Datar dan Dingin

15K 787 6
                                    

Sepeninggal Kaia dan Fika beberapa menit yang lalu, Ali kembali pada sifat aslinya. Dingin dan Cuek. raut muka bahagia saat ada Fika tadi berubah menjadi raut muka yang datar saat berhadapan dengan Prilly. kadang Prilly heran dengan Ali yang begitu pintarnya bersandiwara seolah olah pernikahan ini indah. nyatanya pernikahan ini hanyalah sebuah status saja.

Prilly sedang menyiapkan makan siang untuknya dan Ali. dibantu oleh Bi inem. kali ini Ali memang makan siang di rumah karna ini hari minggu. hari libur untuk Ali. kali ini Prilly memasak makanan kesukaan Ali. Ayam goreng dan beberapa lauk lainnya. walaupun ia hanya istri yang tak dianggap tapi ia tak akan pernah mengabaikan kewajibannya sebagai seorang istri. saat semua sudah di hidangkan di meja makan, Prilly pun menghampiri Ali yang sedang bersantai di gazebo yang terletak di halaman belakang. memetik gitar kesayangannya.

"Li, makanannya udah siap. kamu gak makan?"tanya Prilly lalu menghampiri Ali.namun tak ada respon apapun dari Ali. ia masih saja asik memetik gitarnya. Prilly hanya menghela nafasnya kasar. selalu seperti ini. Ali tak pernah bisa menghargai apapun yang ia perbuat. padahal Prilly ingin sekali Ali memakan masakannya. selama beberapa hari menikah, Ali hanya akan memakan masakan bi inem. tanpa berniat sedikitpun memakan masakan yang Prilly buat. lalu apakah arti dari pernikahan ini sebenarnya. tanpa bicara apapun lagi Prilly lalu meninggalkan Ali. berniat untuk ke kamar, ia ingin menenangkan diri.

***

Gigi sedang berada di balkon kamarnya. menatap kosong ke depan. entah, sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu.

Raffi yang saat itu baru saja keluar dari kamar mandi. melihat istrinya yang sedang melamun di balkon. Raffi menghampirinya.

"Mikirin apa sih yank?"tanya Raffi sambil memeluk Gigi dari belakang. sesekali membelai perut buncit Gigi.

"gak kok. aku gak mikirin apa apa. kita ke bawah yuk. aku udah siapin makanan buat kamu."ucap Gigi lalu mengandeng tangan Raffi ke lantai bawah.

***

saat sedang merasa tak enak hati seperti ini Prilly hanya duduk di ranjang sambil menulis puisi yang mewakili perasaannya. Sungguh Prilly tak sanggup jika harus begini setiap hari. namun, ia selalu ingat kata mama Rieta. jika seorang istri harus selalu mendampingi suaminya dalam keadaan apapun. jadi walaupun dalam keadaan Ali menganggap atau pun tidak Prilly sebagai istrinya ia harus selalu mendampingi Ali. saat ia menutup buku yang berisi tentang puisi karangannya itu. ia mendengar handphonenya berbunyi. 'My super Mom' is calling. Prilly tersenyum sebelum akhirnya mengangkat telfon dari sang mama.

"Halo. assalamualaikum."

"walaikumsalam. gimana kabar kamu sayang?"

"baik ma. Alhamdulillah. mama sendiri gimana?"

"Alhamdulillah mama juga baik sayang. eh lusa kita berangkat ke Jogja ya. ada acara 1 tahun meninggalnya Opa"

"Iya nanti Prilly siap siap. sambil kasih tau Ali."

"oke deh. jangan lupa ya sayang. besok mama ke rumah kamu. mama kangen tau."

"ahhh.. ii juga kangen ma. ii tunggu ya. Love Youu"

"iya sayang Love You too. mama tutup dulu ya. kayaknya papa nyariin deh."

"iya ma. yaudah. salam buat papa. bilangin ke papa aku kangen."

"pasti sayang. udah ya salam juga buat suamimu. Assalamualaikum"

"nanti disampein. Walaikumsalam"

Prilly meletakkan handphonenya kembali di atas nakas. setelah sambungan telfonnya mati. ia beranjak dari ranjang. ia berniat menemui Ali untuk memberitahukan tentang rencana pulang kampung ke Jogja dengan keluarga besar Prilly.

Realita CintaWhere stories live. Discover now