh mas jangan sembarangan, aku tadi tidak sengaja membaca diarynya. Jika dia mempunyai trauma yang berat, dia takut akan ketinggian, takut akan kesepian, terutama sama hujan dan petir,”

Seketika Vito hanya terdiam dan memikirkan ciri-ciri tersebut sepertinya tidak asing untuknya, namun dia berusaha mengingat ciri-ciri tersebut.

Tidak lama dari itu petir dan hujan langsung menyambar hingga akhirnya anak perempuan tersebut berlari dan memeluk pramugari yang tidak sengaja membaca diary anak perempuan tersebut.

“Kakak aku takut,” ucap anak perempuan tersebut dengan wajah yang sedikit pucat dan mata yang sudah berkaca-kaca menandakan dia akan menangis.

“Duduk saja di sini,” ucap Vito

“Gak mau,” tolaknya.

“Adik manis duduk di sini, kakak harus memeriksa penumpang yang lain jangan ke mana-mana.”

Akhirnya anak perempuan pun duduk lagi di samping Vito, anak perempuan itu duduk di sebelah kiri dan Vito menyuruhnya untuk duduk di sebelah kanan.

“Kamu duduk di kanan aja, dan ini minum dulu.”

Kutukan [Tamat]Where stories live. Discover now