Kucing

26 17 2
                                    

Meong..

Aku melirik ke sebelahku dan menemukan kucing itu lagi. Matanya yang berwarna abu-abu menatapku dengan penuh harap.

Aku berjalan mendekat ke arahnya dan mengeluarkan makanan kucing yang baru saja kubeli di minimarket. Aku membukanya dan berjongkok, kucing itu langsung menghampiriku dan mengeong.

Aku tertawa kecil dan memberikan makanan itu padanya. Dia langsung melahap makanan itu dengan senang. Rasanya aku juga ikut senang melihatnya makan dengan lahap. Aku mengelus bulunya yang berwarna hitam, halus sekali.

Sepertinya kucing ini terlalu terawat untuk ukuran seekor kucing jalanan.

Aku berdiri dan membersihkan celanaku dan menatap kucing itu.

" Bye.. nanti sore aku akan kembali lagi. " kataku sambil berjalan lalu.

—-

" Jihun! "

Aku menoleh ke arah suara yang memanggilku.

" Ya? "

" Kenapa buru-buru sekali pulang? Ayo kumpul-kumpul dulu dengan Taeyong dan Hyun. " Wong merangkulku dan aku langsung melepas tangannya.

" Sori, aku gak bisa. Aku sudah ada rencana. " jawabku.

" Eish, rencana apanya? Apa kau diam-diam sudah punya pacar ya? " selidik Wong.

Aku mendengus dan menaikkan salah satu alisku. " Suka-suka kamu lah. Pokoknya hari ini aku gak bisa. "

" Ah, kamu mah gak asik. Pokoknya besok harus bisa ya! Kalau gak bisa, kita gak temenan lagi! " sahut Wong sambil berjalan pergi, melambaikan tangan ke arahku.

Aku membalas lambaian tangannya dan aku langsung bergegas keluar dari universitas.

—-

" Bony? "

Kucing itu mengeong tidak setuju dan membalikkan tubuhnya dariku.

Aku menggaruk kepalaku dan terus berpikir. Mencari nama yang paling tepat untuknya.

" Riche? "

Lagi-lagi dia mengeong dengan marah. Dia tampak semakin tidak setuju dan menatapku dengan kesal.

Hm, nama apa yang cocok untuknya, ya?

" Feather? "

Kucing itu langsung memiringkan kepalanya dan mengeong dengan senang.

Aku menepuk tanganku.

Feather. Nama yang cocok untuknya.

Kucing itu mengeong senang dan naik ke pangkuanku. Aku tertawa dan mengelusnya.

Pada akhirnya aku memutuskan untuk mengadopsi kucing ini. Setiap hari melihatnya menungguku di bawah rumah tua dan wajah senangnya saat bertemu denganku, membuatku akhirnya memutuskan untuk membawanya pulang.

Ditambah lagi, aku hanya tinggal sendirian di rumah sewa dan rasanya lebih menyenangkan jika aku memiliki teman.

Feather akhirnya tertidur lelap di pangkuanku setelah aku mengelusnya beberapa kali. Aku tertawa kecil dan mengangkatnya ke atas tempat tidurku.

Dia mengeong pulas di atas bantalku dan aku pun ikut tidur di sampingnya.

" Selamat malam, Feather. "

—-

" OMG. Kucing kamu lucu banget! "

Aku terkekeh dan mengambil ponselku. Temanku terus menerus bertanya apakah aku punya pacar baru, yang selalu kutepis. Akhirnya aku memutuskan untuk memberitahu mereka kalau aku mengadopsi kucing dan bukannya punya pacar baru. Saat aku menunjukkan mereka foto kucingku, mereka langsung kegirangan dan ingin sekali bertemu dengan Feather.

Mimpi HujanWhere stories live. Discover now