Selamat menikmati dan menaruh harapan.
💎
Hembusan angin malam dan suara jangkrik mengisi kekosongan dan keheningan pada pukul 10 malam di teras rumah milik laki-laki yang selama 2 tahun ini mengisi hati Skyla.
Gadis itu menoleh ke arah kiri, menatap kearah tumbuhan hijau yang mulai layu perlahan- mungkin karena sang pemilik kurang merawatnya dengan baik.
Gadis dengan rambut panjang hingga pinggang— si pemilik nama Skyla Exainlee Priyanka Onata itu menghembuskan nafasnya dengan berat tanpa menyadari bahwa hal yang dia lakukan mendapat perhatian dari cowok yang sedari tadi duduk dengan jarak 1 meter darinya.
"Kenapa?" suara itu membuat Skyla menoleh, menatap Tama yang kini sudah mengalihkan fokus dari layar ponsel menuju dirinya.
"Apa?" gadis itu bertanya balik dengan gurat bingung pada wajahnya.
Tama menyimpan ponselnya di samping tubuh sebelum kembali menatap Skyla. "Kenapa lo nafasnya berat kayak gitu?"
Skyla mengerjap. Tidak menyangka bahwa hal kecil seperti yang dia lakukan barusan dapat mengambil atensi Tama. Padahal, kalau mau dibilang itu bukan hal besar yang patut dipertanyakan.
"Gapapa," jawab Skyla.
"Biasanya cewek kalau jawab gapapa berarti ada apa-apa," tutur Tama.
Skyla terkekeh. "Malah ketawa," komentar Tama.
Gadis itu menggelengkan kepalanya. "Gak ada apa-apa. Santai," ujar gadis itu. Dia kemudian beralih meraih ponselnya lalu melihat waktu yang tertera pada benda pipih itu.
"Udah malem banget. Gue balik ya," pamit Skyla seraya bangkit dari duduknya. Gadis itu meraih tas punggung berwarna hitam miliknya lalu memakainya.
"Sebelum ditelpon sama nyokap, mending gue balik," lanjut gadis itu. Tama mengangguk. "Oke. Hati-hati," ujar cowok itu.
Skyla mengangguk paham lalu berjalan menuju motor miliknya yang dia parkir di halaman rumah Tama.
Untuk sesaat, Skyla hanya duduk di atas motornya tanpa bergerak memakai helm. Gadis itu kembali menoleh pada Tama. Timbul pertanyaan dibenaknya mengenai cowok itu.
Kenapa perasaannya tidak pernah berubah untuk cowok itu?
Kapan dia akan lelah menunggu Tama? ketika tanpa terasa penantiannya sudah tepat dua tahun dihari ini. Skyla memang aneh. Ketika dia menyadari bahwa dirinya mempunyai perasaan khusus untuk cowok itu, Skyla menetapkan tanggal dimana dia menyadari perasaannya sebagai hari khusus layaknya tanggal jadian.
Entah kenapa Skyla selalu berat ketika harus berpisah dengan Tama ketika keduanya selesai duduk atau menghabiskan waktu bersama. Skyla selalu betah berdua bersama cowok itu.
"Tama!" panggil Skyla pada yang Tama sudah kembali menatap ponselnya.
"Menurut lo, kalau gue gunting rambut bagus gak?" tanya Skyla.
Tama tampak menatap gadis itu sesaat. "Gimana?" tanyanya.
"Kalau gue gunting rambut, bagus gak?" Skyla mengulangi pertanyaannya.
Dari tempat Skyla, dia melihat cowok itu meninggalkan ponselnya lalu berjalan mendekati Skyla.
"Kenapa tiba-tiba mau digunting? rambut lo bagus kayak gini," ujar Tama sembari menatap rambut panjang milik Skyla.
Skyla tersenyum. "Yaudah. Lagian gue juga belum mau gunting rambut," ujar gadis itu. Keterdiaman Tama membuat Skyla meneliti wajah cowok itu.
"Kenapa bengong?"
"Gapapa kalau lo emang mau gunting rambut," ujar Tama tiba-tiba. Dia menatap Skyla dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
Skyla tertawa pelan. "Gak lah. Nanti aja,"
Skyla merasakan perasaan aneh mulai menyelinap ke dadanya. Sebenarnya, Skyla tidak pernah menggunting rambutnya semenjak 2 tahun yang lalu. Dia menetapkan bahwa rambut miliknya adalah bukti dari penantiannya terhadap Tama Narendra. Rambut sepanjang itu sepertinya masih akan bertambah panjang karena sepertinya Tama belum mau penantian Skyla berakhir.
"Kayaknya gue tau kenapa lo mau gunting rambut," ujar Tama tiba-tiba.
"Kenapa?" tanya Skyla yang tiba-tiba penasaran akan isi kepala Tama. Cowok itu hanya menatapnya tanpa berniat menjawab pertanyaan Skyla.
"Lo udah move on dari gue ya?"
Skyla terdiam. Jujur dia tidak menyangka bahwa Tama akan mengaitkan kedua hal itu, perihal rambut dan perasaan Skyla, padahal gadis itu tidak pernah mengatakannya.
"Kok lo mikir gitu?" tanya Skyla namun Tama hanya tersenyum simpul.
Pada akhirnya Skyla terkekeh. "Belum sih. Tapi kalau udah move on juga gue antara iya atau enggak buat motong rambut," ujar Skyla.
"Gue bakal gunting rambut kalau..." Skyla menggantung ucapannya lalu menatap Tama yang kini juga menatapnya.
"Kalau..." ujarnya lagi sengaja menunda-nunda.
"Kalau gue udah jadiin lo milik gue," sambung Tama dengan wajah serius. Tidak ada candaan disana.
Secepat kalimat dari Tama terucap, secepat itu pula Skyla merasa jantungnya berdebar tidak karuan.
"Anjrit lo! aba-aba dulu kek!" seru Skyla berusaha menutupi dirinya yang salah tingkah.
Tama tertawa. "Udah sana, pulang. Udah makin malem ini," suruh Tama.
"Dih ngusir," sindir Skyla.
"Yaudah sini. Lo turun. Masuk ke rumah gue," ujar Tama dengan wajah galak.
"Modus lo!"
Tama kembali tertawa.
"Hati-hati pulangnya. Kalau udah nyampe kabarin gue," pesan cowok itu.
Skyla mengangguk dengan senyuman dibibir nya. Dia bergerak memakai helm lalu menyalakan mesin motor.
"Bye Tama,"
"Bye,"
Percakapan sederhana malam itu berhasil membuat Skyla tetap bersemangat menunggu Tama. Walaupun tidak tahu pasti penantiannya akan berakhir kapan, setidaknya kalimat Tama membat Skyla percaya bahwa dia punya kesempatan.
Untuk akhirnya, Skyla tidak mau menebak, biar saja berjalan sesuai alur yang Tuhan atur. Skyla hanya perlu mempersiapkan diri menghadapi akhir dari semua ini yang entah seperti apa bentuknya.
- The Ending That I Was Expected
Xoxo,
Puma
11-11-2024
YOU ARE READING
The Ending That I Was Expected
Teen FictionBOOK 1 of Unexpected Ending Series Setelah cukup lama terjebak dalam bayang-bayang cinta yang gagal, Skyla Exainlee akhirnya berhasil membebaskan dirinya dari masa lalu. Saat hidupnya mulai terasa lebih ringan, karena kehadiran Tama Narendra, sosok...
Prolog
Start from the beginning
