04

267 7 1
                                    

Lucas Xaverius penthouse, Chicago.
18.45 PM

Serivina akhirnya membuka mata setelah tidak sadar selama 8 jam. Dengan kepala berdenyut, ia berusaha mengumpulkan kesadarannya sebelum bangkit. Hari sudah hampir malam, terbukti dari jendela berbingkai besar yang menampakkan langit berwarna kelabu dan rembulan hadir samar-samar.

Matanya melebar ke seluruh arah saat mendapati dirinya berada di tempat yang tidak diketahui. Sambil berusaha mengingat apa yang terjadi, Serivina melirik ke sekeliling untuk mencari petunjuk. Kamar yang cukup luas dengan warna hitam abu-abu yang mendominasi dan pencahayaan serta perabotan minimalis. Dari bau musk tajam yang menyapa indra penciumannya, Seri menebak jika pemilik kamar ini adalah seorang laki-laki.


Tapi siapa? Bagaimana bisa dia berakhir di sini?

"Shit!" Umpat Serivina begitu kepalanya memutar memori terakhir sebelum ia pingsan tadi siang. Penculiknya membunuh Sanders, temannya dan kemungkinan besar ia dibawa oleh penculik itu ketika tidak sadarkan diri.

Air mata berkumpul di pelupuk mata Seri saat mengingat Sanders mengorbankan diri untuk menyelamatkannya dan ia malah gagal mencegah dirinya di culik oleh laki-laki psikopat. Mungkin Seri akan menyusul Sanders jika tidak segera menemukan jalan keluar. Sedikit banyaknya Serivina tahu bagaimana sifat seorang psikopat. Mereka tidak ragu membunuh siapapun, tidak punya rasa takut atau kasihan, manipulatif, cerdas, pandai berbohong, sombong dan terlalu percaya diri. Lebih berbahayanya lagi, jika mereka punya kekuasaan dan kepercayaan dari orang banyak.

"Aku harus pergi dari sini bagaimana pun caranya,"

Serivina berlari menuju pintu canggih yang membuatnya semakin tidak karuan. Pintunya di lengkapi sidik jari dan password yang tentu saja hanya di ketahui oleh si penculiknya. Bagaimana dia bisa keluar jika situasi nya begini?

Ayo Seri, gunakan kepalamu.

Ia meraih saku celananya untuk mencari ponsel, namun benda berbentuk mirip batu bata itu tidak ada di sana. Tentu saja, si psikopat itu pasti sudah mengambilnya. Tidak mungkin dia meninggalkan Seri dengan ponsel atau alat komunikasi lainnya. Pandangan Serivina berpencar ke seluruh ruangan, mencoba mencari tasnya yang kemungkinan tidak di bawa oleh penculiknya atau mungkin telepon genggam dan semacamnya yang bisa digunakan memanggil bantuan.

Thank god.

Serivina menemukan sebuah ponsel di atas nakas yang entah milik siapa dan menghubungi 911. Awalnya ia ingin menghubungi Vino, tapi urung karena Vino pasti datang sendirian dan tanpa persenjataan apa-apa. Setidaknya jika menelepon 911, yang datang minimal 2 orang polisi, terlatih menangani berbagai situasi kejahatan dan tentu saja di lengkapi senjata.

"911, how can we help you?"

"Tolong lacak lokasi ponsel ini dan temukan aku. Aku di culik oleh psikopat gila tadi siang dari Universitas Andervier, kumohon tolong aku"

"Baiklah nona, tidak perlu panik. Kami akan segera menemukan anda. Bisa tolong sebutkan nama anda?"

"Serivina Willem, aku ada di Chicago"

"Kami akan berusaha menemukanmu, nona. Ap-"

Belum sempat Serivina menyelesaikan laporannya, Lucas lebih dulu datang dan merebut ponsel yang ada di tangan Serivina. Tanpa basa basi, ia menghantam ponsel mahal miliknya ke dinding. Tidak masalah, ia bisa beli seratus, seribu ponsel baru atau pabriknya sekalian asalkan Serivina tidak pergi.

HER FOR HIMWhere stories live. Discover now