Bertepatan dengan itu, sekitar lima motor memasuki area sekolah. Semua mata memandang ke arah mereka.

"Gila! Anak Ravloska keren semua woi!"

"Andai gue jadi pacar salah satu dari mereka."

"Alaskar keren gak ada obat!!"

"Masa depan gue keren banget, njir!"

Dan masih banyak lagi kata-kata yang terlontar dari para mulut kaum hawa di sana. Araya yang mendengarnya merasa jengah.

"Kek gak pernah liat cowok aja," gumamnya sambil kembali melanjutkan jalannya yang sempat terhenti.

Di sepanjang koridor, tak sedikit Araya mendengar desas-desus orang yang sedang membicarakannya.

"Kemarin si Araya disiram sama si Yolla."

"Si Yolla temennya si Kiran?"

"Iya. Katanya sih gara-gara si Araya-nya kegatelan sama si Zayn."

"Loh, bukannya si Araya fanatik ke si Alaskar?"

"Ada yang bilang dia kan sasimo."

Araya ingin sekali menyumpal mulut dua gadis yang tengah membicarakannya dengan kaos kaki miliknya.

Apa sebenarnya yang Araya Loovany lakukan dulu sehingga orang-orang sangat tidak menyukainya? Kalau alasannya karena membuli sang tokoh utama protagonis, pastinya tidak akan sampai seperti ini. Pasti ada sesuatu hal lain yang terjadi, namun sang penulis tidak memasukkannya ke dalam novel.

Saat ia asik dengan dunianya sendiri, tiba-tiba seseorang menabraknya dari arah depan, membuat Araya hampir kehilangan keseimbangannya.

"Ma-maaf Araya, a-aku gak sengaja."

Kiran segera meminta maaf saat dirinya tidak sengaja menabrak Araya.

"Kalo jalan jangan nunduk, biar gak nabrak orang."

"I-iya maaf," ucap Kiran dengan terbata dan kepala menunduk.

"Lo–"

"ARAYA!"

Perkataan Araya terhenti kala seseorang berteriak memanggil namanya. Ia menoleh ke arah belakang, dan saat tau siapa yang meneriakan namanya, dia pun menghela napas jengah.

"Lo gak papa?"

"Aku gak papa Alaskar," jawab Kiran dengan nada sangat lembut membuat Araya geli mendengarnya.

"Lo apain si Kiran, hah?" tanya Garvan.

"Gak bisa, kah? Sehari aja lo gak gangguin si Kiran?" Kali ini Zeyn yang berbicara.

Araya hanya menatap mereka dengan malas sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Alaskar berjalan mendekat ke arahnya, yang dicegahnya langsung oleh sang pujaan hati.

"Jangan, Kar. Araya gak salah."

Namun Alaskar tidak menggubrisnya. Ia semakin memperdekat jarak dengan Araya. Mereka sudah menjadi pusat perhatian sedari tadi.

"Apa yang udah lo lakuin ke cewek gue?!"

Jarak wajah mereka hanya beberapa senti saja. Namun hal itu tidak membuat Araya takut sama sekali.

Araya memiringkan kepalanya disertai senyuman terkesan meremehkan.

"Menurut lo?" tanya Araya memancing emosi cowok itu.

Wajah Alaskar mengeras, tatapan matanya sangat tajam. Siapapun yang mendapatkan tatapan itu pasti langsung menciut, tapi tidak dengan Araya.

"Lo apain Kiran, Araya Loovany?"

Araya menarik sudut bibirnya ke kanan, membuat sebuah senyuman smirk. Ia menarik kerah almamater yang dipakai oleh Alaskar sehingga jarak mereka semakin dekat. Raut wajah terkejut terlihat ketara di wajah laki-laki itu.

Semua mata yang melihat kejadian tersebut seketika tercengang. Bahkan Garvan dan Zeyn sudah menutup mata mereka menggunakan tangannya masing-masing.

"Jauh-jauh dari wajah gue, sialan."

Araya langsung mendorong tubuh Alaskar sehingga membuat wajah laki-laki itu menjauh darinya. Ia menatap satu persatu anggota Ravloska dan juga Kiran yang sedang menatapnya.

"Cih, drama," sindir Araya meninggalkan kerumunan.

-batas suci-

TRANSMIGRASI ARAYA [SEGERA TERBIT] Место, где живут истории. Откройте их для себя