"Eh..." gadis itu tampah merasa bersalah melihat keterkejutan Ailen.

"Vania?" Ailen menatap bertanya pada gadis itu. "Ada apa? Apa ada sesuatu yang penting?"

Vania tidak akan menemuinya jika tidak ada sesuatu yang penting bagi gadis untuk menemuinya. Gadis pemalu dan cukup pintar itu ingin mengatakan sesuatu. Tetapi  mulutnya tidak juga mengeluarkan kata-kata. Sehingga Ailen merasa penasaran mengapa Vania ingin menemuinya.

Vania gadis yang lumayan cantik anak beasiswa itu terlihat gugup membuat Ailen gemes padanya.

"Apa yang ingin kau katakan padaku?" Ailen berusaha berbicara dengan lembut. Ia tahu karakter Vania yang pemalu, tidak mudah bergaul itu tidak suka pada orang yang berbicara dengan suara yang keras.

"Itu... Maukah kau menolongku Ailen?"

"Tentu, apa yang dapat ku bantu Vania?"

"Itu... Aku ingin kau mengajariku. Bolehkah?"

Ailen heran dengan Vania, tidak biasanya gadis itu meminta bantuannya. Karena selama ini Vania memang tidak pernah meminta bantuannya. Gadis itu bahkan lebih pintar dari Ailen.

"Apa yang dapat aku bantu pada Vania yang menggemaskan ini?"

Vania merona, gadis itu tampak gugup. Ia memandangi Ailen dengan perasaan yang rumit. "Aku ingin sepertimu Ailen."

Suara Ailen yang kecil hampir berbisik itu masih dapat di dengar oleh Ailen.

"Sepertiku dalam hal apa?" Ailen sendiri tidak mengerti dalam hal apa yang dapat Vania ingin seperti dirinya.

"Itu, itu... Aku ingin seperti dirimu dalam hal pergaulan, aku ingin memiliki banyak teman seperti dirimu."

"Eh..." Ailen salah tingkah tetapi juga merenungi nasibnya yang sekarang.

"Aku memang mudah bergaul seperti katamu, tetapi apa kau tidak tahu keadaanku sekarang?"

"Maaf." Vania merasa bersalah. "Oh kau harus ikut denganku. Karena kau akan membantuku."

Ailen menyusun buku catatannya dan mengikuti kemana Vania pergi. Ia semakin heran ketika Vania membawanya ke perpustakaan buku yang sudah lama. Perpustakaan itu bahkan tidak digunakan lagi karena tempatnya yang sangat terbelakang.

Karena sekolah ini memiliki perpustakaan yang baru dekat dengan kelas dan lebih nyaman digunakan. Maka perpustakaan yang lama dapat bebas dimasuki tanpa menggunakan kunci. Perpustakaan lama sudah menjadi gudang buku-buku lama yang sudah tidak terpakai.

"Mengapa kau membawaku kemari?"

Vania tampak gugup dan meremas rok sekolahnya. Ailen melihat itu dan mengabaikannya, karena ia tahu Vania memang seperti itu orangnya. Pemalu, mudah sekali gugup, cemas yang berlebihan. Ailen sangat mengerti keadaan Vania yang seperti itu.

"Ailen kau sungguh akan membantuku kan?" nada suara Vania memaksa.

"Aku bahkan tidak mengerti dalam hal apa aku dapat membantumu Vania."

"Tapi kau sudah berjanji akan membantuku."

Ailen menghela nafas, "iya, iya. Jika aku dapat membantumu, aku pasti akan membantumu Vania. Sekarang katakan apa yang dapat aku bantu?"

"Handphoneku hilang." Vania tiba-tiba menangis.

"Hah?" Ailen tertegun.

"Aku tidak dapat menghubungi orangtuaku yang berada di desa. Ayah dan Ibuku beberapa hari ini pulang ke desa untuk bertemu dengan nenekku. Dan ponselku hilang, aku tidak dapat menghubungi mereka lagi. Padahal ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan orangtuaku. Bolehkah aku meminjam ponselmu untuk menelepon orangtuaku?"

Ailen tentu tidak tega dengan Vania yang saat ini sungguh menyedihkan. Ia memberi ponselnya pada Vania.

"Jika kau ingin meminjam ponselku, kau tidak harus membawaku ke gudang Vania." Ailen terkekeh.

"Ah, maaf." Vania menghapus air matanya. "Boleh aku tahu password handphone mu?"

"0211," ujar Ailen. Ia tidak merasa cemas jika Vania mengetahui password handphonenya.

Vania tampak menjauh dan menempelkan handphone Ailen di telinganya. Selagi Ailen menunggu Vania selesai dengan urusannya.

Beberapa teman lelaki sekelasnya keluar dari ruangan buku-buku lama. Ailen tentu saja kaget melihat mereka, apalagi mereka melihat Ailen dengan pandangan mencemooh.

"Lihat bro, dengan siapa kita ketemu ini?" seorang anak lelaki yang Ailen ketahui namanya bernama Nando menghina Ailen dengan tatapannya.

"Hei kawan, kenapa gadis pembawa sial ini berada di sini? Merusak suasana saja. Suasana gudang ini tidak enak dipandang ditambah melihat wajah pecundangnya, makin tidak enak dipandang."

"Jangan begitu kawan, lebih baik kita melakukan sesuatu yang menyenangkan padanya. Kau mengerti maksudku kan?"

Ailen keringat dingin, ia mengedarkan pandangannya dan tidak melihat Vania dimana-mana. Ia lari dari gudang tetapi para lelaki itu lebih dulu menahannya.

"Kemana cantik? Hm, lebih baik kau temani kami bersenang-senang disini. Salahmu sendiri masuk daerah kekuasaan kami."

"Lepaskan aku, aku tidak mengerti apa maksudmu dengan daerah kekuasaan."

"Kau tidak perlu tahu sayang, lebih baik bersenang-senang."

Ailen memberontak membuat Nando ketua dari dua temannya itu geram ia memerintahkan kedua temannya memegangi Ailen. Sementara ia mencium seluruh wajah Ailen dengan brutal. Gadis itu tentu saja memberontak akan tetapi pegangan di kedua sisi tubuhnya amat sangat kuat.

"Taruh dia di ranjang itu dan ikat, dan bersenang-senang."

Perintah Nando di turuti kedua ajudannya. Mereka menaruh Ailen di ranjang yang sengaja mereka siapkan berada di gudang ini untuk bersenang-senang dengan pacar-pacar mereka. Lalu mengikat Ailen disana. Ailen berteriak membuat Nando berdecak kesal.

"Tutup mulutnya!" perintahnya.

"Aku dulu setelah ini kalian, aku yang pertama mencicipi tubuhnya." Nando menampar wajah cantik Ailen. Ia terkekeh senang ketika Ailen menangis. Lalu tangannya meremas buah dada Ailen dari luar. Ailen ingin berteriak tetapi mulutnya disupal pakai sapu tangan. Ia tak dapat berbuat apa-apa.

Nando tampak tidak sabaran, lelaki itu mengangkat rok Ailen dan tersenyum melihat celana dalam berwarna kuning menutupi area kewanitaan Ailen. Lelaki itu terkekeh dan mengusap area itu membuat tubuh itu menggelinjang.

Ailen ingin berteriak ketika melihat Nando menarik melecehkan dirinya.
Ia ingin berteriak marah akan tetapi ada suatu perasaan yang belum pernah dirasakannya. Ailen menangis.


TBC.



Gak nyangka cerita ini makin banyak yang vote akhir-akhir ini. Makasih atas dukungannya. Entah kalian dapat darimana cerita ini, mungkin dari pencarian, beranda, tapi makasih sudah mampir.

Riana & RalexWhere stories live. Discover now