🍑CHAPTER 22🍑

1K 146 33
                                    

Sesaat setelah Jisoo membuka matanya, ia sedikit bingung dengan keberadaannya sekarang, yang pastinya bukan di rumah mewah itu lagi.

Matanya meneliti sekitarnya. Ia berada di sebuah kamar tidur yang luasnya tidak sebesar seperti kamarnya sebelumnya. Mungkin luas kamar ini sebanding dengan luas kamar mandi Jisoo di rumah Seokjin.

Kepalanya masih terasa pusing, pandangannya juga sedikit rabun karna rasa sakit itu.

"Kamu udah bangun ternyata"

Jisoo menoleh ke samping kanannya dan melihat pria yang berjalan mendekatinya.

Pria itu langsung duduk di samping Jisoo, tepatnya di pinggiran kasur. "Kamu pasti kaget dan bingung 'ya?" Jisoo hanya mengangguk takut. "Saya melihat kamu pingsan di jalan tadi, jadi saya bawa saja kesini, rumah saya".

Jisoo menunduk, ia takut dengan lelaki di hadapannya ini.

"Saya Eunwoo. Kamu jangan takut, saya gak suka daging manusia kok, kalo daging ayam mah sudah saya eksekusi dari tadi hehehe.."

Jisoo melirik Eunwoo yang sedari tadi menatapnya. Ia tersenyum kecil untuk candaan yang baru saja di lontarkan, walau sedikit garing. Untung saja lawakan garing itu tertolong dengan wajah tampannya.

"Saya.. Jisoo" cicitnya. Ia masih malu untuk berbicara dengan Eunwoo.

Eunwoo tertawa kecil mendengar suara lucu Jisoo.

Menurutnya, suasana disini sangat dingin dan sunyi. Mungkin karna kata sapaan mereka yang terlalu formal, jadi lebih baik mereka berbicara dengan bahasa sehari-hari saja agar mereka cepat akrab. Mungkin.

Jujur saja, Eunwoo sangat jarang sekali berbicara formal dengan orang yang mungkin lebih muda darinya. Apalagi dengan bocah ini, yang ia ramal pasti masih berusia belasan tahun. Terlebih lagi wajah Jisoo yang terlihat cantik nan imut, jika mereka berdua sedang jalan berdua, bisa saja seperti kakak beradik, atau mungkin... Sepasang kekasih (?). Ups...

"Eum.. kita ngobrolnya.. jangan pake bahasa yang sopan ya. Ma-maksudnya jangan yang terlalu sopan, iya begitu maksudnya hehe.." sedikit, Eunwoo merasa malu dengan ucapannya barusan.

Jisoo menanggapinya dengan anggukan. Ia juga merasa kurang suka jika terlalu formal. Lagi pula, usia mereka sepertinya tidak tidak terlalu jauh juga.

"Eumm.. Samchon, aku—"

"Jangan Samchon juga lah, cantik. Panggil nama aku langsung gak apa-apa, atau mungkin.. Oppa?"

"O-oppa?"

"Nah itu lebih indah di dengar"

Mereka sama-sama tertawa mendengarnya. Jisoo bersyukur bisa di selamatkan oleh orang baik seperti Eunwoo. Jisoo bisa percaya pria ini karna sudah terlihat dari wajah dan tingkah lakunya yang sangat jauh dari kata jahat ataupun kejam.

Mungkin nanti Jisoo akan meminta ijin untuk tinggal disini beberapa hari karna ia harus mengumpulkan uang untuk menyewa penginapan sendiri. Anggaplah Jisoo tidak sopan dan tidak tahu malu, tapi jika tidak seperti ini, ia mau tidur dimana? Dirumah Hera pun Jisoo tidak tau jalannya. Ia juga tidak tau daerah sini.

________________

"Sepertinya kau terlalu keras padanya, Seokjin-a. Dia masih terlalu dini untuk kau usir seperti tadi. Pasti dia tidak tahu akan berlindung dimana"

Seokjin juga melihat cuaca dari jendela ruang tamu. Memang tadi saat ia mengusir Jisoo, cuacanya sedang panas terik. Tak lama, cuaca itupun berubah menjadi gelap seakan menandakan badai besar akan datang.

Seokjin juga sedikit khawatir dengan is—ups, tahanannya. Gadis itu tidak tahu lingkungan sekitar sini. Apalagi saat ia mengusirnya, anak itu terlihat tidak membawa barang apapun sama sekali. Pasti saat ini Jisoo sedang kebingungan mencari tempat untuk berteduh nya.

Alpaca Ajussi || JinsooWhere stories live. Discover now