"Gue kaget anying,gue kira elo bawa kabur si Vania!""Pelan-pelan bang,sakit"
Hendry mencoba mengobati luka Hasya selembut mungkin, meskipun begitu hasya tetap meringis
"Jadi setelah itu vani ngebiarin lo pergi?"
Hasya mengangguk "lagian gue seneng,dia jangan pernah dapet cowok kayak gue"
"Tapi menurut gue elo sebenernya perhatian dan cintanya besar banget ke Vani tapi cara lo salah.Cara lo kasar dan gengsi lo besar banget"
"Gue yang kemarin liat lo panik aja udah menduga bahwa lo masih sayang sama Vani"sambung Hendry semabari menempelkan plaster pada kening temannya
"Selesai!"
Hasya terdiam merenungi ucapan orang yang lebih tua darinya itu "selama ini gue salah,gue yang gak pernah nyadar kehadiran Vani yang selalu ada buat gue dan gimanapun sikap gue ke dia,dia tetep nerima apa adanya"
"Dan elo ngelepas semudah itu orang kayak gitu?yang menerima kekurangan elo"kata Hendry kaget
"Gue ngelepas karna gue gak mau buat Vani tersiksa emang udah seharusnya Vani ketemu cowok yang baik kayak dirinya--dan itu bukan gue"
"Lagian latar kita beda"
"Itu bukan masalah,cewek itu mau gimanapun sikap cowoknya sama dia tetep aja dia cinta malah dia rela mertahanin"
Hasya menyisir rambutnya ke belakang, tampangnya sudah putus asa "tapi bokapnya gak pernah setuju sama gue,dia udah tau gue gimana ke Vani"
"Jadi sekarang lo mau gimana?"tanya Hendry
Hasya diam,sibuk memikirkan dan mengambil keputusan
"Gue sayang sama Vani dan pilihan gue bakal lepas dari dia"
"Itu yang terbaik buat Vani"lanjutnya yakin walaupun hatinya ragu
"Bener-bener cowok brengsek!gak punya rasa syukur"
"Maksud elo apa?"
Sasa bersilang dada "emang Vani kurang apa sama elo?kenapa lo ngambil keputusan sepihak dengan cara mutusin dia hah?!"
"Meskipun gue gak setuju dengan hubungan lo sama sahabat gue tapi gue tetep harus dukung apapun yang di pilih sahabat gue!"
"Gue udah gak cinta sama sahabat lo"balas Hasya acuh
Di sekolah, seharusnya jam istirahat Hasya langsung nongkrong sama temen-temennya tapi tiba-tiba Sasa menghalangi sembari marah-marah
Hasya tetep sekolah walaupun wajahnya banyak plester
Gak tau tujuannya apa, padahal dia males dengerin ocehan guru dan lebih miih tiduran di rumah
Sasa memukul perut pria di depannya "dasar brengsek! tampang aja bagus tapi kelakuan kayak firaun!"
"Emang alesan lo putusin Vani apa?!"
"Tanya aja sama temen lo di belakang"
Sasa menoleh dan menemukan Vani yang tengah menatapnya--salah tengah menatap Hasya
"Udah lah sa, lagian gue udah gapapa"
Sasa kaget,tapi hasya lebih kaget dengan diam aja, kagetnya dalam hati
"Elo?udah move on?"tanya Sasa hampir menjerit
Vani geming,dia tak berniat menjawab
"Elo beneran udah mutusin buat lupa kan sama cowok di depan lo ini?"
Kali ini ia menjawab "iya"
"NAH INI BARU TEMEN GUE!"dengan girang Sasa memeluk Vani dan berteriak kesenangan
"Gue akhirnya sadar kalau gue emang gak pantes buat dia,dari dulu emang seharusnya gue lepas dari hubungan toxic itu"
Hasya acuh, dirinya pergi mengabaikan ucapan Vani
"Gue bakal lupain elo!"Vani berteriak dan ia yakin Hasya mendengarnya
Dan Hasya memang mendengarnya, hatinya merasa tak rela jika Vani berniat melupakannya
Seulas senyum diam-diam tercipta di sudut bibir hasya,emang sudah seharusnya Vani sadar
"Gue seneng tapi gue juga sedih.Tolong jangan lupain gue"
YOU ARE READING
ᎢOㄨᏆᏟ [HARUTO✓][TAHAP REVISI]
Teen Fiction"Ngerjain hal kecil kayak gitu aja gak becus gak berguna banget jadi cewek, bener-bener tolol!" 𝐖𝐀𝐑𝐍𝐈𝐍𝐆: BANYAK KATA KASAR UNTUK PEMBACA DI HARAP BIJAK DAN SEBAIKNYA TIDAK UNTUK DI TIRU SEMUA PERKATAAN YANG KASAR DAN PRILAKU BURUK DALAM CERIT...