Sakura mengulum bibirnya. Ia menundukkan kepalanya lalu meremas selimut yang saat ini menutupi tubuh bagian bawahnya. Melihat gadisnya terlihat murung membuat Gaara kembali membawanya ke dalam pelukan pemuda itu.

"Aku merindukanmu," bisik pemuda itu tepat di telinganya. Tubuh Sakura meremang. Namun gadis itu tidak memberikan respon apapun selain membalas pelukannya.

"Maafkan aku."

"Jika ini tentang kau yang menghindariku setelah koferensi, maka lupakan saja. Lagipula itu bukan salahmu, bukan juga salah kita."

"Aku tau. tapi tidak seharusnya aku meninggalkanmu begitu saja, kan?"

Gaara tersenyum tipis. "Aku tau jika kau cemburu melihat undangan pernikahanku dengan Saiya. Aku memakluminya."

Sakura menjauhkan diri dari tubuh pemuda itu. "Siapa yang kau sebut cemburu?!" Tanya gadis itu dengan galak.

"Tentu saja kau. Tidak mungkin Hiroomi, kan?"

"Si bodoh ini. kenapa kau semakin menyebalkan, hah? Pergi sana!"

Gaara tertawa puas sementara Sakura terang-terangan memelototinya. Pemuda itu pun mengecup pipi gadis itu, mengendusnya berulang kali dan membuat Sakura bersusah payah untuk menghindar –bahkan tanpa ragu ia turut menjambak rambut pemuda itu agar ia segera menjauh darinya.

"Hentikan itu, panda merah! Aku masih marah padamu!" serunya yang ternyata ampuh untuk membuat Gaara langsung mengambil jarak dengannya.

"Astaga, kepalaku bisa botak jika begini terus," gerutu Gaara dan direspon dengan tawa dari Sakura.

"Biar saja. Setelah itu Sunagakure akan dilanda kemarau kepanjangan karena mereka memiliki dua matahari."

"Kurang ajar," desis Gaara.

Sakura tertawa puas, bahkan gadis itu terpingkal sambil memegangi perutnya yang terasa geli. Diam-diam Gaara mengulas senyum tipis.

"Kenapa mood mu bisa berubah secepat itu? Apa kau memiliki kepribadian ganda?"

Sontak saja wajah Sakura berubah datar. "Kenapa kau terus menanyakan hal yang tidak penting sejak tadi?"

Gaara terkekeh kecil lalu duduk kembali di kursi yang ia tempati sebelumnya. Ia menyisir rambur Sakura seraya melempar tatapan lembut nan teduh, membuat Sakura melupakan rasa kesalnya pada pemuda itu.

"Kau tau, kau yang seperti ini terlihat lebih baik daripada melihatmu menangis. Itu sangat menyakitkan bagiku."

Hening mengisi ruangan yang tengah mereka tempati. Sakura tak menjawab apapun, justru ia membawa tangannya kemudian menangkup pipi pemuda itu. Tak lupa gadis itu turut mengusap pipi sang kekasih, menghantarkan kehangatan yang membuat Gaara terpejam.

Cup

Sakura mengambil kesempatan untuk mencuri satu kecupan di bibir pemuda itu. Sedetik kemudian ia menggerakkan bibirnya, memagut birai sang kekasih dengan penuh kelembutan. Gaara tersenyum di sela ciuman mereka, kemudian menyambut perlakuan gadis itu dengan senang hati.

Perlahan tapi pasti, kontak fisik di antara mereka berubah menjadi sesuatu yang lebih intim. Entah siapa yang memulainya, namun saat ini lidah keduanya tengah berbelit satu sama lain, saling menyapa dalam sentuhan mesra. Sebelah tangan Gaara bertengger di tengkuk gadis itu, menekannya hingga memperdalam ciuman mereka. Sakura sendiri pun telah memposisikan kedua tangannya di balik leher sang kekasih, merengkuhnya erat seolah tidak membiarkan akan ada jarak sedikitpun di antara mereka.

Ciuman mereka terhenti ketika keduanya membutuhkan oksigen untuk bernapas. Kini pemuda itu melayangkan tatapan lembut padanya, seolah tengah memberitahu betapa besar cinta yang ia miliki untuk gadis itu. Tangan yang sebelumnya ada di tengkuk kini ia posisikan di pucuk kepala merah muda itu, mengusapnya dengan penuh afeksi seraya mengagumi betapa indah sosok yang tengah berada di hadapannya saat ini.

Cicatrize ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang