01

508 11 0
                                    

Serivina menolakkan kaki nya ke sebuah kafe kecil di sudut jalan yang menjadi tempat kerjanya selama 2 tahun terakhir. Ia sudah tidak punya tempat lain untuk di tuju dan hari semakin malam. Kafe kecil bergaya klasik tersebut di kelola oleh Nora Voss, si pemilik kafe yang berumur 35 tahun dan adiknya, Noah Voss yang berumur 20 tahun.

"Seri?"

Noah langsung berlari menghampiri Seri yang berada di depan kafe dan memeluknya. Hatinya tercabik-cabik melihat gadis yang ia kenal ceria dan baik pada semua orang datang dalam keadaan penuh luka dan memar.

"What did they do to you? Are you okay?" Tanya Noah mengusap lembut kepala Serivina setelah mengurai pelukan mereka. Ia mengkhawatirkan keadaan Seri yang selama 2 bulan terakhir sering mendapat kekerasan dari keluarganya. Dan hari ini yang paling buruk. Hampir seluruh wajah Seri penuh luka dan memar.

Seri berusaha tersenyum, menahan air matanya yang sudah berada di ujung. Ia tidak mau Noah atau siapapun yang melihat keadaannya, menjadi semakin cemas dan khawatir. Begitulah Seri, tidak pernah memikirkan dirinya sendiri dan selalu memikirkan orang lain.

"I'm okay, Noah"

Serivina tidak baik-baik saja, Noah tahu. Tatapannya tidak bisa berbohong dan Noah pandai membaca suasana hati seseorang, terutama orang-orang yang sudah lama ia kenal.

"You're not okay and it's okay to say that, Seri"

Ia merangkul Serivina, mengambil alih tas berukuran tengah yang kelihatan berat dari tangan Seri dan membawanya masuk ke dalam kafe.

"Oh my god, Seri apa yang terjadi padamu? Duduk dulu, sayang" Tanya Nora bergegas menarik sebuah kursi dan membantu Seri duduk.

Melihat kondisi Serivina dalam keadaan rambut acak-acakan sehabis di jambak, mata sembab, wajah lebam kiri kanan serta kedua lutut yang terluka membuatnya sedih dan juga marah. Tidak ada seorang pun anak yang pantas mendapatkan kekerasan.
Tanpa bertanya, ia sudah tahu siapa pelakunya. Siapa lagi kalau bukan kakak dan ibu tiri Serivina yang sering menganiaya gadis malang itu secara mental dan psikis.

"Aku akan menelepon polisi untuk melaporkan ibu tirimu, aku sudah tidak tahan dengan tingkah mereka dan hal ini perlu berhenti sekarang"

Nora mengeluarkan ponselnya dan lincah menekan nomor telepon polisi, namun Serivina segera mencegatnya.

"Jangan, aku tidak papa. Kalau kau menelepon polisi, Asteria akan ditangkap dan Ariela serta Airon pasti terlantar tanpa ibu mereka. Kumohon, aku baik-baik saja. Lagipula, aku juga tidak akan kembali ke sana mungkin untuk selamanya"

Nora menghela napas berat, mengapa Serivina masih saja mengkhawatirkan keadaan orang lain di saat keadaan nya lah yang paling mengkhawatirkan sekarang?

"Baiklah, jika itu yang kau inginkan. Tapi jika hal seperti ini terjadi lagi, aku sendiri tidak akan ragu untuk menyeret mereka ke polisi"

"Iya,"

Noah meninggalkan Serivina bersama kakaknya untuk mengambil kotak obat dan kantong berisi es. Luka temannya harus segera mendapat penanganan meskipun tidak cukup serius dan masih tergolong  luka ringan.

"Seri!" Panggil Alvino, sahabat Seri mendadak muncul di depan pintu masuk kafe dengan gayanya yang heboh. "Thank god you're here!"

Sebelumnya Vino dari rumah keluarga Willem hendak meminjam buku, tapi Asteria mengatakan Serivina sudah di usir dan entah pergi ke mana. Vino sempat bingung harus mencari sahabatnya ke mana sebelum akhirnya menebak mungkin Seri ke kafe tempatnya bekerja dan ia betul.

HER FOR HIMWhere stories live. Discover now